Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Siapa Salwan Momika, Pelaku Pembakaran Quran di Swedia?

Ali Farkhan Tsani - Ahad, 2 Juli 2023 - 11:00 WIB

Ahad, 2 Juli 2023 - 11:00 WIB

18 Views

Oleh : Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior Kantor Berita MINA (Mi’raj News Agency)

Seorang pria berusia 37 tahun melakukan aksi membakar salinan Al-Quran di luar Masjid Raya Södermalm, Stockholm. di ibu kota Swedia, Stockholm, bertepatan dengan saat perayaan Idul Adha, Rabu (28/6/2023).

Pria yang telah mengantongi izin protes dari pihak kepolisian untuk aksi tersebut, adalah seorang pengungsi asal Irak yang menginginkan Al-Quran itu dilarang.

Laporan Deutsche Welle menyebutkan, pelaku terlebih dahulu merobek-robek halaman-halaman Al-Quran, lalu menyekanya dengan sepatunya, dan membakar beberapa di antaranya di depan publik, kata lembaga penyiaran publik Swedia SVT.

Baca Juga: Keutamaan Menulis: Perspektif Ilmiah dan Syari

Sekitar 200 orang berkumpul untuk menonton, termasuk para pengunjuk rasa. Seorang pria ditahan setelah dia mencoba melempar batu.

Lalu, siapa sosok pelaku aksi tersebut?

Data Wikipedia menyebutkan, nama lengkapnya Salwan Sabah Matti Momika (37 tahun), lahir 23 Juni 1986 di Tel Afar, Irak.

Pengungsi berkewarganegaraan Irak, pernah menjadi penerbang Irak-Suriah dan kritikus Islam. Status hubungan menikah dengan dua anak Steve dan Summer.

Baca Juga: Daftar Hitam Pelanggaran HAM Zionis Israel di Palestina

Sumber Free Press Journal antara lain menyebutkan, Matti Momika mengungsi dari Irak ke Swedia dua tahun lalu. Dia tinggal di Jalan Bergsgatan 4 A, kota Järna di Södertälje, Stockholm County.

Usai tindakannya yang memicu kemarahan dan kecaman dari negara dan komunitas mayoritas Muslim di seluruh dunia, dia telah menerima ancaman pembunuhan. Namun dia telah menyatakan niatnya untuk melanjutkan protes lebih lanjut, termasuk akan membakar bendera Irak dan Al-Quran di luar kedutaan Irak di Stockholm.

Menanggapi insiden tersebut, ratusan orang datang ke halaman kedutaan Swedia di Baghdad, Irak, sebagai protes. Para demonstran mendesak Swedia mendeportase pelaku warga Irak itu ke negaranya, untuk diadili dengan hukum Irak.

Menurut Wadih Al-Qasimi, seorang pengamat yang tinggal di Baghdad, Matti Momika dikenal sebagai atheis liberal dan ekstremis, pendiri dan presiden Uni Demokratik Suriah.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-23]  Keutamaan Bersuci, Shalat, Sedekah, Sabar, dan Al-Quran

Momika menduduki posisi pemimpin fraksi bersenjata “Sakour-Saryan Registry” dalam aksi pembebasan Sahal Ninevee dari ISIS. Dia pernah ditangkap pada tahun 2017, dengan tuduhan melakukan pelanggaran dan kejahatan perang, dan dipecat dari jabatannya.

Dia pernah divonis tiga tahun di Penjara Badoush akibat perilakunya yang kasar, dan sempat ditabrak oleh seseorang di kota Al Hamdania.

Dia kemudian bebas dan diizinkan untuk memasuki pintu masuk internasional, hingga kemudian melarikan diri ke Swedia.

Menurutnya, aksi Momika seperti biasa dilakukan kaum imigran di negara pengungsiannya adalah untuk mendapatkan pertemanan se-ide, atau untuk mendapatkan keuntungan pribadi, seperti bayaran sejumlah uang, kewarganegaraan, tempat tinggal atau hal-hal material lainnya. Di samping cari sensasi ketenaran dan untuk menimbulkan perpecahan di komunitas.

Baca Juga: Sejarah Palestina Dalam Islam

Seperti diungkapkan keyakinan Momika sendiri yang beralasan pentingnya kebebasan berbicara dan berekspresi.

“Ini adalah demokrasi. Ini dalam bahaya jika mereka memberi tahu kami bahwa kami tidak dapat melakukan ini,” ujarnya.

Dalam kutipan di media internasional, sebelum aksi, Momika menulis, “Saya ingin protes di depan masjid raya di Stockholm, dan saya ingin mengungkapkan pendapat saya tentang Al-Qur’an. Saya akan merobek dan membakarnya.”

Presiden Turkiye, Recep Tayyip Erdogan sontak langsung mengutuk protes pembakaran Quran itu. Sebuah langkah yang dapat mempertaruhkan upaya Swedia untuk bergabung dengan NATO, sebelum pertemuan puncak blok tersebut pada Juli.

Baca Juga: Pelanggaran HAM Israel terhadap Palestina

Turkiye menyebut protes itu sebagai tindakan keji, tidak dapat diterima untuk mengizinkan tindakan anti-Islam dengan dalih kebebasan berekspresi. Menutup mata terhadap tindakan keji seperti itu berarti terlibat di dalamnya.

Agama dan Etnis Pelaku

Latar belakang agama Salwan Momika tidak disebutkan secara eksplisit oleh media. Cukup sulit untuk menentukan latar belakang agamanya secara pasti berdasarkan konteks tindakan dan pernyataannya.

Meskipun dia mengungkapkan pendapatnya yang kuat dan melakukan tindakan provokatif terhadap Al-Quran, hal itu tidak serta merta menunjukkan keyakinan agamanya.

Baca Juga: Peran Pemuda dalam Membebaskan Masjid Al-Aqsa: Kontribusi dan Aksi Nyata

Sebab tindakan individu dapat memiliki perspektif yang beragam dan mungkin tidak mewakili identitas agama tertentu.

Momika beraksi lebih pada kebebasan berbicara dan mengungkapkan pendapatnya daripada mempromosikan ideologi agama tertentu. Tanpa informasi lebih lanjut tentang latar belakang agamanya atau pernyataan eksplisit mengenai keyakinannya, tentu tidak serta merta langsung mengkategorikan afiliasi agamanya secara definitif. Terlebih itu dianggap sebagai masalah privacy di Eropa. Karenanya tidak dicantumkan dalam kartu penduduk.

Namun, berdasarkan namanya, dimungkinkan untuk berspekulasi tentang potensi etnisnya. “Salwan” adalah nama yang biasa ditemukan di Timur Tengah, khususnya di kalangan penduduk berbahasa Arab. “Sabah” juga bisa berasal dari Arab. Oleh karena itu, kemungkinan besar Salwan Momika memiliki etnis Arab.

Etnisitas adalah konsep yang kompleks dan beragam yang mencakup berbagai aspek seperti warisan budaya, bahasa, dan identitas daerah. Tanpa informasi atau konfirmasi lebih lanjut, sulit untuk menentukan etnis sebenarnya dari Salwan Momika.

Baca Juga: Langkah Kecil Menuju Surga

Selain itu, tindakan dan keyakinan seseorang tidak selalu mencerminkan pandangan atau perilaku seluruh kelompok etnis.

Belum ada informasi juga mengenai orang tua Salwan Momika. Tidak jelas juga apakah orang tua Momika terlibat atau mengetahui niat dan tindakannya.

Detail pribadi tentang individu itu sendiri, terutama tentang keluarga mereka, dipandang sebagai suatu sensitif dan menghormati privasi. Dikhawatirkan ada tuduhan yang tak berdasar, dan dapat meresahkan keluarganya, jika memang sama sekali tidak terlibat.

Memahami dinamika keluarga dan latar belakang individu, dapat memberikan konteks dan wawasan yang berharga. Namun, tanpa informasi spesifik tentang orang tua Salwan Momika, tidak mungkin memberikan analisis atau detail lebih lanjut mengenai mereka.

Baca Juga: Akhlak Mulia: Rahasia Hidup Berkah dan Bahagia

Menurut Tanveer Gill, pengamat strategi inovatif Inggris Raya, menyebutkan, pelaku Mati Momika berpola ateis, adalah seorang maniak secara psikologis.

Sebelumnya dia adalah bagian dari kelompok ekstremis di Irak bernama “Hashd al-Shabi”, yang tangannya bernoda darah ribuan orang tak bersalah, kisah kebrutalan mereka di Suriah dan Irak.

“Kemudian dia datang ke Swedia dan pindah agama ke Kristen. Dalam waktu singkat dia berpikiran atheis dan sekaligus ekstremis,” ujarnya.

Salah satu temannya mengatakan bahwa dia adalah “Kristen Syria sejak lahir, tetapi dia telah menjadi seorang atheis dan telah mengumumkannya.”

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-22] Islam Itu Mudah, Masuk Surga Juga Mudah

Dari kota Qara Qoush “Bakhdida” provinsi Ninouy, milik Uni Demokratik Suriah, pemimpin kelompok bersenjata “Sakoor Suriah Books” ditangkap di Irak 2017 karena pelanggaran perang dan kejahatan. Dia dibebaskan dengan intervensi internasional. Saat ini bekerja sebagai petugas penghubung untuk persenjataan di Swedia.

Apapun yang dilakukan Salwan Sabah Matti Momika atau siapapun atas nama kebebasan berpendapat dan berekspresi, jelas menunjukkan masih adanya Islamofobia, kebencian terhadap Islam.

Kebencian musuh-musuh Islam yang terus meningkat, yang justru menunjukkan tindakan emosional dan kebodohan mereka sendiri. Dan itu tidak bisa dibiarkan, harus dikecam, ditolak, tapi tetap dengan menunjukkan kewibawaan Islam tanpa emosional destruktif.

Seperti apapun dan bagaimanapun aksi kebencian terhadap Islam, perkembangan Islam tidak akan berhenti, tak terbendung. (A/RS2/P1)

Baca Juga: Baca Doa Ini Saat Terjadi Hujan Lebat dan Petir

Mi’raj News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

Kolom