Oleh : Vasha Triokta, Aktivis Syubban Fatayat Sukabumi, Jawa Barat
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman :
اُدْعُ اِلٰى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُۗ اِنَّ رَبَّكَ هُوَ اَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِهٖ وَهُوَ اَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ
Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.” (QS An-Nahl/16 : 125).
Ayat ini merupakan ayat yang menunjukkan kewajiban untuk berdakwah dan menjelaskan metode dakwah.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-4 ] Proses Penciptaan Manusia dan Takdir dalam Lauhul Mahfuzh
Dari segi pengertian, dakwah merupakan usaha untuk mengajak, mengundang ataupun mengimbau seseorang untuk senantiasa melaksanakan dan berbuat kebaikan kepada sesama dengan cara melaksanakan perintah Allah.
Dakwah ini merupakan perintah Allah untuk hamba-Nya agar terus berbuat baik dan menjauhi semua yang berhubungan dengan kemungkaran yang dilarang Allah.
Allah lebih tahu mana hamba-Nya yang ta’at dan mana yang tidak. Maka, dakwah ini sangat diperlukan untuk kita semua. Selain itu, Allah pula yang mengetahui siapa yang mau menerima dakwah dan siapa yang menentangnya. Namun kewajiban dakwah tetap harus dilakukan.
Kutipan ayat di atas adalah satu makna dari suatu dakwah yaitu mengajak manusia ke jalan Allah. Tentunya dengan cara yang baik, dengan cara yang lemah lembut tanpa paksaan, yang mampu membuat seseorang ketika mendengarnya memberi perubahan dan nyaman tanpa didasari kemarahan.
Baca Juga: [Hadist Arbain ke-3] Rukun Islam
Ayat ini menjelaskan tiga metode dakwah yang bisa diimplementasikan, yakni dengan bijaksana (hikmah), pengajaran yang baik (mauidzah hasanah), dan berdebat atau berdiskusi dengan cara yang baik (jadilhum hiya ahsan).
Ketika dengan cara memberi nasihat dengan baik dan lembut ternyata orang tersebut masih tidak ada perubahan. Maka perlu adanya diskusi yang baik. Ketika terjadi adu argumentasi (sanggahan), pun hendaknya perdebatan dilakukan dengan cara yang baik pula.
Ibnu Katsir menyebutkannya dengan “lemah lembut, tutur kata yang baik serta cara yang bijak.”
Tidak selayaknya dakwah itu dengan cara menghakimi seseorang yang kita seru. Kita hanya perlu menegurnya dengan cara yang baik. Jangan lagsung mengatakan misalnya, “itu neraka!”.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-2] Rukun Islam, Iman, dan Ihsan
Kita sepantasnya melakukan pendekatan terlebih dahulu, kita ajak bicara, kita ketahui dulu sifatnya seperti apa. Baru kita menyampaikan bahwa perbuatan tersebut tidak sesuai dengan syariat agama Islam.
Jadi, kita tidak bisa langsung menilai seseorang bahwa dia akan masuk ke neraka. Karena, itu ketentuan Allah, dan Karena Allah lah yang Maha Tahu siapa hamba-Nya yang sesat atau yang tidak. Juga karena masih terbuka pintu taubat, sehingga bisa jadi nantinya dia akan bertaubat dan menjadi calon ahli surga.
Jika dengan cara yang kurang baik, maka dakwah yang kita lakukan akan menjadi sia-sia. Mereka yang kita seru dalam dakwah, malah akan menjauh dari kita, karena dia merasa kita menegurnya dengan berlebihan. Makanya dia tidak nyaman dengan kita.
Hal lainnya adalah jika melihat sasaran dakwah, sebisa mungkin kita memberitahunya. Kita juga hendaknya berbaik sangka (berhusnudzan) dan diiringi doa semoga mereka mendapat hidayah dari Allah.
Baca Juga: Kaya Bukan Tanda Mulia, Miskin Bukan Tanda Hina
Kita hanya bisa berusaha sesuai kadar kemampuan kita, dengan mengingatkan seseorang dan mengajak seseorang kembali ke jalan Allah. Bukan kita yang harus memberinya hidayah. Hanya Allah-lah yang bisa memberi hidayah untuk para hamba-Nya.
Ayat ini pula yang menenangkan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan para pendakwah (da’i) agar tidak sedih dan tidak ada rasa kecewa, jika ada orang yang menolak perjuangan suci dakwahnya.
Begitulah, Allah memerintahkan Rasulullah untuk berdakwah menyeru manusia kepada agama-Nya. Kewajiban berdakwah itu pula berlaku bagi kita semua sebagai umat Islam.
Allah mewajibkan kita berdakwah, sedangkan apakah seseorang mendapat hidayah atau tidak, itu hanyalah urusan Allah.
Baca Juga: [Hadist Arbain ke-1] Amalan Bergantung pada Niat
Semoga Allah kuatkan kita dalam dakwah di jalan Allah. Aamiin. (A/Vash/RS2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Enam Langkah Menjadi Pribadi yang Dirindukan