Oleh: Imamul Muslimin Yakhsyallah Mansur, Imaam Jama’ah Muslimin (Hizbullah)
بسم الله الرحمن الرحيم
Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala:
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ ۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۖ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۗ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
“Artinya: “Bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil). Karena itu, barang siapa di antara kamu hadir (di negeri tempat inggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” (QS. Al-Baqarah; 2: 185)
Ketika menafsirkan kalimat (firman Allah):
وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat
Ibnu Katsir menyatakan:
Artinya: “Jika kalian telah mentaati perintah Allah dengan melaksanakan kewajiban-Nya dan meninggalkan larangan-Nya, serta menjaga ketentuan-Nya, maka kalian seperti itu disebut golongan orang yang bersyukur.” (Tafsir Ibnu Katsir, 1/505)
Pada rangkaian ayat tentang shaum Ramadhan ini, Allah menutupnya dengan perintah bersyukur. Hal ini menunjukkan bahwa salah satu tujuan puasa (shaum) adalah agar kita menjadi orang yang bersyukur dan betapa eratnya hubungan shaum dengan syukur.
Baca Juga: Dentuman Perang Memisahkan Sepasang Calon Pengantin
Syukur menurut para ulama adalah:
نصور النعمة واظهارها
Artinya: “Memvisualkan dan menampakkan nikmat.”
Sedangkan nikmat menurut para ulama adalah:
Baca Juga: Bela Masjid Al-Aqsa Sepanjang Masa
الحالة الحسنة
Artinya: “Kondisi atau segala sesuatu yang baik.”
Sementara Al-Ghazali menyatakan bahwa hakikat itu bersumber dari tiga hal yaitu ilmu, keadaan, dan perbuatan.
Ilmunya adalah dengan menyadari bahwa nikmat yang diterimanyaitu semata-mata datang dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Keadaannya ialah dengan menyatakan kegembiraan karena memperoleh nikmat. Amalannya adalah menggunakan nikmat sesuai dengan yang dikehendaki pemberi nikmat.
Baca Juga: Cinta Dunia dan Takut Mati
Jadi bila nikmat itu berupa harta, maka harta itu digunakan untuk hal-hal yang diridlai Allah. Seperti bersedekah, haji, menjaga harga diri, mengembangkan usaha, menggaji pegawai atau pembantu, dan sebagainya.
Bila nikmat berupa ilmu hendaknya diamalkan, diajarkan kepada orang lain, dan digunakan untuk meningkatkan ibadah dan membantu memecahkan persoalan masyarakat.
Sedangkan mensyukuri nikmat anggota tubuh, menurut Al-Ghazali , ada tujuh anggota tubuh penting yang harus kita perhatikan cara mensyukurinya, yakni: 1. Mata, mensyukurinya dengan tidak menggunakannya untuk melihat maksiat; 2. Telinga digunakan hanya mendengarkan hal-hal yang baik; 3. Lidah dengan banyak mengucapkan zikir dan hal-hal yang baik; 4. Tangan digunakan untuk melakukan kebaikan, baik untuk diri sendiri meupun orang lain; 5. Perut hanya diisi dengan makanan yang halal dan tidak berlebih-lebihan; 6. Kemaluan dipergunakan bagi suami istri dengan niat memelihara diri dari yang haram; 7. Kaki digunakan untuk berjalan ke tempat yang baik, mencari rezeki, dan menolong orang lain.
Keutamaan Syukur
Baca Juga: Menjaga Akidah di Era Digital
- Tidak akan disiksa oleh Allah
مَا يَفْعَلُ اللَّهُ بِعَذَابِكُمْ إِنْ شَكَرْتُمْ وَآمَنْتُمْ ۚ وَكَانَ اللَّهُ شَاكِرًا عَلِيمًا
Artinya: “Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman? Dan Allah adalah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui.” (QS. An-Nisa; 4:147)
- Mendapat ridla Allah
…وَإِنْ تَشْكُرُوا يَرْضَهُ لَكُمْ …
Baca Juga: Amerika itu Negara Para Pendatang!
Artinya: ” … dan jika kamu bersyukur, niscaya Dia meridhai bagimu kesyukuranmu itu ….” (QS. Az-Zumar; 39:7)
- Ditambah Nikmatnya
…لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ…
“… Jjika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu ….” (QS. Ibrahim; 14:7)
Baca Juga: Indonesia, Pohon Palma, dan Kemakmuran Negara OKI
- Dicintai oleh Allah
إِنَّ اللَّهَ يُحِبَّ أَنْ يَرَى أَثَرَ نِعْمَتِهِ عَلَى عَبْدِهِ
Artinya: “Sesungguhnya Allah senang melihat nekas nikmat yang diberikan kepada hamba-Nya.” (HR. Tirmidzi)
- Merupakan Akhlak Rububiyah dan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam
إِنَّ رَبَّنَا لَغَفُورٌ شَكُورٌ …
Baca Juga: Kemenangan Trump dan Harapan Komunitas Muslim Amerika
Artinya” … Sesungguhnya Tuhan kami benar-benar Maha Pengampum lagi Maha Mensyukuri.” (QS. Fatir; 35:34)
Aisyah Radliyallahu Anha mempertanyakan ibadah –ibadah yang dilakukan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam, bahkan kedua kaki beliau sampai bengkak-bengkak karena shalat tahajud. Padahal Allah telah mengampuni dosa-dosa beliau. Kemudian beliau menjawab:
أفلا أكون عبدا شكورا
Artinya: “Tidak pantaskah aku menjadi hamba yang bersyukur.” (Mutaffaq ‘Alaih)
Baca Juga: [Hadist Arbain ke-6] Tentang Halal dan Haram
Sebab-sebab Tidak Besyukur
Pertama, merasa belum mendapatkan nikmat Allah. Nikmat Allah yang dikaruniakan kepada manusia sangat banyak, hanya manusia banyak yang merasa belum mendapatkannya. Allah mengingatkan:
وَآتَاكُمْ مِنْ كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ ۚ وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَتَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا ۗ إِنَّ الْإِنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ
Artinya: “Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).” (QS. Ibrahim; 14:34)
Kedua, tidak mengetahui cara bersyukur. Sebagian orang menganggap bahwa bersyukur itu cukup dengan membaca tahmid (Alhamdulillah). Sungguh ini bukan bersyukur namun hanya memuji Allah.
Ketiga, Pengaruh Syahwat dan Setan. Manusia yang dipengaruhi oleh syahwat dan setan akan terus merasa kurang dengan karunia Allah. wallahu a’lam bishawab
(R01/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)