Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setelah Netanyahu, Giliran Menteri Intelijen Israel Akan ke Oman

Rudi Hendrik - Senin, 29 Oktober 2018 - 16:51 WIB

Senin, 29 Oktober 2018 - 16:51 WIB

0 Views

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Sultan Qaboos bin Said di Muscat

Yerusalem, MINA – Setelah kunjungan rahasia Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu ke negara Teluk Oman, giliran Menteri Intelijen dan Transportasi Yisrael Katz yang akan mengunjungi kerajaan Teluk itu pekan depan.

Kunjungan mengejutkan Netanyahu pada Kamis (25/10) malam lalu itu secara luas dikecam oleh warga Palestina.

Katz akan berpartisipasi dalam konferensi transportasi internasional. Katz yang juga anggota Kabinet Keamanan Israel akan berbagi proposal untuk membangun hubungan kereta api antara Israel dan negara-negara Teluk Arab, demikian The New Arab melaporkan yang dikutip MINA.

Ini adalah pertama kalinya seorang menteri Israel diundang ke konvensi yang diadakan di Oman. Israel dan Oman tidak memiliki ikatan resmi.

Baca Juga: Amerika Latin Ambil Sikap Tegas atas Agresi Israel

Kunjungan ke Oman adalah yang pertama oleh Perdana Menteri Israel sejak 1996, ketika Perdana Menteri Shimon Peres berkunjung dan negara-negara sepakat untuk mendirikan kantor perwakilan perdagangan.

Oman kemudian menutup kantor-kantor itu pada tahun 2000 setelah pecahnya intifada kedua di Palestina.

Para pejabat Palestina mengecam keras Oman karena menjadi tuan rumah kunjungan itu.

Pejabat Palestina mengatakan bahwa itu mewakili “normalisasi” hubungan antara Israel dan dunia Arab, meskipun pendudukan Israel berlanjut di Yerusalem Timur, Gaza, dan Tepi Barat.

Baca Juga: Hampir 140.000 Orang Masih Hilang di Suriah

“Sistem nilai, pakta politik dan sosial Arab tidak ada lagi,” kata Mohammad Shtayyeh, seorang penasihat Presiden Palestina Mahmoud Abbas, dalam sebuah pernyataan.

“Ini adalah awal dari normalisasi publik dan berakhirnya prakarsa perdamaian Arab,” tambahnya, mengacu pada proposal Liga Arab 2002.

Inisiatif 2002 menegaskan bahwa negara-negara Arab akan memulihkan hubungan diplomatik dengan Israel sebagai pertukaran untuk penyelesaian damai, yang menciptakan negara Palestina dan mengembalikan semua tanah yang diduduki atau dianeksasi di dan sejak perang 1967.

Hamas yang memerintah Gaza mengecam Oman karena membiarkan Netanyahu berkunjung. Hamas mengatakan bahwa hal itu mempercepat “normalisasi dengan entitas Israel” dan merupakan “tikaman di belakang” bagi warga Palestina. (T/RI-1/RS2)

Baca Juga: Boston Consulting Group Menarik Diri dari GHF

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Spanyol Batalkan Kesepakatan Rudal Antitank Israel Senilai Rp5,3 Triliun

Rekomendasi untuk Anda