London, 9 Ramadhan 1438/4 Juni 2017 (MINA) – Menyusul serangan yang terjadi di London Sabtu malam, politisi ekstrem sayap kanan Australia, Pauline Hanson, menyerukan agar negaranya memberlakukan larangan travel bagi Muslim seperti yang ingin diberlakukan Donald Trump.
Dalam akun Twitternya, Pemimpin partai Satu Bangsa itu menulis, “Stop imigrasi Muslim sebelum terlambat.” Pernyataan ini kontan menyulut berbagai respon. Masyarakat ketahui Pauline dikenal sejak lama sebagai anggota parlemen yang anti Islam.
Pada postingan tersebut, Pauline juga menyertakan gambar serangan di London yang disebut dilakukan oleh tiga tersangka yang berwajah Asia Timur.
Dengan jumlah Muslim yang hanya mencapai 2,5 persen dari populasi Australia, Pauline mengatakan imigrasi orang Islam ke negara itu harus dihentikan sebelum ‘mencapai lima persen seperti Inggris’.
Baca Juga: Presiden Korea Selatan Selamat dari Pemakzulan
“Australia menolak menyembunyikan fakta bahwa terorisme terkait dengan ajaran Islam di dalam Alquran,” katanya.
Pauline yang baru-baru ini menyebut Islam sebagai sebuah penyakit, mendapat banyak dukungan dan kecaman karena pernyataan tersebut.
Namun, pemimpin oposisi Bill Shorten mengatakan bahwa ucapan ‘kasar, bodoh dan menjijikkan’ Pauline terlalu cepat keluar dari mulut seorang politisi ketika sebuah serangan baru saja terjadi.
“Kita bahkan tidak tahu sepenuhnya apa yang terjadi dan sekarang kita lihat orang-orang menggunakan kesempatan ini untuk menyampaikan pesan politik kejam ketika peristiwa ini baru beberapa jam terjadi,” katanya kepada wartawan di Melbourne.(T/RE1/P1)
Baca Juga: Jumat Pagi Sinagog Yahudi di Meulbourne Terbakar
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Taliban Larang Pendidikan Medis Bagi Perempuan, Dunia Mengecam