
Mantan Presiden Israel
, Shimon Peres (Foto: AFP)" width="300" height="168" /> Mantan Presiden Israel, Shimon Peres (Foto: AFP)Tel Aviv, 9 Muharram 1436 H/2 November 2014 M (MINA) – Mantan presiden Israel, Shimon Peres mempertanyakan kinerja Perdana Menteri Benjamin Netanyahu yang dinilai gagal melakukan perdamaian di Timur-Tengah.
“Ini memalukan, satu-satunya inisiatif perdamaian adalah berdamai dengan dunia Arab, itulah inisiatif perdamaian Israel?,”kata Peres mempertanyakan. Al-Arabiya melaporkan dan dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Ahad.
Dalam sebuah upacara di Tel Aviv menandai ulang tahun ke-19 dari pembunuhan Perdana Menteri Israel, Yitzhak Rabin, yang telah menandatangani perjanjian perdamaian dengan Palestina.
Peres juga memperingatkan pemerintah Israel,”waktu akan melawan kita.”
Baca Juga: Langgar Gencatan Senjata, Israel Serang Lebanon Tewaskan Satu Warga
Lebih lanjut, dia menyerukan Israel untuk menarik pasukannya dari wilayah Palestina yang diduduki, termasuk Al-Quds Timur, untuk menormalisasi hubungan dengan negara-negara Arab, mengacu pada inisiatif Perdamaian Arab yang dibuat pada 2002 lalu oleh Arab Saudi.
Rabin ditembak mati dalam sebuah aksi di ibukota Israel pada 4 November 1995 oleh seorang ekstremis Yahudi sayap kanan yang menentang pembicaraan damai Palestina-Israel.
Pembunuhan itu terjadi hanya dua tahun setelah penandatanganan Kesepakatan Oslo dan jabat tangan bersejarah Rabin dengan mendiang pemimpin Palestina, Yasser Arafat di halaman Gedung Putih.
Ulang tahun kematian Rabin ditandai dengan pembekuan pembicaraan perdamaian antara Israel dan Palestina yang diperantarai AS. Ketegangan pun sering sekali terjadi di Al-Quds, khususnya di sekitar masjid Al-Aqsha, tempat suci ketiga umat Islam.
Baca Juga: Prabowo, Pangeran MBS Serukan Aksi Nyata Hentikan Krisis Gaza
Kunjungan kontroversial Ariel Sharon ke Al-Aqsha pada 2000 silam sebelum ia menjadi Perdana Menteri telah memicu Intifadha Palestina kedua. (T/P011/R03)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Iran Hentikan Kerja Sama dengan Badan Atom Dunia IAEA