Oleh : Ust. Ali Farkhan Tsani, Da’i Pondok Pesantren Al-Fatah Cileungsi, Bogor, Jabar
Salah satu dzikir utama bagi seorang Muslim adalah mengucapkan sholawat Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Mengucapkan sholawat Nabi juga merupakan wujud kecintaan seorang Muslim terhadap Nabinya.
Di dalam Al-Quran, Allah menyebutkan :
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-19] Jagalah Allah, Pasti Allah akan Menjagamu
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
Artinya: “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya selalu bershalawat kepada Nabi Muhammad. Wahai orang-orang yang beriman bershalawatlah kalian kepadanya dan bersalamlah dengan sungguh-sungguh.” (QS Al-Ahzab [33]: 56).
Pada ayat ini, Allah memuji Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam di hadapan para Malaikat, karena Allah cinta kepada Rasul. Para Malaikat pun memuji Rasul serta mendoakannya.
Demikian juga orang-orang beriman, mengikuti Allah dan para malaikat-Nya, turut memuji Rasul dengan mengucapkan sholawat Nabi.
Ini adalah bentuk pemuliaan, penghormatan dan kecintaan kita terhadap Rasul.
Baca Juga: Mengembangkan Pola Pikir Positif dalam Islam
Makna Sholawat Nabi
Sholawat memiliki makna dasar berdoa. Adapun Allah bershalawat kepada Nabi, maksudnya adalah Allah memberikan rahmat dan ridha-Nya. Demikian Imam Al-Qurtubi menjelaskan di dalam kitab tafsirnya, Al-Jâmi’ li Ahkâmil Qur’ân.
Sedangkan sholawatnya para Malaikat kepada Nabi, berarti doa dan permohonan ampun (istighfar) mereka bagi Nabi.
Adapun sholawat kita kepada Nabi adalah sebagai pengagungan kita terhadap kedudukan Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Baca Juga: Tadabbur QS. Thaha ayat 14, Dirikan Shalat untuk Mengingat Allah
Itu semua bukan berarti Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam membutuhkan kita untuk kebaikan diri beliau. Sebab bila Rasulullah membutuhkan terhadap doanya Malaikat dan umatnya yang berupa sholawat Nabi, maka kiranya sholawat Allah kepada Nabi sudah lebih dari cukup.
Perbedaan makna shalawat yang dilakukan oleh Allah dan para Malaikat serta orang-orang beriman semuanya dimaksudkan untuk satu hal, yakni memperlihatkan pengagungan kepada Nabi dan menghormati kedudukan Nabi yang luhur.
Hal ini sama dengan ketika Allah memerintahkan kita untuk selalu mengingat-Nya, bukan berarti Allah butuh diingat oleh hamba-Nya. Namun karena menunjukkan kebesaran dan kedudukan-Nya. Kitalah yang memerlukan Allah. Kitalah yang perlu bersholawat.
Dalam hal ini Imam Fakhrudin Ar-Razi di dalam kitab tafsir Mafâtîhul Ghaib menjelaskan “Bersholawat kepada Nabi bukanlah karena kebutuhan Nabi. Bila Nabi membutuhkan sholawat, tak ada kebutuhan terhadap sholawatnya Malaikat yang bersamaan dengan shalawatnya Allah kepada Nabi. Sholawat itu hanya untuk menampakkan pengagungan terhadap Nabi, sebagaimana Allah memerintahkan kita untuk mengingat Dzat-Nya sementara Allah tidak memiliki kebutuhan untuk diingat. Hal itu semata-mata karena untuk menampakkan sikap pengagungan terhadap Nabi dari kita dan untuk Allah memberikan pahala bagi kita atas pengagungan tersebut.”
Baca Juga: Terus Berjuang Membela Palestina
Ucapan Sholawat Nabi
Ucapan Sholawat Nabi yang terbaik adalah seperti yang Rasul ajarkan kepada para sahabatnya, yaitu yang biasa kita baca dalam tasyahud.
اللّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلّيْتَ عَلَى آلِ إبْرَاهِيمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إبْرَاهِيمَ فِي الْعَالَمِينَ إنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ.
Artinya: “Ya Allah, limpahkanlah sholawat atas Muhammad dan keluarganya sebagaimana telah Engkau limpahkan sholawat atas keluarga Ibrahim. Berkahilah Muhammad dan keluarganya sebagaimana Engkau telah memberkahi keluarga Ibrahim. Di seluruh alam ini, Engkau Maha Terpuji dan Mahaagung”. (HR Muslim dari Abu Mas’ud Al-Anshari).
Sholawat Nabi, disebutkan juga dalam hadits :
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-18] Tentang Taqwa
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ
Artinya : “Ya Allah, limpahkanlah sholawat dan salam kepada Nabi kami Muhammad”. (HR Ath-Thabrani).
Ucapan sholawat Nabi yang lebih ringkas, yaitu sholawat Nabi yang biasa diucapkan dan ditulis oleh Salafush Shalih, yaitu :
صَلَّي اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ
Masih ada juga dari hadits lain, dan ucapan ulama yang dimasukkan ke dalam bacaan sholawat Nabi.
Keutamaan Sholawat Nabi
Baca Juga: Mahsyar dan Mansyar: Refleksi tentang Kehidupan Abadi
Selanjutnya, bersholawat kepada Nabi menjadi sarana untuk mendapatkan pahala dan anugerah dari Allah yang berlimpah ruah. Dalam hal ini Rasulullah Shallallahun ‘Alaihi Wasallam pernah bersabda:
مَنْ صَلَّى عَلَيَّ وَاحِدَةً صَلَّى الله عَلَيْهِ عَشْرًا
Artinya: “Barangsiapa yang bershalawat kepadaku sekali, maka Allah bershalawat kepadanya sepuluh kali.” (HR Muslim).
Pada riwayat lain dari sahabat Anas meriwayatkan sebuah hadits:
مَنْ صَلَّى عَلَيَّ بَلَغَتْنِي صَلَاتُهُ وَصَلَّيْتُ عَلَيْهِ وَكُتِبَ لَهُ سِوَى ذَلِكَ عَشْرُ حَسَنَاتٍ
Artinya: “Barangsiapa yang bershalawat kepadaku maka shalawatnya sampai kepadaku dan aku bershalawat kepadanya dan ditulis baginya selain itu sepuluh kebaikan.” (HR Ath-Thabrani).
Baca Juga: Sujud dan Mendekatlah
Orang yang mendapat shalawat dari Allah berarti dia mendapatkan anugerah yang sangat besar dari-Nya. Hal ini bisa dipahami setidaknya dari ekspresi Rasulullah ketika diberitahu Malaikat Jibril perihal orang yang bersholawat kepada Nabi akan mendapat sepuluh shalawat dari Allah. Saat itu Rasulullah seketika bersujud sangat lama sekali sebagai rasa syukur bahwa umatnya mendapat anugerah yang begitu besar dari Allah hanya dengan bershalawat sekali saja.
Maka, ketika kita membaca sholawat kepada Nabi, pada hakikatnya adalah kita sedang memohon rahmat Allah untuk diri kita sendiri, yang jauh lebih banyak dari rahmat yang kita mohonkan untuk Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Semakin banyak kita bersholawat kepada Nabi, maka akan semakin banyak dan berlimpah pula rahmat Allah yang dianugerahkan kepada kita. Apalagi jika membiasakan diri memperbanyak sholawat kepada Nabi.
Sebaliknya, janganlah kita termasuk orang yang bakhil alias pelit, karena enggan membaca sholawat kepada Nabi. Bahkan saat nama Nabi disebutpun, kita tidak bersholawat.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-17] Berbuat Baik pada Segala Sesuatu
Dalam hal ini Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengingatkan kita dalam riwayat dari Ali bin Abi Thalib.
البَخِيلُ الَّذِي مَنْ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ. رواه الترمذي
Artinya : “Orang yang sangat pelit adalah orang yang ketika namaku disebut di sampingnya, ia tidak mau membaca shalawat kepadaku.” (HR At-Tirmidzi).
Allaahumma shalli ‘alaa Muhammad…… Aamiin. (A/RS2/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-16] Jangan Marah