Oleh: Ali Farkhan Tsani, Redaktur Kantor Berita Islam MINA (Mi’raj Islamic News Agency)
Media Timur Tengah Al-Masdar pada edisi 15 Otober 2015 lalu menyebutkan bahwa kelompok ad-Daulah al-Islamiyyah fil Iraq wasy Syam (Daisy) atau dikenal dengan ISIS (Istalic State Iraq and Sham) merilis pernyataan pertama kalinya, berupa campur tangan menghadapi Israel.
Dalam video singkat itu, ISIS mengancam akan menyerang Israel demi membantu perjuangan Palestina. Bahkan pada laman jejaring sosial, pernyataan menyebutkan, “Kami akan memotong leher orang-orang Yahudi.”
Dalam pesan “Nahnu bit Thaariq ila al-Quds” (kami berjalan menuju al-Quds), ISIS mengobarkan ancaman hendak menabur ketakutan di hati orang-orang Yahudi dalam perang berdarah.
Baca Juga: Relawan Indonesia Banyak Belajar dari Gaza
Televisi Israel Channel-2 segera memublikasikan statemen itu dan mengatakan serangan ISIS sebagai balas dendam atas kejahatan Israel terhadap rakyat Palestina.
Walaupun menurut Al-Ahram, keaslian pernyataan itu masih dipertanyakan. Namun, setidaknya ada isu baru yang diangkat ISIS, yakni hendak menyerang Israel.
Manfaatkan Palestina
Pada media Cyber-1 News edisi 2 November 2015, Adnan Abu Amer menulis dalam analisisinya ‘How the Islamic State is looking to capitalize on Israeli-Palestinian unrest’ (Bagaimana Negara Islam memanfaatkan kerusuhan Israel-Palestina).
Baca Juga: Di Balik Lensa, Jurnalis Gaza Bertaruh Nyawa Demi Kebenaran
Adnan antara lain menyebutkan bahwa tampaknya ISIS sedang mencoba untuk mengambil keuntungan dari perlawanan rakyat Palestina terhadap Israel, dalam rangka mempengaruhi warga untuk bergabung dengan ISIS.
ISIS dalam ancaman “hendak memenggal kepala orang-orang Yahudi,” rupanya sedang manargetkan warga untuk berpihak kepadanya, serta agar warga segera meninggalkan Hamas yang dianggap ISIS tidak bertindak cukup agresif terhadap Israel.
Hal ini juga diakui Ibrahim al-Madhoun, seorang redaktur media di Palestina yang dekat dengan Hamas, mengatakan bahwa ISIS sedang memunculkan isu perlawanan terhadap Israel, dengan maksud mempengaruhi warga Palestina untuk memutuskan hubungan dengan Hamas.
“Namun Hamas lebih pintar, daripada terlibat perseteruan melawan ISIS, lebih baik tetap memfokuskan pada perjuangannya melawan Israel. Sementara ISIS menganggap bahwa permusuhan terhadap Hamas merupakan pengantar untuk menghadapi Israel. Namun, bagaimanapun upaya ISIS itu akan gagal,” ujar al-Madhoun.
Baca Juga: Senjakala Negara Zionis Israel
Tidak ada data yang akurat apakah ada sejumlah warga Palestina yang bersimpati atau bergabung dengan ISIS dengan melakukan perjalanan ke Suriah dan Irak. Namun, yang jelas bahwa ada sejumlah warga Palestina yang tewas saat koalisi Amerika Serikat menggempur ISIS.
Walla, sebuah situs berita Israel menyebutkan bahwa lebih dari 50 warga Arab Israel diduga telah bergabung ke ISIS.
Lalu, ada aksi susulan berupa serangan roket yang ditembakkan dari Gaza ke Israel dalam perlawanan pada 26 Oktober 2015 lalu. Salah seorang warga Palestina yang dekat dengan ISIS, mengaku bertanggung jawab atas serangan itu.
Tentu ini merupakan sebuah aksi yang bertentangan dengan keingnan Hamas dan faksi-faksi Palestina untuk menjaga ketenangan warga Gaza dari menyerang Israel.
Baca Juga: Amanah Itu Tak Pernah Salah Pundak
Para pejuang Palestina tetap ingin mempertahankan isu perlawanan utama baik lokal maupun nasional adalah melawan penjajahan Israel. Karena itu, mereka tidak ingin terlibat dalam isu regional dan internasional selain itu, yang dapat membuang dukungan internasional.
Mereka menyadari bahwa keterlibatan ISIS dalam perlawanan justru menghalangi tujuan perjuangan bangsa Palestina. Judtru hal itu semakin memungkinkan Israel untuk menyerang Palestina, terutama Jalur Gaza, dengan alasan menggempur sarang ISIS.
isis-bukan-islam-300x169.jpg" alt="isis bukan islam" width="300" height="169" /> Foto: Economist
Memecah Belah
Imam Masjid Al-Aqsha Syaikh Shalahuddin bin Ibrahim Abu Arafa sudah mengetahui upaya adu domba sesama kaum Muslimin dalam pola ISIS. Apalagi kemudian menggunakan isu perjuangan Palestina untuk menarik simpati warga.
Baca Juga: Fatamorgana Kekuasaan: Ketika Zionis Menang di Dunia, Namun Binasa di Akhirat
Menurut Abu Arafa, motif gerakan ISIS bukanlah untuk menegakkan Islam, melainkan semata-mata demi kekuasaan.
“Anda ingin berperang dengan berbagai macam alasan, namun sudah terang benderang, bahwa mereka berperang semata-mata demi kekuasaan. Semuanya telah terungkap. Kami bisanya. Lalu, apa salah orang-orang Palestina?”
Kawasan Kamp Yarmouk yang menjadi tempat tinggal bagi rakyat Palestina yang mengungsi di Suriah, kondisinya sangat mengenaskan. Warga terkepung di dalam kamp, terjebak antara faksi-faksi yang tengah baku hantam saling menumpahkan darah.
“Kami melihat kelompok ISIS membunuh kelompok Al-Nusra. Kami juga melihat Al-Nusra membunuh kelompok Islamic Front. Kami berada di Yarmouk, dan mereka datang. Jika penduduk Yarmouk menerima Al-Nusra, maka mereka tidak akan selamat dari ISIS. Jika menerima ISIS, mereka tidak selamat dari Islamic Front. Namun jika menerima semuanya, maka ketiganya akan membantai mereka,“ ujarnya.
Baca Juga: Cahaya Kebenaran yang Selalu Menyala
Imam Masjid Al-Aqsha itu menambahkan “Kapankah mereka akan sadar? Kapankah kita akan berdiri berdampingan? Kami melihat kasih sayang telah hilang. Sementara anak-anak dan kaum perempuan tertidur dan terbangun dalam perut kelaparan,” ucapnya.
Menurutnya, jika ingin berjuang atas nama Islam menolong warga di Kamp Yarmouk, seharusnya mereka diberikan roti.
“Siapapun yang hendak mendirikan Negara Islam dengan menumpahkan darah kaum Muslimin, maka sesungguhnya ia tidak bernegara dan tidak beragama. Itulah yang Allah dan Rasul-Nya sampaikan!”, tegasnya.
Menurutnya, seharusnya sesama kaum Muslimin harus saling menjaga dan saling melindungi. Kekerasan dan pembantaian sama sekali tidak pernah diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, dan bukan untuk hal itu Nabi diutus.
Baca Juga: Jalan Jama’ah: Jalan Para Nabi dan Siddiqin
“Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tidak pernah mengajarkan ini. Tapi lindungi darah kaum Muslimin dan jangan menumpahkan darahnya. Kalian telah mempermalukan kaum Muslimin, dan tidak melakukan kebaikan apapun untuk sesama manusia,” ujarnya.
Menjadi kewajiban seluruh kaum Muslimin, khususnya para pejuang pembebasan Al-Aqsha dan kemerdekaan Palestina untuk terus merapatkan shaf, mempererat ukhuwwah islamiyyah, meningkatkan kewaspadaan terhadap upaya-upaya yang dapat memecah belah persatuan dan kesatuan kaum Muslimin.
Sebuah perjuangan mulia menegakkan kehormatan Islam dan kaum Muslimin menghadapi berbagai macam isu, untuk tetap bersatu secara terpimpin mengikuti Nabi (khilafah ‘alaa minhaajin nubuwwah) yang menyebarkan nilai-nilai kasih sayang bagi segenap alam (rahmatan lil ‘alamin). (P4/R05)
Baca Juga: Menyoal Yayasan Kemanusiaan Gaza yang Dikelola AS dan Israel
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)