Setelah PBNU, Kini Muhammadiyah Pertanyakan Pembangunan Terowongan Istiqlal-Katedral

Jakarta, MINA – Setelah sebelumnya Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (), kini giliran Pimpinan Pusat yang mempertanyakan tujuan pembangunan terowongan ‘Silaturahim’, yang menghubungkan dan Gereja Katedral.

Pada Jumat (7/2) lalu, saat meninjau progres renovasi Masjid Istiqlal, Presiden Joko Widodo telah merestui rencana tersebut dan menyebut istilah ‘Silaturahim’ digunakan sebagai bentuk mempermudah silaturahim antarumat beragama.

“Saya juga agak mempertanyakan ya. Nilai strategis dari terowongan yang menghubungkan Istiqlal dan Katedral itu apa,” kata Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti kepada awak media di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah, Menteng, Jakarta, Senin (10/2).

Menurut dia, yang dibutuhkan sekarang itu bukan silaturahmi dalam bentuk fisik berupa terowongan, melainkan dalam bentuk infrastruktur sosial, tempat pemerintah secara sungguh-sungguh membangun toleransi yang autentik, toleransi yang hakiki, bukan toleransi yang basa-basi.

Abdul Mu’ti mengatakan, kalau boleh usul, sebaiknya pembangunan terowongan silaturrahim ditinjau ulang. Dia mencontohkan di berbagai daerah di Indonesia, banyak masjid dan gereja saling berdekatan. Bahkan ada yang bangunannya menempel satu sama lain.

“Nanti kalau kemudian itu, mohon maaf, antara Sunda Kelapa dan gereja itu juga berdekatan. Kenapa juga tidak dibangun. Bahkan di Indonesia dan tempat lain ya, kan banyak masjid dan gereja itu berhimpitan. Sharing satu tembok hanya beda halaman, ya oke-oke saja,” katanya.

“Sehingga sepanjang kita ini berhasil membangun infrastruktur sosial, terutama menyangkut sikap terbuka, toleransi, dan saling menghormati, saya kira yang sifatnya simbolis seperti itu (terowongan) dilakukan berbeda saja,” ujarnya menambahkan.

Pada Sabtu (8/2) lalu, Ketua Umum PBNU Kiai Said Aqil Siradj dalam pernyataannya di Gedung Pusat PBNU, juga mempertanyakan apa urgensi dari pembangunan terowongan yang menghubungkan Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral itu.

Kiai Said mengaku, dirinya tak mampu mencerna apa tujuan dari pembangunan terowongan yang sudah direstui pembangunannya oleh Presiden tersebut. Dia pun mempertanyakan penamaan terowongan itu dengan nama silaturahim. (L/R2/RI-1)

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Rendi Setiawan

Editor: Rudi Hendrik

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.