Bahron Ansori*
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا مَن يَرْتَدَّ مِنكُمْ عَنْ دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكَافِرِينَ يُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللهِ وَلاَ يَخَافُونَ لَوْمَةَ لآَئِمٍ ذَلِكَ فَضْلُ اللهِ يُؤْتِيهِ مَن يَشَآءُ وَاللهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ (المائدة: 54)
“Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mu’min, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikanNya kepada siapa yang dikehendakiNya, dan Allah Maha Luas (pemberianNya) lagi Maha Mengetahui.” (Qs. Al Maaidah : 54).
Islam adalah agama yang sempurna. Kesempuraannya mencakup seluruh sistem kehidupan, dari hal yang terkecil sampai yang terbesar, termasuk tata cara mengatur kehidupan bermasyarakat yang tidak diatur oleh agama lain. Sebuah sistem dan pola hidup yang pernah diwujudkan Rasulullah Shallallahu ‘alahi Wa Sallam dan para sahabatnya. Sistem dan pola ini tidak mengambil sumber politik atau hasil pemikiran manusia manapun, tetapi bersumber dari aturan yang langsung diturunkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang kemudian diterapkan oleh Nabi Shallallahu ‘alahi Wa Sallam dalam kehidupan sehari-hari.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-25] Tentang Bersedekah Tidak Mesti dengan Harta
Aturan yang membangun sistem ini belum dan tidak akan tercampur pola pikir manusia, sebab Allah Subhanahu Wa Ta’la akan menjaganya agar tetap murni. Namun sayang, umat Islam telah melupakan sistem agung ini, sehingga yang terlihat dan terjadi adalah perpecahan. Akibatnya, umat terperangkap dalam format perlombaan partai, golongan, harokah, organisasi atau apa pun namanya yang mengatasnamakan Islam.
Wajib Berjama’ah
Pola hidup berjama’ah dan berimamah, satu jama’ah dengan satu imamnya, sebagaimana yang telah dicontohkan Rasulullah Shallallahu alaihi Wa Salam dan Khulafaurrasyidin Al Mahdiyin, benar-benar telah ditinggalkan umat Islam saat ini. Seluruh manusia di abad ini, termasuk sebagian besar kaum Muslimin, lebih gandrung dan percaya pada sistem dan pola kehidupan berpolitik yang bersumber dari pemikiran Barat atau Timur.
Padahal perintah berjama’ah dan larangan berpecah-belah secara jelas dan tegas diungkapkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ (103)
Baca Juga: Tafsir Surat Al-Fatihah: Makna dan Keutamaannya bagi Kehidupan Sehari-Hari
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah secara berjama’ah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayatNya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.”(Qs. Ali Imran : 103).
Bukti wajibnya hidup berjama’ah dan berimamah bagi setiap muslim sudah jelas tersebut dalam ayat di atas. Tetapi, bagi siapa saja yang tidak mau menerima seruan ayat di atas, maka ia termasuk orang-orang yang sengaja lari dari kebenaran. Mereka adalah orang-orang yang lebih suka membeli kesesatan dengan petunjuk, hidayah dengan kesesatan. Mereka adalah orang yang dengan sengaja menukar terang benderangnya cahaya dengan kegelapan. Keadaan mereka ini telah disinyalir oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam firmanNya, “Mereka itulah orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk, maka tidaklah beruntung perniagaan mereka dan tidaklah mereka mendapat petunjuk. Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat.” (Qs. Al Baqarah ayat : 16-17).
Bila umat Islam ini mau mengikuti dan mengamalkan sistem agung ini (hidup berjama’ah), berarti kaum muslimin telah menempuh jalan yang digariskan oleh Allah dan RasulNya. Sebaliknya, bila umat mulia ini berpaling dari kebenaran janjiNya, maka kelak Allah akan mengganti kedudukannya di muka bumi ini dengan orang-orang yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam firmanNya,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا مَنْ يَرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكَافِرِينَ يُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلَا يَخَافُونَ لَوْمَةَ لَائِمٍ ۚ ذَٰلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ ۚ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
Baca Juga: Tak Perlu Khawatir Tentang Urusan Dunia
“Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agmanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mu’min, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikanNya kepada siapa yang dikehendakiNya, dan Allah Maha Luas (pemberianNya) lagi Maha Mengetahui.” (Qs. Al Maaidah ayat : 54).
Demikianlah janji Allah bagi orang-orang beriman yang murtad dari agamanya. Murtad dari agama sama halnya dengan mengabaikan sistem nubuwwah (kenabian) yaitu sistem kehidupan berjama’ah di bawah pimpinan seorang imam. Kehidupan berjama’ah di bawah panji-panji khilafah adalah fitrah setiap manusia. Sistem mulia ini diciptakan Allah untuk menyelamatkan manusia dari kehidupan bermusuh-musuhan (berpecah-belah) kepada satu tujuan mulia yakni agar terhindar dari azab neraka.
Buka Hati
Sudah saatnya kita membuka mata dan hati dengan tulus untuk segera kembali kepada satu sistem kehidupan yang sesuai dengan syariat Allah Subhnahu Wa Ta’ala dan teladan Rasul Shallallahu alaihi Wa Sallam, yaitu mengamalkan kembali kehidupan berjama’ah dengan mengangkat seorang imam.
Baca Juga: [Hadits Al-Arbain ke-24] Tentang Haramnya Berbuat Zalim
Buang segala ego dan sifat serta sikap merasa paling benar dalam mengamalkan syariat Islam ini. Hilangkan semua sekat-sekat perbedaan di antara umat Islam dan suburkanlah ukhuwah Islamiyah demi tegaknya pengamalan Islam secara kaaffah (menyeluruh) di muka bumi ini. Hayati dengan benar bahwa Islam ini adalah agama sempurna yang tidak lagi membutuhkan campur tangan pemikiran logika manusia.
Karena itu, istiqomah mengamalkan Al Quran dan sunnah dalam kehidupan sehari-hari adalah satu konsekuensi yang menjadi bukti dalam menerapkan kehidupan berjama’ah. Sebab hanya dengan hidup berjama’ah dan berimamah saja pengamalan syari’at Islam ini menjadi mudah dan sempurna.
Namun sayang, sistem agung itu kini sengaja dilupakan karena umat Islam ini lebih senang memilih jalannya sendiri-sendiri dengan membentuk partai, harokah dan golongan. Masing-masing merasa bangga dengan partai dan kelompoknya masing-masing. Tak sadar bahwa berpecah-belahnya umat Islam justru merupakan awal dari kehancurannya. Lebih dari itu, berpecah-belah merupakan salah satu bentuk syirik kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Hal ini seperti disebutkan dalam firmanNya,
مُنِيبِينَ إِلَيْهِ وَاتَّقُوهُ وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَلَا تَكُونُوا مِنَ الْمُشْرِكِينَ ، مِنَ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ {سورة الروم : 31- 32 }
Baca Juga: Keutamaan Menulis: Perspektif Ilmiah dan Syari
“…dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka, dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.”(Qs. Ar Ruum : 31-32).
Semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala memudahkan kita untuk kembali kepada satu sistem agung yang kini terlupakan itu. Dan mengumpulkan kita dalam surgaNya dengan para Rasul dan orang-orang shalih yang mengikutinya. Wallahu’alam.(R2/R1)
*Redaktur MINA
MINA (Mi’raj News Agency)
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-23] Keutamaan Bersuci, Shalat, Sedekah, Sabar, dan Al-Quran
Baca Juga: Langkah Kecil Menuju Surga