Oleh Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior Kantor Berita Islam MINA (Mi’raj Islamic News Agency)
Memasuki satu tahun serangan koalisi Arab ke Yaman sejak Maret 2015 lalu, belum ada tanda-tanda konflik mereda. Konflik pertentangan politik antarberbagai kekuatan bersenjata di negeri miskin di kawasan Teluk itu, ditambah serangan Arab yang didukung Amerika Serikat (AS), berimbas pada korban dari kalangan sipil yang tak terelakkan.
Laporan terkini Januari 2016, Ketua UNDP (United Nation Development Programme) Yaman asal Jepang, Mikiko Tanaka, menyebutkan, lebih dari 5.800 orang telah tewas di Yaman sejak Maret, sekitar setengah dari mereka adalah warga sipil, dari anak-anak, perempuan dan orang tua.
Baca Juga: Ini Doa Terbaik Dari Keluarga untuk Jamaah Yang Pulang Umrah
Sementara itu, puluhan juta warga Yaman kini mengalami krisis parah tentang ketersediaan air bersih, pangan dan kesehatan.
Menurut catatannya, sejak konflik Yaman bergejolak, saat ini terdapat sekitar 19,3 juta warga kekurangan air bersih dan sanitasi, 14,4 juta warga kekurangan makanan, dan 14,1 juta lainnya tidak mendapatkan akses kesehatan, dari sekitar 25 juta warganya.
Krisis air bersih yang paling mengkhawatirkan, dengan hancurnya berbagai infrastruktur air bersih, listrik untuk menggerakkan mesin dan kelangkaan bahan bakar. Warga yang sudah susah mendapatkan uang dari mana, karena tidak ada aktivitas pekerjaan, harus menyediakan lebih dari 30% anggaran hanya untuk kebutuhan air bersih.
Menurut Abdulkhaleq Alwan, seorang ahli senior di Kementerian Air dan Lingkungan Yaman, itu karena melonjaknya harga air hingga lebih dari tiga kali lipat, mencapai 10.000 rial Yaman (sekitar Rp600 ribu) untuk satu tangki air.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-21] Tentang Istiqamah
Harga air itu telah meningkat dengan sangat tajam karena harga solar yang digunakan untuk memompa air dari sumur, dan bensin untuk menjalankan truk, telah melonjak mahal, kata Alwan.
“Pemilik juga hampir tidak mampu membeli solar di pasar gelap karena harganya sangat mahal, mencapai sekitar Rp13ribu/liter dan bensin sekitar Rp13.500 di pasar gelap,” katanya.
Sebuah laporan UNDP menyebutkan, sumber air di Yaman terus surut hampir 169 persen dari sumber daya air terbarukan. Ini artinya, bahwa penggunaan air jauh lebih cepat daripada proses pengisian kembali persediaannya.
Krisis tidak kalah seriusnya adalah kelangkaan bahan bakar dan matinya arus listrik. mengakibatkan bermunculannya warga miskin baru, yang sebelumnya adalah pengusaha, karena sudah tidak punya usaha lagi.
Baca Juga: Hijrah Hati dan Diri: Panduan Syariah untuk Transformasi Spiritual dan Pribadi
Dampak lainnya akibat konflik perang di Yaman adalah hancurnya layanan publik, pengungsian yang memuncak, tidak terjaminnya perlindungan sipil, dan terhentinya ekonomi, tambahnya. Belum lagi nasib mereka yang mengungsi di pinggiran kota atau ke Yaman bagian selatan atau bahkan keluar negara tetangga seperti Oman dan menyeberang ke Afrika.
Dalam sebuah diskusi yang Penulis ikuti, Yemen Our Home di Jakarta baru-baru ini, mantan Menteri Perindustrian Yaman, Dr Saaldaldeen Talib, mengatakan bahwa derita kemanusiaan warga Yaman yang sedang berlangsung saat ini merupakan krisis yang belum pernah terjadi sepanjang sejarah Yaman.
Menurutnya, krisis air bersih melanda warga secara massal, belum lagi krisis listrik, bahan bakar, dan obat-obatan menimpa warga.
Untuk kebutuhan seperti itu, sekedar membeli air dan bahan bakar, belum lagi kebutuhan makanan apalagi obat-obatan, di negara di mana lebih dari setengah penduduknya hidup dengan pendapatan sekitar 60 dolar AS per kapita per bulan atau sekitar Rp800 ribu/bulan, tentu masalah tersendiri.
Baca Juga: Aksi Peduli Palestina: Cara Efektif dan Nyata Membantu Sesama yang Membutuhkan
Lainnya tentu adalah bidang kesehatan, seperti laporan WHO yang baru saja memasok 20 ton obat-obatan untuk kota Taez.
Pasokan obat-obatan ini tentu sangat penting untuk memenuhi kebutuhan yang paling mendesak di kota itu. Di mana lebih dari 200.000 orang hidup di bawah pengepungan dengan akses terbatas untuk bantuan kemanusiaan, penjelasan WHO.
Dana Anak PBB UNICEF menyatakan, jutaan anak menghadapi risiko terserang penyakit di tengah gangguan layanan medis. Sekitar 2,6 juta anak berusia di bawah 15 tahun terancam terserang campak yang berpotensi mematikan. Sementara 1,3 juta anak yang terkena infeksi pernafasan akut dan lebih dari 2,5 juta anak terancam diare.
Warisan Budaya Terancam
Baca Juga: Enam Cara Mudah Bantu Palestina
Serangan udara pasukan koalisi Arab terhadap tetangganya, bukan hanya mengorbankan warga sipil dan infrastruktur penduduk. Namun juga ternyata mengakibatkan kerusakan pada beberapa situs bersejarah, barang antik berharga, termasuk naskah kuno abad ke-10.
Para ulama setempat memperingatkan, jika serangan terus berlanjut tak berhenti, koleksi peradaban tinggi Yaman dalam terutama manuskrip-manuskrip, mungkin akan hancur secara permanen.
“Dalam naskah-naskah kuno di beberapa tempat, termuat tradisi budaya terus-menerus dari abad ke-10 hingga saat kini. Setelah catatan sejarah itu hancur akibat bombardir yang menghancurkan bangunan tempat transkip disimpan, bab penting dari cerita tentang apa artinya menjadi manusia tidak dapat lagi dipulihkan,” kata David Hollenberg, Direktur Arab di Universitas Oregon, Amerika Serikat, yang mengabdikan dirinya sebagai relawan manuskrip Yaman.
Menurut Hollenberg, ia dan para ilmuwan mendirikan Lembaga Yemeni Manuscript Digitization Initiative (YMDI) yang didirikan atas bantuan hibah, tahun 1990-an dalam upaya untuk melestarikan naskah Yaman dengan menggunakan teknologi digital.
Baca Juga: Makna Mubazir dalam Tafsir Al-Isra’ Ayat 27, Mengapa Pelaku Pemborosan Disebut Saudara Setan?
“Manuskrip berisi ilmu-ilmu Islam. Ini perpustakaan manuskrip yang benar-benar berisi tradisi Islam klasik,” katanya.
Menghadapi aksi serangan koalisi Arab Saudi yang kemungkinan masih terus berlanjut, ia baru-baru ini meluncurkan organisasi nirlaba Yaman Heritage November 2015 lalu. Proyek yang dalam proses mendapatkan status hukum di Amerika Serikat, bekerja sama dengan sebuah LSM lokal di Yaman, bertujuan untuk memperbaiki stasiun digital yang sangat dibutuhkan dan dana untuk staf di ibukota negara, Shana’a.
Menurutnya, beberapa naskah berharga mencakup berbagai tema mulai dari puisi, teologi, hukum Islam, sejarah, tata bahasa dan etika, banyak yang hancur dalam serangan bombardir udara.
Hollenberg dan tim mengatakan bahwa rekan-rekannya di Yaman sangat membutuhkan barang-barang dasar penyelamatan naskah berupa hard drive, laptop dan generator cadangan.
Baca Juga: Suriah dan Corak Bendera yang Berganti
Diperkirakan terdapat sekitar 50.000 naskah dan buku tulisan tangan kuno, dan paling berharga adalah naskah-naskah berbahasa Arab yang belum diungkap dunia.
Mengantisipasi itu, Badan PBB UNESCO sebenarnya sejak Juli 2015 telah meluncurkan sebuah rencana aksi darurat untuk melindungi warisan budaya Yaman. Menurut pejabat UNESCO, Shana’a, Aden, Taiz, semua adalah kota dunia.
Situs UNESCO menambahkan, warisan Yaman adalah masa lalu dan sekarang untuk setiap pria dan wanita, apa pun agama mereka atau identitas mereka. Untuk alasan ini, pekerjaan untuk menghentikan penghancuran dan melestarikan adalah tugas dari setiap warga Yaman, setiap orang Arab, setiap Muslim, dan setiap pria dan wanita.
Mendesak Bantuan Kemanusiaan
Baca Juga: [Hadits Arbain Ke-20] Malu Bagian dari Iman
Sudah banyak lembaga, organisasi dan komunitas yang menyerukan Peduli Palestina, Suriah, dan Rohingya misalnya. Dan itu kini perlu ditambah satu lagi, yaitu Peduli Yaman.
Tentu menjadi kewajiban kita semua atas nama kemanusiaan, kebudayaan dan peradaban untuk menyelamatkan warisan peradaban dan nasib warga negeri penuh hikmah dan iman, Yaman.
Di sini hati nurani manusia sangat menentukan ke arah penghentian perang, solusi politik damai bukan senjata militer, dan aksi peduli kemanusiaan.
Patut didukung dan dikampanyekan lebih luas lagi, apa yang dinyatakan Jama’ah Muslimin (Hizbullah), wadah kesatuan umat Islam berpusat di Pesantren Al-Fatah Bogor, melalui Lembaga Kemanusiaan Aqsa Working Group (AWG) Sekretariat Internasional Jakarta, yang menggagas membuka infaq donasi Peduli Yaman. Di samping tetap melanjutkan donasi Peduli Palestina, Suriah, Rohingya, dan lainnya yang selama ini berlangsung. (P4/R02)
Baca Juga: Hari HAM Sedunia: Momentum Perjuangan Palestina
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)