Siksa Bagi Orang yang Mendustakan Al Qur’an (Tadabbur Qs. Al A’raf: 40-41)

Oleh Bahron Ansori, wartawan MINA

Al Qur’an adalah kalamullah (Kalam Allah). Al Qur’an adalah pedoman dan panduan hidup seorang muslim, tanpa terkecuali. Siapa saja yang dekat dengan Al Qur’an, maka Allah dan Nabi-Nya telah menjamin dia pasti akan mulia dan mendapatkan kebaikan dunia akhirat. Sebaliknya, siapapun yang mendustakan dan bersikap sombong terhadap Al Qur’an, maka mereka akan mendapatkan kesengsaraan hidup di dunia dan akhirat kelak.

Mari perhatikan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala Qur’an surat Al A’raf ayat 40-41,

إِنَّ ٱلَّذِينَ كَذَّبُوا۟ بِـَٔايَٰتِنَا وَٱسْتَكْبَرُوا۟ عَنْهَا لَا تُفَتَّحُ لَهُمْ أَبْوَٰبُ ٱلسَّمَآءِ وَلَا يَدْخُلُونَ ٱلْجَنَّةَ حَتَّىٰ يَلِجَ ٱلْجَمَلُ فِى سَمِّ ٱلْخِيَاطِ ۚ وَكَذَٰلِكَ نَجْزِى ٱلْمُجْرِمِينَ

لَهُم مِّن جَهَنَّمَ مِهَادٌ وَمِن فَوْقِهِمْ غَوَاشٍ ۚ وَكَذَٰلِكَ نَجْزِى ٱلظَّٰلِمِينَ

Artinya, “Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, tidak akan dibukakan pintu-pintu langit bagi mereka, dan mereka tidak akan masuk surga, sebelum unta masuk ke dalam lubang jarum.(40) Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat.Mereka mempunyai tikar tidur dari api neraka dan di atas mereka ada selimut (api neraka). Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang zalim.”(41).

Menurut suatu pendapat, makna yang dimaksud ialah tiada suatu amal saleh pun dan tiada suatu doa pun bagi mereka yang dinaikkan ke langit (yakni tidak diterima). Demikianlah menurut Mujahid dan Sa’id ibnu Jubair, dan menurut apa yang diriwayatkan oleh Al-Aufi dan Ali ibnu Abu Talhah, dari Ibnu Abbas. Hal yang sama dikatakan oleh riwayat As-Sauri, dari Lais, dari Ata, dari Ibnu Abbas.

Menurut pendapat yang lain, makna yang dimaksud ialah tidak dibukakan pintu-pintu langit bagi ruh mereka. Demikianlah menurut riwayat Ad-Dahhak, dari Ibnu Abbas; juga dikatakan oleh As-Saddi serta yang lainnya bukan hanya seorang.

Pendapat di atas diperkuat oleh apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, yaitu,

حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْب، حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ عَيَّاشٍ، عَنِ الْأَعْمَشِ، عَنْ المِنْهَال -هُوَ ابْنُ عَمْرٍو -عَنْ زَاذَانَ، عَنِ الْبَرَاءِ؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَكَرَ قَبْض رُوحِ الْفَاجِرِ، وَأَنَّهُ يُصْعَد بِهَا إِلَى السَّمَاءِ، قَالَ: “فَيَصْعَدُونَ بِهَا، فَلَا تَمُرُّ عَلَى مَلَأٍ مِنَ الْمَلَائِكَةِ إِلَّا قَالُوا: مَا هَذِهِ الرُّوحُ الْخَبِيثَةُ؟ فَيَقُولُونَ: فَلَانٌ، بِأَقْبَحِ أَسْمَائِهِ الَّتِي كَانَ يُدْعَى بِهَا فِي الدُّنْيَا، حَتَّى يَنْتَهُوا بِهَا إِلَى السَّمَاءِ، فَيَسْتَفْتِحُونَ بَابَهَا لَهُ فَلَا يُفْتَحُ لَهُ”. ثُمَّ قَرَأَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {لَا تُفَتَّحُ لَهُمْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ [وَلا يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى يَلِجَ الْجَمَلُ فِي سَمِّ الْخِيَاطِ] }  الْآيَةَ.

Telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib. Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar ibnu Ayyasy, dari Al-A’masy, dari Al-Minhal (yaitu Ibnu Amr), dari Zazan, dari Al-Barra, bahwa Rasulullah Shallallau ‘alaihi wasallam pernah menceritakan perihal pencabutan nyawa orang yang ahli maksiat.

Lalu ruhnya dibawa naik ke langit, dan mereka (para malaikat) yang membawanya tidak sekali-kali melewati segolongan malaikat, melainkan mereka yang dijumpai mengatakan, “Siapakah yang ruhnya seburuk itu?” Maka para malaikat yang membawanya menjawab, “Ruhnya si Jahat anu,” dengan menyebut nama julukannya yang paling buruk ketika di dunia. Setelah mereka sampai di pintu langit dengan ruh tersebut, mereka minta izin untuk dibukakan pintu bagi ruh itu. Tetapi ternyata ruh itu tidak diizinkan masuk, pintu langit tidak dibukakan untuknya.

Kemudian Rasulullah Shallallahu ’alaihi wasallam membacakan firman-Nya yang artinya, “Sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit.” (Qs. Al-A’raf: 40), hingga akhir ayat.

Demikian menurut riwayat Ibnu Jarir; dan hadis ini merupakan sebagian dari hadis aslinya yang cukup panjang, diriwayatkan oleh Imam Abu Daud, Imam Nasai, dan Imam Ibnu Majah melalui berbagai jalur dari Al-Minhal ibnu Amr dengan sanad yang sama.

Firman Allah Swt.:

{وَلا يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى يَلِجَ الْجَمَلُ فِي سَمِّ الْخِيَاطِ}

Dan tidak (pula) mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lubang jarum. (Al-A’raf: 40). Demikian menurut qiraat jumhur ulama, dan mereka menafsirkannya bahwa yang dimaksud dengan al-jamal ialah unta. Ibnu Mas’ud mengatakan bahwa yang dimaksud dengan al-jamal ialah anak unta. Menurut riwayat yang lain yaitu unta jantan.

Al-Hasan Al-Basri mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah hingga unta masuk ke lubang jarum (yakni mustahil). Hal yang sama dikatakan oleh Abul Aliyah dan Ad-Dahhak. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ali ibnu Abu Talhah dan Al-Aufi, dari Ibnu Abbas.

Mujahid dan Ikrimah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa Ibnu Abbas membacanya dengan bacaan berikut: Al-jummalu, yang artinya tambang yang kasar masuk ke dalam lubang jarum. Inilah yang dipilih oleh Sa’id ibnu Jubair. Di dalam riwayat yang lain disebutkan bahwa Ibnu Abbas membacanya hatta yalijal jamalu, yakni tambang penambat perahu (tambang yang kuat, besar, lagi kasar).

Sementara firman Allah Ta’ala,

لَهُمْ مِنْ جَهَنَّمَ مِهَادٌ

Mereka mempunyai tikar tidur dari api neraka. (Qs. Al-A’raf: 41). Menurut Muhammad ibnu Ka’b Al-Qurazi, makna firman-Nya: Mereka mempunyai tikar tidur dari api neraka. (Qs. Al-A’raf: 41) Yakni tikar atau hamparan. Dan di atas mereka ada selimut (api neraka). (Qs. Al-A’raf: 41) Mihad, selimut.
Hal yang sama dikatakan oleh Ad-Dahhak ibnu Muzahim dan As-Saddi.

{وَكَذَلِكَ نَجْزِي الظَّالِمِينَ}

Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang berbuat kejahatan. (Qs. Al-A’raf: 41).

Intinya, siapapun yang berani mendustakan ayat-ayat Allah, bersikap sombong terhadapnya, maka segala permintaan (doa), ruh mereka tidak akan sampai ke langit. Mereka juga tidak akan masuk Surga sebelum unta masuk melewati lubang jarum. Suatu yang mustahil unta bisa melewati lubang jarum. Bahkan mereka akan diazab dengan diberikan alas (tikar) tidur yang terbuat dari api neraka, dan selimut mereka juga terbuat dari api neraka, nauzubillah.(A/RS3/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)

 

 

Wartawan: Bahron Ansori

Editor: Ismet Rauf

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.