New York, MINA – Sehari setelah veto Rusia atas resolusi DK PBB terkait sanksi terhadap Iran yang dianggap membantu Houti Yaman, Amerika Serikat dan tiga sekutu Eropa mengecam Iran karena telah megirim pasokan senjata dan pesawat tak berawak ke milisi Houthi.
Inggris, Prancis, Jerman dan AS mendesak Iran untuk “segera menghentikan semua aktivitas yang tidak konsisten dan melanggar resolusi PBB tentang embargo senjata tahun 2015”. Arab News melaporkan Rabu (1/3/2018).
Pada Januari, laporan panel ahli PBB menyimpulkan bahwa Iran telah melakukan pelanggaran setelah diketahui rudal Houthi yang dicegat Arab Saudi tahun lalu buatan Iran.
“Kami mengecam ketidakpatuhan Iran, seperti penjelasan panel ahli PBB, dan dapat menimbulkan risiko serius terhadap perdamaian dan stabilitas di kawasan ini,” kata pernyataan bersama yang dikeluarkan oleh misi AS tersebut.
Baca Juga: Kelelahan Meningkat, Banyak Tentara Israel Enggan Bertugas
Rusia mempertanyakan temuan itu dan memveto resolusi dengan mengatakan bahwa laporan tersebut tidak berisi bukti konklusif mengenai pelanggaran embargo senjata di Iran.
Keempat negara tersebut merupakan penandatangan kesepakatan nuklir Iran 2015.
Menanggapi kecaman, Kementerian Luar Negeri Iran mengatakan dalam sebuah pernyataan, “Selama tiga tahun terakhir, sikap AS dan Inggris di Dewan Keamanan PBB telah berbahaya, dan justru melegitimasi serangan di Yaman.”
Pernyataan Iran mengatakan, AS dan sekutunya telah memicu “agresi Saudi” di Yaman dengan bertindak sebagai pendukung utama dan pemasok senjata.
Baca Juga: Bahas Krisis Regional, Iran Agendakan Pembicaraan dengan Prancis, Jerman, Inggris
Pemerintah AS berpendapat, Iran tidak memenuhi komitmennya berdasarkan kesepakatan nuklir, yang oleh Presiden Donald Trump dikritik sebagai “kesepakatan terburuk yang pernah ada.”
Resolusi soal Iran di Yaman yang diusulkan Inggris dan didukung kuat oleh Amerika Serikat diveto Rusia, setelah 11 negara dari 15 anggota DK PBB memilih untuk mendukung resolusi tersebut.
China dan Kazakhstan abstain, sementara Bolivia menentangnya.
PBB sebelumnya mendengarkan laporan Direktur Operasional Bantuan PBB, John Ging, yang menjelaskan kondisi kehidupan di Yaman sebagai “bencana besar,” dengan meningkatnya risiko kelaparan dan wabah kolera terparah. (T/rdh/RS2/B05)
Baca Juga: Serangan Hezbollah Terus Meluas, Permukiman Nahariya di Israel Jadi Kota Hantu
Mi’raj News Agency (MINA)