Oleh : Ali Farkhan Tsani*
Penyebutan nama Idris di dalam Al-Quran
Nama Idris, hanya ada pada dua surat atau dua kali disebut di dalam Al-Quran, yaitu :
وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ إِدْرِيسَ إِنَّهُ كَانَ صِدِّيقًا نَبِيًّا()وَرَفَعْنَاهُ مَكَانًا عَلِيًّا()
Baca Juga: Ketika Dosa Tampak Indah: Wajah Fitnah di Ujung Zaman
Artinya : “Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka, kisah) Idris (yang tersebut) di dalam Al Qur’an. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan dan seorang nabi. Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi.” (QS Maryam [19] : 56-57).
وَإِسْمَاعِيلَ وَإِدْرِيسَ وَذَا الْكِفْلِ كُلٌّ مِنَ الصَّابِرِينَ()وَأَدْخَلْنَاهُمْ فِي رَحْمَتِنَا إِنَّهُمْ مِنَ الصَّالِحِينَ()
Artinya : “Dan (ingatlah kisah) Ismail, Idris dan Dzulkifli. Semua mereka termasuk orang-orang yang sabar. Kami telah memasukkan mereka ke dalam rahmat Kami. Sesungguhnya mereka termasuk orang-orang yang saleh.” (QS Al-Anbiya : 85-86).
Berdasarkan kedua surat di dalam Al-Quran tersebut, Nabi Idris dinyatakan sebagai seorang Nabi dan seorang yang sangat membenarkan. Sehingga Allah pun berkenan mengangkat derajatnya ke martabat yang tinggi. Nabi Idris juga disebut sebagai orang-orang yang sabar dan sholih. Sehingga Allah pun memasukkan beliau ke dalam rahma-Nya. Sesungguhnya mereka termasuk orang-orang yang sholih.
Baca Juga: Mengakui Negara Israel Dalam Prespektif UUD 1945
Sejarah Singkat Nabi Idris
Garis keturunan : Idris bin Yarid bin Mahlail bin Qainan bin Anusy bin Syits bin Adam.Nabi Idris menjadi keturunan pertama yang diutus menjadi nabi setelah Adam.
Di dalam Qashash Al-Anbiya disebutkan walaupun ada perbedaan pendapat bahwa NAbi Idris dilahirkan di Babylonia (Irak Kuno) sekitar 4500-an tahun sebelum Masehi.
Nabi Idris berdakwah untuk menegakkan agama Allah, mengajarkan tauhid, dan beribadah menyembah Allah serta memberi beberapa pendoman hidup bagi pengikutnya supaya selamat dari siksa dunia dan akhirat. Beliaupun melarang orang-orang berbuat kerusakan. Akan tetapi hanya sedikit yang menaatinya. Sebagian besar menentang dakwah beliau. Beliau lalu berniat untuk berpindah ke tempat yang lebih banyak penduduknya dan mau menerima ajakannya yaitu daerah Memphis (Mesir).
Baca Juga: Hidup Hanya Sekali, Jadikan Bermakna di Sisi Allah
Beliau kemudian memerintahkan seluruh pengikutnya untuk meninggalkan Babylon. Mereka berkata, “Bila kita berpindah, tempat manakah yang serupa dengan tempat kita?”. “Jika kita berpindah karena Allah, kita akan diberi rezeki yang serupa dengan tempat itu.” Jawab beliau. Mereka pun berangkat dan sampai di Mesir. Mereka melihat sungai Nil. Nabi Idris pun berhenti di sana dan bertasbih memuji Allah.
Nabi Idris sangat hati-hati dalam berbicara, pendiam, berwibawa, dan memiliki berbagai petuah serta untaian kata-kata indah dalam nasihatnya, seperti “Janganlah kalian dengki terhadap orang lain yang mendapatkan kemakmuran. Sebab, kenikmatan yang mereka rasakan itu sedikit saja.” Ucapan beliau yang lain adalah, “Cinta dunia dan cinta akhirat, keduanya tidak akan berkumpul dalam satu hati, selamanya.”
Menjelang wafat, Nabi Idris berwasiat kepada keturunannya agar mereka mengikhlaskan diri beribadah kepada Allah semata. Selain itu, hendaknya mereka selalu berpegang pada kejujuran dan keyakinan di setiap urusan hidup mereka.
Sifat-Sifat Nabi Idris
Baca Juga: Pelanggaran Zionis terhadap Konvensi Jenewa
Berdasarkan dua surat tentang Nabi Idris, ada beberapa sifat beliau, sebagai berikut :
1) Beliau adalah seorang yang sangat membenarkan. (QS Maryam [19] : 56).
2) Beliau termasuk orang-orang yang sabar. (QS Al-Anbiya : 85).
3) Beliau termasuk orang-orang yang saleh. (QS Al-Anbiya : 86).
Baca Juga: Masjidil Aqsa, Lambang Kehormatan Umat Islam yang Terluka
Nabi Idris dianugerahi kepandaian dalam berbagai ilmu seperti : berhitung, ilmu bintang, ilmu membuat pakaian, dan sebagainya. Sesuai dengan namanya, Idris dari kata “darasa”, yang artinya belajar. Karena memang beliau orang yang rajin belajar.
Nabi Idris di dalam Al-Hadits
Dalam sebuah Hadits Riwayat Anas bin Malik disebutkan dari Abu Dzar bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pada saat Mi’raj melihat Nabi Idris di langit ke empat. Nabi Idris berkata pada beliau, “Selamat wahai Nabi yang baik dan saudara yang baik pula.” Nabi Muhammad lantas bertanya, ” Siapakah dia, wahai Jibril?” Jibril menjawab, “Dia adalah Idris.” Wallahu a’lam.
Referensi :
Baca Juga: Zionis Israel Gunakan Kelaparan sebagai Senjata Genosida, Dunia Tak Berdaya
- Al-Quran dan Terjemahnya.
- Qishashul Anbiyaa’. Ibnu Katsir.
- Riwayat Ringkas 25 Rasul. Baidlowi Syamsuri.
* Penulis, Redaktur Kantor Berita Islam MINA (Mi’raj News Agency), Da’i Pesantren Al-Fatah Indonesia, [email protected].
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Pesan Surah As-Syuraa: Persatuan Bukti Keimanan, Perpecahan Bukti Kemusyrikan