Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setelah Sinwar Syahid, Perlawan Melemah?

Redaksi Editor : Arif R - 7 menit yang lalu

7 menit yang lalu

5 Views

Yahya Sinwar

Oleh Hasbi Aswar, Dosen Hubungan Internasional UII Yogyakarta

16 Oktober yang lalu para pejuang Palestina berduka atas terbunuhnya pemimpin terbaik mereka Yahya Sinwar oleh pasukan Zionis di Rafah, Jalur Gaza selatan. Berbagai spekulasi muncul setelah syahidnya pemimpin Hamas ini, apakah akan menjadi titik akhir perlawanan Hamas dan kemenangan Israel ataukah tidak memiliki dampak sama sekali bagi perlawanan Hamas dan para pejuang Palestina lainnya.

Sebagai tokoh politik penting dalam perlawanan terhadap Israel, Yahya Sinwar, selama ini telah menjadi bahan propaganda Israel. Sinwar dinarasikan sebagai dalang utama serangan terhadap Israel pada 7 Oktober 2022. Selama ini, Sinwar, selalu dijadikan sebagai tumbal oleh Israel untuk menyudutkan perlawanan Hamas dan menurunkan simpati masyarakat Palestina terhadap kelompok ini. Sinwar disebut selalu bersembunyi di terowongan-terowongan dan menjadikan sipil serta para tahanan sebagai tameng.

Namun, segala upaya propaganda Israel tidak pernah membuat dukungan terhadap perlawanan menurun atau berbalik menjadikan pembantaian Israel terlegitimasi. Sikap masyarakat dunia tetap konsisten pada posisi mendukung perjuangan Palestina dan mengecam Israel.

Baca Juga: Lima Karakter Orang Jahil

Setelah Sinwar meninggal, Israel bersama negara–negara pendukungnya mengulang propaganda yang sama dengan meletakkan Sinwar sebagai seorang teroris yang berbahaya dan otak serangan ke Israel yang paling bertanggung jawab terhadap kondisi Gaza saat ini. Hal ini dilakukan dengan motif yang sama dengan sebelumnya, yaitu menyudutkan perlawanan dan untuk menutupi pembantaian atau genosida Israel di Gaza setahun terakhir ini.

Setelah setahun genosida di Gaza, publik global sudah kebal dengan berbagai kebohongan yang diciptakan oleh Israel bersama sekutunya. Telah banyak propaganda dan tuduhan yang dibuat dan semuanya hanya terbukti kebohongan.

Malah yang nyata terjadi adalah serangan membabi buta tanpa pandang bulu terhadap warga sipil, fasilitas sipil, jurnalis, dokter, aktifis kemanusiaan, termasuk fasilitas- fasilitas yang dimiliki organisasi Perserikatan Bangsa–Bangsa.

Semua ini membuat masyarakt dunia menjadi lebih percaya motif perlawanan masyarakat Palestina dibanding ribuan justifikasi rezim Zionis tersebut.

Baca Juga: Bulan Solidaritas Palestina (BSP) November 2024

Dalam konteks perlawanan terhadap penjajah Israel di Palestina, yang pasti, gugurnya seorang tokoh penting akan mempengaruhi mental para pejuang tapi itu hal yang wajar. Toh selama ini sudah berguguran ribuan pejuang Palestina bersama para tokohnya dan perlawanan tetap berlanjut. Artinya, terbunuhnya rekan–rekan sesama pejuang palestina, tidak membuat pejuang yang lain merasa terintimidasi dan kapok untuk melanjutkan perlawanan.

Satu hal yang perlu dicatat dalam konteks perlawanan Palestina terhadap Israel, bahwa perlawanan rakyat Palestina terhadap Israel bukan karena adanya Hamas  yang memimpin perlawanan kemudian setelah kelompok ini hilang, perlawanan pun akan berhenti.

Sejarah menunjukkan pasca pengambil alihan Palestina ke Inggris tahun 1917, warga Palestina bahu membahu melakukan perlawanan sejak saat itu melawan penjajah Inggris dan kaum Yahudi pendatang yang merampas tanah dan mengusir warga Palestina dari rumah dan tanah mereka.

Fakta Sejarah menunjukkan bahwa perlawanan Palestina terhadap kolonialisme Yahudi dan Barat bukan tergantung oleh figur dan kelompok tapi karena kesadaran akan kondisi mereka yang dirampas hak dan kebebasan mereka sebagai warga yang sah di tanah itu. Ditambah lagi nilai spiritual dan historis dari tanah Palestina sebagai tanah milik umat Islam.

Baca Juga: Menjadi Hamba yang Dermawan, Bagaimana Caranya?

Dari sini kita dapat menyimpulkan arah perlawanan Palestina pascaterbunuhnya Yahya Sinwar tidak akan mengubah semangat dan militansi perlawanan masyarakat Palestina terhadap Israel.

Seorang pemuda yang tergabung dalam kelompok perlawanan, dalam sebuah wawancara di Media Al-Jazeera sempat ditanya alasan ikut berjuang. Ia mengatakan bahwa meskipun tinggal di rumah dan tidak melakukan apa-apa, ia juga pada akhirnya mati dibunuh atau ditembak oleh warga atau tentara Israel, sehingga lebih baik turut berjuang daripada mati dalam keadaan sia-sia.

Sikap-sikap militansi dalam melakukan perlawanan terhadap penjajah adalah hal yang lazim terjadi saat terjadi penjajahan terhadap sebuah negeri. Penjajahan akan selalu direspon dengan perlawanan. Orang-orang yang terjajah dan terampas haknya, akan lebih merasa berharga hidup dan kehormatannya jika mereka mati dalam perlawanan dibanding hanya diam saja merasakan penderitaan dan menyaksikan saudara sebangsa dan senegaranya dalam kondisi yang terpuruk dan terjajah.

Perlawanan terhadap penjajahan telah menjadi takdir sejarah sampai kemerdekaan itu dapat diraih terlepas berapa lama dan berapa jumlah korban yang tewas dalam prosesnya. Hukum sejarah  ini juga berlaku dalam perlawanan warga Palestina terhadap Israel.  Semoga kemenangan Palestina dapat diraih dalam waktu tidak lama lagi. []

Baca Juga: Refleksi Hari Santri 2024, Menyambung Juang Merengkuh Masa Depan

Mi’raj News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda