London, MINA – Saluran berita televisi Inggris Sky News melaporkan bahwa mantan presiden Yaman Ali Abdullah Saleh menolak tawaran mediasi dari Emir Qatar terkait perseteruan di ibu kota Sanaa.
Aliansi pemberontak Yaman antara Abdul Malik Al-Houthi dan Saleh terlibat perseteruan dalam lima hari terakhir hingga Ahad (3/12).
Loyalis bersenjata kedua pemimpin terlibat bentrok yang menewaskan puluhan tentara dari kedua belah pihak.
Emir Qatar Tamim bin Hamad Al-Thani berusaha mengambil peran mediasi untuk mengakhiri ketegangan antara kedua pihak yang menguasai Sanaa tersebut, tapi Saleh menolak usulannya.
Baca Juga: Lima Paramedis Tewas oleh Serangan Israel di Lebanon Selatan
Saleh, pemimpin partai Kongres Rakyat Umum (GPC), mengatakan, milisi Houthi telah melakukan kejahatan bermusuhan dan meneror warga Sanaa.
Ia telah menyeru semua rakyat Yaman untuk bersikap menentang Houthi. Demikian Qatari Leaks memberitakannya yang dikutip MINA.
Dia juga menyeru angkatan bersenjata utara untuk mengabaikan instruksi yang datang dari Houthi.
Pasukan Saleh dilaporkan menyerang milisi Houthi dan mengambil alih wilayah terpenting di Sanaa dan juga sejumlah provinsi utara setelah dua hari pertempuran.
Baca Juga: Militer Israel Akui Kekurangan Tentara dan Kewalahan Hadapi Gaza
Sumber Sky News yang tidak disebutkan identitasnya mengungkapkan, pasukan Saleh mengambil alih Istana Kepresidenan, Kementerian Pertahanan, Bank Sentral, Kementerian Keuangan dan Biro Keamanan Nasional di kota tua Sanaa.
Selain gedung televisi negara Yaman, pasukan tersebut pada Sabtu mengepung bandara Sanaa. (T/RI-1/RS2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Netanyahu Akan Tetap Serang Lebanon Meski Ada Gencatan Senjata