Naypyidaw, MINA – Delegasi pemerintah Myanmar akan mengunjungi kamp pengungsi Rohingya di Cox Bazar akhir Juli ini, lansir Myanmar Times pada Kamis (5/7).
Wakil Sekretaris Tetap Urusan Luar Negeri U Aung Kyaw Zan, mengatakan kunjungan itu bertujuan untuk melakukan proses repatriasi yang akan dilaksanakan pemerintah Myanmar dan Bangladesh.
“Kami sedang mempersiapkan kunjungannya , tetapi belum menentukan tanggal pastinya,” kata U Aung Kyaw Zan.
Dia juga menambahkan, upaya memajukan proses repatriasi sedang dilakukan Myanmar meskipun komunikasi dari pemerintah Bangladesh sangat sedikit terkait masalah ini.
Baca Juga: Presiden Korea Selatan Selamat dari Pemakzulan
Myanmar dan Bangladesh menandatangani perjanjian pemulangan pada November 2017 dan setuju untuk melakukan repatriasi gelombang pertama sebanyak 2.251 pengungsi dari Rakhine utara.
Namun, para pengungsi menolak untuk melakukan repatriasi karena tidak adanya jaminan keamanan dan kewarganegaraan.
Pemerintah Myanmar mengatakan Bangladesh tidak sepenuhnya memenuhi beberapa persyaratan, sementara Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina mengkritik Myanmar karena terlambat merepatriasi.
Senin lalu, Utusan Khusus PBB untuk Myanmar Christine Schraner Burgener mengatakan Myanmar bertanggung jawab agar membuat pengungsi Rohingya kembali secara sukarela dan mendapatkan jaminan keamanan.
Baca Juga: Jumat Pagi Sinagog Yahudi di Meulbourne Terbakar
Rohingya, yang digambarkan oleh PBB sebagai kelompok yang paling teraniaya di dunia, menghadapi serangan terus-menerus sejak 2012 saat puluhan orang terbunuh dalam kekerasan komunal.
Menurut Badan Pembangunan Internasional Ontario (OIDA), sejak 25 Agustus 2017, lebih dari 24.000 Muslim Rohingya dibunuh oleh tentara Myanmar.
Laporan OIDA yang berjudul ‘Migrasi Paksa Rohingya: Pengalaman yang Tak Terkira’ mengungkapkan, ada lebih dari 34.000 orang Rohingya dibakar hidup-hidup, sementara lebih dari 114.000 lainnya dipukuli.
Sekitar 18.000 perempuan Rohingya diperkosa oleh tentara dan polisi Myanmar dan ratusan rumah Rohingya dibakar atau dirusak.
Baca Juga: Taliban Larang Pendidikan Medis Bagi Perempuan, Dunia Mengecam
Amnesty International mengungkapkan lebih dari 750.000 pengungsi sebagian besar anak-anak dan perempuan – melarikan diri dari Myanmar dan menyeberang ke Bangladesh setelah pasukan Myanmar melancarkan kekerasan ke kelompok Muslim minoritas itu pada Agustus 2017. (T/R03/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: PBB akan Luncurkan Proyek Alternatif Pengganti Opium untuk Petani Afghanistan