Kairo, MINA – Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi dan Presiden Amerika, Joe Biden, sepakat untuk sementara waktu mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Gaza melalui penyeberangan Karem Shalom, wilayah Palestina yang diduduki Israel.
Dikutip dari Anadolu Agency, Sabtu, (25/5), dalam percakapan telepon, kedua presiden membahas situasi kemanusiaan yang parah di wilayah kantong Palestina, termasuk kurangnya pasokan penting dan kekurangan bahan bakar yang berdampak pada rumah sakit dan toko roti, kata Kepresidenan Mesir dalam sebuah pernyataan.
Para pemimpin juga sepakat untuk sementara waktu mengirimkan bantuan kemanusiaan dan bahan bakar ke PBB melalui penyeberangan Karem Shalom sampai mekanisme hukum ditetapkan untuk membuka kembali penyeberangan Rafah di sisi Palestina, tambah pernyataan itu.
Percakapan tersebut juga menggarisbawahi pentingnya upaya penerapan solusi dua negara.
Baca Juga: Gunung Berapi Kanlaon di Filipina Meletus, 45.000 Warga Mengungsi
Kedua presiden menegaskan kembali penolakan mereka terhadap semua upaya untuk mengusir paksa warga Palestina dari tanah mereka dan menegaskan dukungan mereka terhadap tindakan yang bertujuan mencegah eskalasi konflik.
Gedung Putih secara terpisah mengatakan Biden menyambut baik komitmen Presiden Al-Sisi yang mengizinkan aliran bantuan kemanusiaan yang disediakan PBB dari Mesir melalui penyeberangan Karem Shalom untuk sementara untuk selanjutnya didistribusikan ke seluruh Gaza.
“Ini akan membantu menyelamatkan nyawa,” katanya dalam sebuah pernyataan.
“Presiden Biden dan Presiden Al-Sisi menegaskan komitmen mereka untuk bekerja sama guna menciptakan kondisi perdamaian yang tahan lama dan berkelanjutan di kawasan Timur Tengah,” tambahnya.
Baca Juga: Pengadilan Belanda Tolak Gugatan Penghentian Ekspor Senjata ke Israel
Seruan tersebut muncul setelah keputusan Mahkamah Internasional (ICJ) yang memerintahkan Tel Aviv untuk segera menghentikan serangan militernya di Rafah.
Israel telah membunuh lebih dari 35.000 warga Palestina di Jalur Gaza sejak serangan lintas batas oleh Hamas yang merenggut 1.200 nyawa pada Oktober lalu yang belakangan terungkap justru 1139 diantaranya dibunuh oleh pasukan Israel sendiri.
Operasi tersebut telah meratakan sebagian besar wilayah dan menciptakan krisis kemanusiaan. Meskipun ada kekhawatiran atas keselamatan warga sipil, pasukan Israel pada 6 Mei lalu menyerbu Rafah, tempat lebih dari satu juta warga Palestina mengungsi. Sejak serangan itu, setidaknya 800.000 orang telah meninggalkan kota tersebut.
Pada akhir tahun 2023 kemarin, Afrika Selatan mengajukan kasus ke ICJ, menuduh Israel gagal menjunjung komitmennya berdasarkan Konvensi Genosida 1948.
Baca Juga: Macron Resmi Tunjuk Francois Bayrou sebagai PM Prancis
Pengadilan PBB pada 26 Januari memutuskan bahwa klaim Afrika Selatan masuk akal dan memerintahkan tindakan sementara bagi pemerintah Israel untuk menghentikan tindakan genosida, dan mengambil tindakan untuk menjamin bahwa bantuan kemanusiaan diberikan kepada warga sipil di Gaza.
Atas permintaan Afrika Selatan, pada 28 Maret pengadilan PBB memerintahkan tindakan tambahan, menyerukan Israel untuk memastikan “penyediaan bantuan darurat tanpa hambatan” ke Gaza ketika “kelaparan mulai terjadi.”[]
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Jerman Batalkan Acara Peringatan 60 Tahun Hubungan Diplomatik dengan Israel