Jakarta, 5 Safar 1438/5 November 2016 (MINA) – Setelah aksi Bela Islam yang berlangsung ricuh walau sebentar pada Jumat malam, Presiden Joko Widodo “Jokowi” membatalkan rencana kunjungannya ke Australia untuk bertemu Perdana Menteri Turnbull.
“Perkembangan saat ini memerlukan keberadaan Presiden Jokowi di Indonesia,” kata Kementeria Luar Negeri dalam sebuah pernyataan yang diterima Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Sabtu (5/11).
Presiden Jokowi telah menelepon Turnbull untuk menyampaikan penundaan kunjungan yang dijadwalkan pada 6-8 November 2016. “Presiden juga telah menugaskan Menlu RI untuk membahas penjadwalan ulang kunjungan dalam waktu dekat bersama mitranya dari Australia,” tambah Kemenlu.
Akibat ketidakhadirannya kemarin di Istana Negara, Jokowi menjadi bulian massa di berbagai jejaring sosial. Demonstran yang hadir di depan Istana bertujuan menuntut petahana Gubernur DKI Jakarta Basuki Thahaja Purnama alias Ahok atas kasus penistaan agama.
Baca Juga: Indonesia Dukung Perintah Penangkapan ICC untuk Netanyahu dan Gallant
Ribuan massa di depan Istana selalu meneriakkan “turunkan Jokowi” setelah mereka diberi tahu bahwa Presiden sedang tidak ada di tempat.
Namun, aspirasi jutaan massa umat Islam yang tumpah ruah di pusat pemerintahan di Jakarta dijawab Ketua MPR Zulkifli Hasan saat berdialog dengan para ulama perwakilan massa di DPR pascarusuh.
Di depan massa yang memadati depan Gedung Parlemen pada 23.00 – 03.30 WIB, Zulkifli berjanji akan memenuhi aspirasi umat Islam dengan memanggil Kapolri pada Senin (7/11) nanti untuk memastikan hukum yang menimpa Ahok.
Keputusan itu merupakan hasil negosiasi delapan perwakilan massa aksi Bela Islam dengan Zulkifli, Ketua MKD Sufmi Dasco Ahmad, Anggota Komisi III Abu Bakar Al Habsi dan Wakil Ketua Komisi I DPR RI Hanafi Rais. (L/R04/P001)
Baca Juga: Gandeng MER-C dan Darussalam, AWG Gelar Pelatihan Pijat Jantung
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Doa Bersama Menyambut Pilkada: Jateng Siap Sambut Pesta Demokrasi Damai!