Seorang muslim dalam kehidupannya harus memiliki seorang pemimpin. Memiliki pemimpin ini adalah perintah dari Allah Ta’ala sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an surat An-Nisa ayat 59 berikut ini,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنكُمْ ۖ فَإِن تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”
Dari ayat di atas setidaknya ada beberapa hal yang mesti dipahami oleh setiap muslim tentang arti penting keberadaan seorang pemimpin dalam hidupnya. Berikut adalah beberapa hikmah dari ayat di atas.
Pertama, bukti ketaatan kepada Allah dan Rasul. Ayat ini menekankan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya sebagai dasar utama dalam kehidupan seorang Muslim. Dengan adanya pemimpin yang sesuai dengan ajaran Islam, ketaatan ini dapat lebih mudah dijalankan secara berjama’ah.
Baca Juga: Peran Pemuda dalam Membebaskan Masjid Al-Aqsa: Kontribusi dan Aksi Nyata
Kedua, kepemimpinan sebagai perantara ketaatan. Ulil amri atau pemimpin berperan sebagai perantara dalam menjalankan hukum-hukum Allah dan Rasul-Nya. Pemimpin yang adil dan beriman membantu umat untuk tetap berada di jalan yang benar sesuai dengan syariat Islam.
Ketiga, penyelesaian perselisihan. Ayat ini juga menekankan pentingnya memiliki pemimpin untuk menyelesaikan perselisihan. Ketika terjadi perbedaan pendapat, pemimpin yang berpegang pada Al-Qur’an dan Sunnah akan memberikan keputusan yang adil dan berdasarkan petunjuk Allah dan Rasul-Nya. Termasuk juga dalam silang sengketa hal lain.
Keempat, stabilitas dan keteraturan. Dalam ayat di atas, kepemimpinan yang kuat dan adil melahirkan stabilitas dan keteraturan dalam sebuah jama’ah atau masyarakat. Tanpa pemimpin, akan sulit bagi umat untuk mencapai kesatuan dan harmoni, yang sangat penting dalam menjalankan ajaran Islam secara efektif.
Kelima, menghindari kekacauan. Tanpa pemimpin, potensi kekacauan, ketidakadilan dan merajalelanya kezaliman akan meningkat. Pemimpin yang mengikuti ajaran Islam akan bertindak sebagai penjaga keadilan dan ketertiban, serta melindungi hak-hak setiap individu dalam masyarakat atau jama’ah yang ia pimpin.
Baca Juga: Langkah Kecil Menuju Surga
Keenam, menegakkan hukum Islam. Pemimpin yang beriman memiliki tanggung jawab untuk menegakkan hukum-hukum Islam dalam masyarakat atau jama’ah yang ia pimpin. Ini termasuk menjaga moralitas, memerangi kemungkaran, dan mempromosikan (mendakwahkan) kebaikan.
Ketujuh, pembinaan moral dan spiritual. Pemimpin yang beriman juga berperan dalam membina moral dan spiritual umat. Mereka akan memberikan contoh yang baik dan membimbing umat untuk meningkatkan iman dan ketaqwaan kepada Allah. Dengan bimbingan pemimpin, umat dapat memperkuat ikatan mereka dengan Allah dan menjalankan ajaran agama dengan lebih baik.
Kedelapan, mengarahkan umat pada tujuan bersama. Pemimpin yang beriman akan mengarahkan umat pada tujuan bersama yang sesuai dengan ajaran Islam. Mereka akan merumuskan visi dan misi yang berdasarkan pada nilai-nilai Islam, sehingga umat dapat bekerja sama untuk mencapai kesejahteraan dunia dan akhirat. Dengan adanya pemimpin, umat memiliki arah yang jelas dalam menjalani kehidupan.
Kesembilan, memastikan kesejahteraan sosial dan meningkatkan kualitas hidup umat. Pemimpin yang adil dan beriman akan memastikan kesejahteraan sosial bagi umat. Mereka akan bekerja untuk memenuhi kebutuhan dasar umatnya, seperti pendidikan, kesehatan, dan keamanan. Dengan adanya pemimpin yang peduli, umat dapat hidup dengan lebih sejahtera dan merasa terlindungi.
Baca Juga: Akhlak Mulia: Rahasia Hidup Berkah dan Bahagia
Pemimpin yang adil dan bijaksana akan bekerja untuk meningkatkan kualitas hidup umat. Mereka akan memastikan bahwa umat mendapatkan pendidikan yang baik, akses kesehatan yang memadai, dan kesempatan ekonomi yang adil. Dengan adanya pemimpin yang peduli, umat dapat hidup dengan lebih baik dan sejahtera.
Kesepuluh, mempersiapkan generasi masa depan. Pemimpin yang beriman akan mempersiapkan generasi masa depan yang beriman dan bertaqwa. Mereka akan memberikan pendidikan dan pembinaan yang baik kepada anak-anak dan remaja, sehingga mereka dapat menjadi pemimpin masa depan yang adil dan beriman. Dengan adanya pemimpin, umat dapat memastikan bahwa generasi masa depan akan terus menjalankan ajaran Islam dengan baik.
Jadi, secara keseluruhan, kepemimpinan dalam Islam bukan hanya soal otoritas, tetapi juga tentang tanggung jawab dalam menegakkan kebenaran, keadilan, dan moralitas sesuai dengan ajaran Allah dan Rasul-Nya. Dengan memiliki pemimpin yang baik, umat Islam dapat menjalankan ajaran agama dengan lebih baik dan terarah.
Dari uraian dan penjelasan poin-poin dalam surat An Nisa ayat 59 di atas semakin memperjelas dan mempertegas bahwa sudah menjadi kewajiban atas setiap muslim untuk hidup memiliki ulil amri (pemimpin) dalam satu wadah yang bernama Al Jama’ah, wallahua’lam. []
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-22] Islam Itu Mudah, Masuk Surga Juga Mudah
Mi’raj News Agency (MINA)