Gaza, MINA – Sayap bersenjata kelompok Palestina Hamas, Al-Qassam mengatakan telah kehilangan kontak dengan kelompok yang menjaga sandera warga Israel-AS Edan Alexander di Jalur Gaza setelah pengeboman oleh pasukan Israel yang menargetkan daerah tempat sandera ditawan.
“Tampaknya tentara pendudukan sengaja mencoba membunuhnya dan dengan demikian melepaskan diri dari tekanan yang disebabkan oleh tahanan berkewarganegaraan ganda untuk melanjutkan genosida terhadap rakyat kami,” kata Abu Obeida, juru bicara Brigade Qassam, pada hari Selasa (15/4). Laporan Al Jazeera.
Pada hari Sabtu (12/4), Hamas merilis video yang memperlihatkan Edan Alexander, penduduk asli New Jersey, prajurit berusia 21 tahun di angkatan darat Israel, dalam keadaan hidup.
Alexander tampak berada di bawah tekanan dalam video tersebut dan memohon kepada Presiden AS Donald Trump untuk mengeluarkannya dari Gaza dan mendesak presiden AS tersebut untuk tidak mempercayai kebohongan yang diucapkan oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Baca Juga: Zionis Israel Hancurkan 152 Bangunan di Tepi Barat selama April
Dalam pernyataan terbarunya, Abu Obeida tidak mengatakan di mana Alexander ditahan di Gaza.
Al-Qassam kemudian merilis sebuah video yang memperingatkan keluarga para tawanan bahwa “anak-anak mereka akan kembali dalam peti mati hitam dengan tubuh mereka terkoyak oleh pecahan peluru dari pasukan Anda”.
Pejuang Gaza meyakini bahwa AS berkepentingan untuk mengamankan pembebasan Alexander melalui kesepakatan yang dinegosiasikan.
Hamas sebelumnya menyalahkan Israel atas kematian tawanan yang ditahan di Gaza, termasuk sebagai akibat langsung dari pengeboman.
Baca Juga: Geger! Kepala Angkatan Darat Israel Akui Pasukan Menipis, Perang Terancam Mandek
Utusan khusus Trump Steve Witkoff mengatakan kepada wartawan di Gedung Putih pada bulan Maret bahwa mengamankan pembebasan Alexander, yang diyakini sebagai sandera AS terakhir yang masih hidup di Gaza, adalah “prioritas utama bagi kami”. []
Mi’raj News Agency (MINA)