Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Shamsi Ali Ceritakan Kehidupan Muslim di Amerika Serikat

Rendi Setiawan - Ahad, 22 Januari 2017 - 12:49 WIB

Ahad, 22 Januari 2017 - 12:49 WIB

505 Views

Imam Islamic Center New York Shamsi Ali. (Foto: Choo Choy May/ThemalayMailOnline.com)

Presiden Nusantara Foundation, New York, Imam Shamsi Ali. (Foto: The Malay)

Jakarta, 23 Rabi’ul Akhir 1438/22 Januari 2017 (MINA) – Dalam kunjungannya ke Masjid Sunda Kelapa, Menteng, Jakarta, Ahad (22/1) untuk mengisi Tabligh Akbar, Presiden Nusantara Foundation, New York, Imam Shamsi Ali menceritakan kehidupan muslim di Amerika Serikat (AS).

“Kehidupan Muslim di AS sebetulnya sama dengan kehidupan Muslim di negara-negara lain. Memang saya kira akhir-akhir ini Muslim AS sering mendapat tekanan lebih. Tapi Muslim di sana bisa menghadapinya dengan senyuman,” kata Shamsi Ali.

Shamsi Ali mengisahkan bahwa suatu hari, ia sedang mengisi majelis ilmu, tiba-tiba datang seseorang berdiri di depan pintu seraya mengolok-olok, melecehkan baginda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam dengan berbagai macam bentuk cacian.

“Setiap Muslim yang memiliki keimanan dan kecintaan kepada Rasulullah, pasti akan marah jika junjungannya dicaci maki. Itulah kondisi umat Islam di AS. Saya ketika itu meminta jamaah untuk sabar,” ujar Shamsi Ali.

Baca Juga: Cuaca Jakarta Berpotensi Hujan Kamis Ini, Sebagian Berawan Tebal

Kemudian, ia berjalan meninggalkan tempat duduknya untuk keluar ruangan menemui lelaki tadi. Shamsi Ali mengatakan ia menjabat tangan dan memberikan senyuman kepada lelaki itu.

“Sekitar dua pekan setelah kejadian itu, lelaki itu mendatangi kembali majelis saya, kemudian mengatakan bahwa akhir-akhir ini ia susah tidur. Alhamdulillah sekitar enam bulan lalu, lelaki itu sudah memeluk Islam,” katanya seraya menambahkan ini yang kemudian menjadi salah satu inspirasi saya menulis sebuah buku berjudul “Cinta Sejati di Amerika”.

Menurut Shamsi Ali, salah satu cara mempresentasikan Islam di daerah yang keras terhadap Islam, termasuk di Amerika, adalah dengan tersenyum, seperti yang sudah ia lakukan. Menurut Shamsi Ali, cara itu ampuh ketika menghadapi orang-orang yang anti Islam.

Shamsi Ali kemudian menceritakan kisahnya bertemu dengan Donald Trump, Presiden Amerika Serikat yang baru. Ketika itu, Shamsi Ali dihubungi salah satu temannya dan diceritakan tentang pidato Donald Trump di salah satu media yang menyatakan bahwa Islam adalah agama yang berbahaya jika dibiarkan berkembang di Amerika.

Baca Juga: Workshop Kemandirian untuk Penyandang Disabilitas Dorong Ciptakan Peluang Usaha Mandiri

“Apa yang saya lakukan ketika itu? Tidak ada, namun kemudian teman saya menawarkan untuk bertemu Donald Trump,” kata Shamsi Ali.

Shamsi Ali menilai, pertemuannya dengan Donald Trump cukup unik. Ketika itu, Donald Trump menoleh ke kanan dan ke kiri seperti sedang mencari seseorang.

“Melihat sikap Donald Trump, teman saya bertanya, ‘Siapa yang Anda cari?’ Donald Trump menjawab, “Saya sedang mencari Imam. Kemudian teman saya menjawab, ini Imam,” kata Shamsi Ali mengenang kisah itu sembari mengungkapkan bahwa Donald Trump terkejut melihat dirinya.

“Donald Trump terkejut melihat saya. Mungkin karena ia mengira Imam itu badannya tinggi besar seperti orang Arab,” ujarnya.

Baca Juga: Update Bencana Sukabumi:  Pemerintah Siapkan Pos Pengungsian

Setelah peristiwa itu, Shamsi Ali mulai menjelaskan Islam kepada Donald Trump. Beberapa bulan, Donald Trump tidak pernah menyinggung soal Islam. Namun, dalam kampanyenya, kata Shamsi Ali, tabiat Donald Trump muncul lagi.

“Mungkin itu sudah menjadi tabiatnya, saya tidak bisa mengislamkan orang, saya hanya bisa menyampaikan ajaran Islam dengan ramah. Begitu juga Muslim di Amerika yang selalu nNampak tenang dan sabar menghadapi cobaan itu,” ujar Imam Shamsi Ali. (L/R06/RS3)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Baca Juga: PSSI Anggarkan Rp665 M untuk Program 2025

Rekomendasi untuk Anda

Amerika
Internasional
Amerika
Amerika