Oleh Nurhadis, Wartawan Kantor Berita MINA
Barisan bendera Palestina menyambut kedatangan jamaah shalat Idul Adha di pintu masuk lapangan Gaza, Komplek Ponpes Shuffah Hizbullah dan Madrasah Al-Fatah Muhajirun Negararatu Natar Lampung Selatan, Ahad, (16/6). Sesepuh kampung ini memang menamai lapangannya dengan nama Lapangan Gaza supaya masyarakat Ponpes tidak melupakan perjuangan rakyat Palestina untuk merdeka.
Masuk lebih dalam, terpampang photo-photo pejuang Gaza Palestina juga photo-photo korban kebiadaban Zionis Israel di Gaza Palestina, hasil besutan lembaga Kepalestinaan Aqsa Working Group (AWG).
Tampak tiga orang akhwat pengurus AWG berdiri di samping maket Masjid Al-Aqsa berukuran 1×1 M, kiblat pertama umat Islam yang ditata rapih menambah ruh pembebasan Masjid Al-Aqsa dan kemerdekaan Palestina semakin terasa bagi jamaah.
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
Sepasang suami istri bersama seorang anaknya berkalung syal Palestina terlihat dari kejauhan berjalan memasuki lapangan Gaza sambil mengibarkan bendera Palestina. Suasana shalat Idul Adha di sini memang berasa seperti aksi bela Palestina yang sering digelar di berbagai daerah di Indonesia.
Memang, ada imbauan resmi agar shalat Id di berbagai daerah diselenggarakan dengan nuansa Palestina, sebagai bentuk kepedulian dan keistiqamahan dukungan warga negara Indonesia untuk masjid Al-Aqsa dan Palestina.
Saya duduk di shaff kedua, tepat di belakang Imam sekaligus khatib shalat Idul Adha, Imaam Yakshyallah Mansur duduk sebelum memulai shalat dan khutbahnya terlebih dahulu bertakbir diikuti sekitar 1500 jamaah dari kalangan santri, warga sekitar, bahkan ada yang berasal dari ibukota Lampung yang berjarak 20 KM dari lokasi acara.
Pukul 06.45 WIB, Imaam menyiapkan barisan tanda akan dimulainya shalat Id. Seperti biasa, rakaat pertama 7 kali takbir, rakaat kedua 5 kali takbir dengan mengangkat tangan. Saya pun larut dalam kekhusyu’an shalat dengan suara merdu Imaam dalam membaca Al-Fatihah dan surah Sabbihis (Al-A’la) pada rakaat pertama.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat
Tiba-tiba terdengar suara drone yang diterbangkan wartawan MINA Biro Sumatera, Habib Hizbulloh tepat berada di atas kepala kami. Saya terbayang atas apa yang terjadi di Gaza saat ini. Hari ini, saat jamaah haji bergegas menuju Mina untuk melempar jumrah, di Gaza tepat hari ke 254 sejak Aksi Perlawanan dengan serangan lintas batas dilancarkan oleh pejuang Gaza, diikuti serangan membabi buta Israel terhadap rakyat sipil yang hingga saat ini sudah mengakibatkan 37.296 syahid, 15.694 diantaranya anak-anak, 10.367 wanita, dan 10.000 dinyatakan hilang. Sementara luka-luka mencapai 85.197 orang.
“Luah Luh Mak Dighaso”, begitu kira-kira bahasa Lampung yang artinya tidak terasa telah berurai air mata. Membayangkan saudara-saudara di Gaza yang saat ini bertakbir dan menggelar shalat Idul Adha di tengah-tengah reruntuhan bangunan dan mayat-mayat bergelimpangan. Mudah-mudahan tidak membatalkan shalat saya, tapi tidak terasa, air mata semakin deras mengalir di tengah-tengah takbir rakaat kedua.
Bagi yang sudah pernah berada di Gaza, suara dengungan Drone menjadi sudah menjadi suara yang sangat familiar apalagi saat terjadi perang seperti saat ini. Kalau yang saya dengar adalah suara dengungan drone yang membawa kamera, tidak sama halnya dengan di Gaza. Drone Israel membawa roket yang siap ditembakkan ke warga sipil Gaza Palestina.
Terbayang juga betapa kukuhnya keimanan warga Gaza yang tetap tegar bertakbir meninggikan kalimat Allah, meskipun dalam kondisi kelaparan, rumah hancur, kerabat satu persatu syahid. Berasa sangat kecil sekali perbandingan keimanan diri ini jika dibandingkan dengan saudara-saudara di Gaza.
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
Vibes Idul Adha di Gaza semakin terasa hingga Imaam Yakhsyallah Mansur mengingatkan jamaah dalam khutbahnya yang bertemakan Palestina. “Kita tidak bisa melupakan Palestina. Melupakan Palestina yang di dalamnya ada masjid Al-Aqsa artinya melupakan sejarah Islam. Siapa yang tidak memperhatikan Palestina berarti dia tidak memperhatikan sejarah umat Islam itu sendiri,” katanya.
Imaam Yakhsyallah juga mengajak jamaah untuk terus menanamkan kepada anak, kecintaan maksimal terhadap Masjid Al-Aqsa. “Itu bagian dari hidup kita. Jangan sampai tersisa sekecil apapun dalam relung hati kita, kecuali ada kecintaan terhadap masjid Al-Aqsa dan Palestina,” tegasnya.
“Bantuan kita sekecil apapun akan sangat berarti untuk saudara di Palestina, Al-Aqsa Haqqunaa, Al-Aqsa adalah milik umat Islam,” tambahnya.
Imaam Yakhsyallah juga mengingatkan jamaah untuk merapatkan ukhuwah Islamiyah dalam satu jamaah. “Apabila ingin Rahmat, maka ukhuwah harus rapat, apabila ingin ukhuwah rapat maka berjamaah. Aljamaatu Rahmah wal forqotu adzab, berjamaah itu adalah rahmat, sedangkan berpecah-belah itu adzab”.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat
Kadang saya lalai bersyukur, saat bisa shalat Id dengan damai tanpa gangguan apapun, saudara kita di Gaza justru sebaliknya. Kadang kesibukan membuat saya lupa terhadap saudara di Gaza yang telah memasuki bulan ke delapan serangan Israel. Mudah-mudahan Allah tetap menjaga istiqamah kita untuk terus berbuat bagi Palestina.
Kadang terasa lelah saat telah berupaya beberapa kali untuk masuk ke Gaza tapi belum juga Allah izinkan, namun sejenak lelah itu hilang saat teringat besarnya keimanan umat Islam di Gaza yang tidak kenal lelah hingga hari ini terus berjuang untuk Masjid Al-Aqsha meski dengan kekurangan makanan, air bersih, obat-obatan, juga tempat tinggal yang aman.
Hingga siang waktu Indonesia hari ini, pagi waktu Gaza saya masih terus menerima kabar kemenangan pejuang Gaza dengan tewasnya beberapa perwira dan tentara Israel saat melakukan serangan darat ke Rafah. Meski ada juga beberapa warga yang mengantar para syuhadanya ke pemakaman diiringi suara takbir Idul Adha.
Terharu, memang saat mendengar kabar kemenangan pejuang Gaza Palestina. Apalagi baru saja kemarin media mengabarkan seorang perwira komandan pleton Quasar Amerika bernama Thomas Diskey yang bergabung dengan pasukan Israel dikabarkan terbunuh bersama 5 anggotanya saat mencoba memasuki Rafah di selatan Gaza.
Baca Juga: Ada Apa dengan Terpilihnya Trump?
Betul sudah 37.296 syahid hingga saat ini, namun kita umat Islam tidak pernah mengatakan mereka mati, bahkan mereka hidup di sisi Allah dan mendapatkan rezeki. Tidak sebagaimana tentara Israel dan tentara-tentara dari negara pendukungnya yang tewas di Gaza, mereka menunggu pengadilan akhirat dan neraka adalah tempat kembalinya.
Hari ini, saya berlebaran di “Lapangan Gaza” dengan vibes Gaza Palestina. Semoga shalat Idul Adha 1445 H kali ini semakin menambah keimanan sebagaimana keimanan warga Gaza. Dan semoga dalam waktu dekat gencatan senjata segera terwujud, dan bantuan kemanusiaan bisa segera bebas masuk ke Gaza, termasuk relawan yang siap membantu proses pembangunan kembali Gaza yang telah luluh lantak oleh agresi Israel.
Semoga takbir yang menggema di seantero dunia pada Idul Adha kali ini menggetarkan Zionis Israel untuk segera hengkang dari tanah Palestina sehingga Masjid Al-Aqsa segera kembali ke pangkuan kaum Muslimin, karena sesungguhnya Al-Aqsa Haqqunaa, Al-Aqsa adalah Hak Umat Islam.[]
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang