Oleh: Rendy Setiawan, Wartawan Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Islam adalah agama yang sangat memperhatikan ilmu pengetahuan dan pendidikan. Allah Ta’ala menegaskan bahwa salah satu tugas pokok Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam adalah mendidik dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan.
Allah Ta’ala berfirman yang artinya: “Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di tengah mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan jiwa mereka dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab dan Al-Hikmah. Dan sungguh sebelum kedatangan nabi itu, mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (Q.S. Ali-Imran [3]: 164)
Ayat ini menjelaskan bahwa diutusnya Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam adalah sebuah anugerah bagi orang yang mempercayainya. Adapun tugas Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam menurut ayat ini adalah membacakan ayat-ayat Allah, membersihkan jiwa manusia dan mengajarkan Al-Kitab dan Al-Hikmah. Tugas-tugas ini semua berkaitan erat dengan pendidikan.
Baca Juga: Pak Jazuli dan Kisah Ember Petanda Waktu Shalat
Membacakan ayat-ayat Allah bukan saja membacakan firman-firman Allah yang tertulis di dalam Al-Qur’an (ayat-ayat qauliyah) tetapi juga membacakan ayat yang terpampang di alam semesta (ayat-ayat kauniyah). Sedangkan membersihkan jiwa manusia maksudnya ialah membersihkan manusia dari kotoran jasmaniyah, misalnya, dengan cara wudhu, mandi dan istinja, serta membersihkan manusia dari kotoran jiwa seperti kebodohan, syirik, dengki, takabbur dan sebagainya.
Adapun mengajarkan Al-Kitab dan Al-Hikmah menurut Sayyid Quthb ialah membawa manusia dari alam kebodohan kepada hidup berpengetahuan dan menunjukkan mereka pengertian-pengertian yang membawa kepada keselamatan.
Untuk merealisasikan tugas-tugas itu, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam sejak masa awal dakwahnya telah memperhatikan tempat pendidikannya. Pada saat Rasulullah berada di Mekkah, dan umat Islam sudah mencapai lebih dari 30 orang, Shallallahu Alaihi Wasallam kemudian memilih Rumah Al-Arqam bin Abil Arqam sebagai tempat untuk menjalankan aktivistas pendidikan bagi Umat Islam. Tempat ini terletak di antara bukit Shafa dekat Masjidil Haram dan kemudian dikenal dengan Daar Al-Arqam.
Di tempat inilah Shallallahu Alaihi Wasallam pertama kali mendidik para sahabatnya secara intensif ketika dakwah Islam masih dilakukan secara dengan cara rahasia. Tempat ini semakin terkenal ketika Umar bin Al-Khattab memeluk Islam. Namun, dikarenakan umat Islam yang masih minoritas dan tertindas di Mekkah pada saat itu, Daar Al-Arqam tidak sempat berkembang.
Baca Juga: Jalaluddin Rumi, Penyair Cinta Ilahi yang Menggetarkan Dunia
Tiga belas tahun lamanya Shallallahu Alaihi Wasallam mendakwahkan Islam di Mekkah, Shallallahu Alaihi Wasallam bersama para sahabatnya pergi menuju Madinah. Di Madinah, Islam mengalami perkembangan yang amat pesat. Shallallahu Alaihi Wasallam berserta para Sahabatnya mampu membangun peradaban baru yang membentuk masyarakat terbaik.
Leo Tolstoi (1828-1910) menggambarkan keberhasilan Shallallahu Alaihi Wasallam sebagai berikut; “Tidak usah diragukan lagi bahwa Muhammad itu sebesar-besar manusia yang berkhidmat kepada kemanusiaan dengan pengkhidmatan yang teramat mulia. Cukuplah baginya menjadi kebanggaan karena mampu membawa suatu umat menuju cahaya kebenaran dan membawanya kepada kehidupan zuhud, dilarangnya menumpahkan darah dan mengorbankan manusia bagi keperluan agama. Maka terbukalah bagi umat itu jalan kemajuan dan peradaban. Pekerjaan yang dilakukan Muhammad itu memang pekerjaan besar, bukan sembarang orang bisa melakukannya. Orang seperti itu memang pantas mendapatkan kehormatan dan penghargaan.”
Keberhasilan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam membangun peradaban manusia terbaik di Madinah tidak terlepas dari usaha beliau mendidik dan mengajar di Masjid Nabawi kepada para sahabatnya tentang berbagai aspek kehidupan. Sehingga Masjid Nabawi kala itu bagaikan universitas tempat dimana umat Islam menerima dan mengembangkan ilmu pengetahuan serta menjadi pusat tumbuh kembangnya budaya ilmiah di kalangan umat Islam.
Shuffah Rasulullah
Baca Juga: Al-Razi, Bapak Kedokteran Islam yang Mencerdaskan Dunia
Ketika terjadi perpindahan kiblat dari Bayt Al-Maqdis di Al-Quds ke Ka’bah di Mekkah, terjadilah perubahan geografis di Masjid Nabawi; tembok arah kiblat pertama menjadi bagian belakang masjid. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam memerintahkan supaya di atas tembok itu dibuat atap. Tempat itu kemudian dikenal dengan nama ‘Ash-Shuffah’ atau ‘Adz-Dzillah’ yang merupakan tempat tidak berdinding di sekelilingnya.
Di tempat sederhana inilah Shallallahu Alaihi Wasallam mendirikan pusat pedidikan Islam pertama kali, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam sendiri terjun langsung menjadi gurunya, dibantu dua sahabatnya, Abdullah bin Saad dan Ubadah bin Ash-Shamit. Bidang studi yang diajarkan meliputi Al-Quran, Tajwid, dan ilmu-ilmu ke-Islaman.
Selain itu, diajarkan pula pelajaran membaca dan menulis. Mayoritas muridnya berasal dari kalangan orang miskin dan tidak memiliki tempat tinggal serta sanak saudara di Madinah. Mereka kemudian dikenal dengan sebutan ash-shuffah/">Ahl Ash-Shuffah. Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa Ash-Shuffah merupakan perguruan pertama dalam Islam.
Tokoh-Tokoh Ahlu Shuffah
Baca Juga: Abdullah bin Mubarak, Ulama Dermawan yang Kaya
Sederhana bukan berarti tidak mungkin membawa manusia kepada kesuksesan. Inilah yang terjadi di Madinah, dimana Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam mendirikan Ash-Shuffah untuk mendidik para sahabatnya menjadi generasi terbaik yang tiada bandingnya. Kehadiran Ash-Shuffah berhasil mewujudkan masyarakat belajar di Madinah.
Selain itu, lembaga Ash-Shuffah ini juga mampu melahirkan banyak sekali tokoh-tokoh yang memiliki peran penting di awal perjalanan Islam. Namun begitu, hanya sedikit ulama yang membeberkan siapa saja tokoh-tokoh hasil didikan Rasulullah ini. Adalah Abu Nu’aim, ulama pertama yang membuat daftar tokoh-tokoh yang masyhur di kalangan ash-shuffah/">Ahl Ash-Shuffah. Daftar tokoh-tokoh ini dikutip oleh Akram Dhiya’ Al-Umari dari Abu Nu’aim di antaranya
- Abu Hurairah
- Abu Dzar Al-Ghifari
- Salman Al-Farisi
- Ka’ab bin Malik Al-Anshari
- Hadzalah bin Abu Amir Al-Anshari
- Hudzaifah bin Al-Yaman
- Bilal bin Rabbah
- Al-Barra’ bin Malik Al-Anshari
- Saad bin Malik
- Zaid bin Al-Khattab
Tokoh-tokoh tersebut merupakan hasil dari didikan langsung Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, tidak perlu kita ragukan ke-ilmuwan mereka. Para tokoh itu juga menghapus klaim bahwa Ash-Shuffah hanyalah sebuah legenda atau bahkan sebuah invensi (ciptaan) belakangan yang muncul pasca wafatnya Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam.
Teladan Shuffah
Baca Juga: Behram Abduweli, Pemain Muslim Uighur yang Jebol Gawang Indonesia
Pusat pendidikan Ash-Shuffah benar-benar ada di zaman Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, bukan suatu invensi apalagi klaim hanya sebuah legenda sebagaimana asumsi atau anggapan para tokoh Orientalis (Orang Barat yang meneliti tentang budaya ke-Timur-an/ke-Islam-an). Hal ini dibuktikan bahwa Ash-Shuffah sebagai lembaga pendidikan telah memiliki empat unsur pendidikan, yang meliputi tujuan pendidikan, pendidik dan anak didik, lingkungan, dan sarana pendidikan.
Hal terpenting dari pendidikan Ash-Shuffah adalah mendidik para ash-shuffah/">Ahl Ash-Shuffah yang memiliki kepatuhan total kepada Allah Tabaraka Wa Ta’ala, selain juga mendidik para ash-shuffah/">Ahl Ash-Shuffah menjadi pribadi yang mampu menyebarkan dakwa Islam dan mempertahannya serta mengajarkan kepada para ash-shuffah/">Ahl Ash-Shuffah berbagai keterampilan dalam membangun peradaban manusia yang maju, terutama keterampilan membaca dan menulis.
Demikian inilah ‘Ash-Shuffah’, salah satu lembaga pendidikan pertama Islam yang mampu membangun peradaban maju, menghadirkan manusia-manusia terbaik, yang jarang diungkap oleh para ulama, khususnya para sejarawan. Para ulama dan sejarawan justru lebih banyak mengaitkan Ash-Shuffah dengan Tarekat Sufisme, sedikit sekali yang mengaitkannya dengan pendidikan. Wallahul Musta’an.
Disarikan dari Buku ‘Ash-Shuffah; Pusat Pendidikan Islam Pertama yang Didirikan dan Diasuh Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam’ karya KH. Yakhsyallah Mansur, MA. (T/P011/P4).
Baca Juga: Suyitno, Semua yang Terjadi adalah Kehendak Allah
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)