Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

SOLIDARITAS DUNIA UNTUK PENGHINA NABI?

Rudi Hendrik - Senin, 12 Januari 2015 - 12:51 WIB

Senin, 12 Januari 2015 - 12:51 WIB

1629 Views

Puluhan pemimpin dunia berjalan kaki di jalan kota Paris bersama jutaan massa, Ahad (11/1/2015) menghormati 17 korban serangan di Paris. (Foto: AFP)

SOLIDARITAS-CHARLIE-HEBDO-300x198.jpg" alt="Puluhan pemimpin dunia berjalan kaki di jalan kota Paris bersama jutaan massa, Ahad (11/1/2015) menghormati 17 korban serangan di Paris. (Foto: AFP)" width="300" height="198" /> Puluhan pemimpin dunia berjalan kaki di jalan kota Paris bersama jutaan massa, Ahad (11/1/2015) menghormati 17 korban serangan di Paris. (Foto: AFP)

Oleh: Rudi Hendrik, jurnalis Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Tanggal 11 Januari 2015 menjadi hari bersejarah bagi dunia, khususnya bagi Perancis. Pada hari itu, sekitar 3,7 juta orang dan puluhan pemimpin dunia melakukan reli berjalan kaki. Di Paris sendiri ada sekitar 1,6 juta massa, selebihnya di kota-kota lain di negara itu.

Kementerian Dalam Negeri Perancis mengatakan, jumlah massa pada reli hari itu melebihi jumlah demonstran yang turun ke jalan-jalan Paris ketika pasukan sekutu membebaskan kota dari Nazi di Perang Dunia II.

Puluhan pemimpin negara-negara dunia, baik pemimpin negara Barat dan negara berpenduduk mayoritas Muslim, hadir dan turun ke jalan.

Baca Juga: Tertib dan Terpimpin

Selain Presiden Perancis Francois Hollande, para pemimpin dunia lainnya yang hadir di antaranya: Perdana Menteri Inggris David Cameron, Perdana Menteri Turki Ahmet Davutoglu, Perdana Menteri Spanyol Mariano Rajoy, Kanselir Jerman Angela Merkel bersama Menteri Luar Negeri Jerman Frank-Walter Steinmeier dan Menteri Energi dan Urusan Ekonomi Sigmar Gabriel.

Pejabat lainnya, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Presiden Palestina Mahmoud Abbas, Presiden Ukraina Petro Poroshenko, Raja Yordania Abdullah II dan Ratu Rania.

Aksi hari itu semata-mata untuk menghormati 17 orang yang tewas dalam serangan beberapa hari terakhir di Paris, menyeru persatuan rakyat Perancis pasca serangan, mendukung kebebasan berekspresi, dan menggalang dukungan untuk melawan kelompok-kelompok Muslim bersenjata, khususnya jaringan internasional Al-Qaeda dan Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS).

Sekitar 2.200 personil keamanan menjaga rute pawai yang berjarak 3 km, dari tempat bersejarah Place de la Republique menuju Place de la Nation di timur Paris, di mana penembak jitu diposisikan di atap-atap gedung.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat

Karena banyaknya massa, dengan saling bergandengan tangan, para pemimpin yang awalnya akan turut pawai hingga tujuan, hanya berjalan bersama massa sejauh beberapa ratus meter.

Menghormati Kematian Penghujat Nabi Muhammad

Anggota pasukan khusus Perancis mengepung sepermarket halal, di Porte de Vincennes, timur <a href=

Paris, Jumat 9 Januari. (Foto: AFP)" width="300" height="168" /> Anggota pasukan khusus Perancis mengepung sepermarket halal, di Porte de Vincennes, timur Paris, Jumat 9 Januari. (Foto: AFP)

Lalu siapa 17 orang yang tewas di Paris sehingga dunia merasa begitu penting untuk melakukan aksi 11 Januari itu?

Pada Rabu 7 Januari, terjadi penembakan siang hari terhadap kantor majalah satir Charlie Hebdo di Paris. Penembakan brutal oleh tiga orang bersenjata itu menewaskan 12 orang di waktu rapat redaksi berlangsung. Mereka adalah seorang redaktur majalah sekaligus kartunis, tiga kartunis lainnya, dua polisi, dan enam lainnya karyawan dan wartawan.

Baca Juga: Ada Apa dengan Terpilihnya Trump?

Penyerang diidentifikasi bernama Hamyd Mourad (18 tahun), Said Kouachi (34 tahun) dan adiknya Cherif Kouachi (32 tahun). Mourad pada hari itu juga menyerahkan diri kepada polisi, sementara Kouachi bersaudara buron.

Kamis 8 Januari, seorang polisi perempuan 27 tahun, Clarissa Jean-Philipp, dinyatakan tewas oleh penyerang lainnya, Amedy Coulibaly (32), yang merupakan jaringan penyerang Charlie Hebdo yang hari itu masih buron.

Jumat 9 Januari, Coulibaly menyerang supermarket halal Hyper Cacher dekat pemukiman Yahudi, Porte de Vincennes di timur Paris. Pelaku menyandera belasan pelanggan toko. Dia menuntut aparat kepolisian melepaskan Kouachi bersaudara yang saat itu juga terkepung di toko percetakan di desa Dammartin-en-goele, 25km dari Paris.

Akhirnya pasukan keamanan Perancis memutuskan menyerbu masuk melumpuhkan Coulibaly, yang sebelum tewas ditembak, sempat membunuh empat sanderanya yang merupakan warga Yahudi.

Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang

Jadi total korban tewas adalah 17 orang, terkecuali pelaku serangan.

Setelah menerbitkan karikatur Nabi Muhammad pada 2011, kantor majalah <a href=

Charlie Hebdo dibom. (Foto: File Nydailynews.com)" width="300" height="199" /> Setelah menerbitkan karikatur Nabi Muhammad pada 2011, kantor majalah Charlie Hebdo dibom. (Foto: File Nydailynews.com)

Yang perlu diketahui, orang-orang yang berkerja di majalah satir Charlie Hebdo adalah pihak yang bertanggungjawab atas penerbitan berbagai kartun karikatur yang menghina dan melecehkan Nabi Muhammad pada tahun 2011 dan 2012, sehingga menuai amarah dari umat Islam dunia. Namun mereka tidak pernah berhenti menerbitkan berbagai karikaturnya yang menyinggung Islam dan umatnya.

Apa lagi secara logika, seharusnya tidak ada dalih apa pun bagi Charlie Hebdo atau media lain untuk melecehkan dan menghina Nabi Muhammad yang telah wafat belasan abad lalu, kecuali karena mereka berniat menyerang Islam dan perasaan Muslimin.

Beberapa menit sebelum mereka diberondong tembakan mesin pelaku yang berdarah Aljazair-Perancis, Twitter Charlie Hebdo memposting karikatur yang melecehkan Abu Bakr Al-Baghdadi yang merupakan pemimpin tertinggi kelompok Muslim bersenjata Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS).

Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat

Maka, pada Jumat 9 Januari, Al-Qaeda cabang Yaman mengklaim bertanggung jawab atas serangan mematikan di kantor Charlie Hebdo, dan mengatakan penembakan itu adalah operasi untuk membalas kehormatan Nabi Muhammad dan mengajar Perancis tentang batas kebebasan berekspresi.

“Beberapa orang Perancis tidak sopan dengan para nabi dan itulah alasan mengapa beberapa orang beriman, yang mencintai Allah dan nabi-Nya dan mencintai mati syahid, pergi kepada mereka untuk mengajar mereka bagaimana berperilaku dan bagaimana bersikap sopan dengan para nabi, dan mengajari mereka bahwa kebebasan berekspresi memiliki keterbatasan dan batas-batas,” kata Abu Hareth Al-Nezari, seorang anggota senior Al-Qaeda di Semenanjung Arab (AQAP), membuat klaim dalam rekaman audio yang dipublikasikan secara online.

Namun redaksi Charlie Hebdo telah memutuskan akan tetap menerbitkan kartun-kartunnya dalam edisi khusus pada Rabu 14 Januari, sebanyak 1 juta eksemplar.

Selain kru Charlie Hebdo, pembunuhan terhadap tiga polisi Paris dan empat warga Yahudi di supermarket, sangat jelas tidak dibenarkan.

Baca Juga: Dentuman Perang Memisahkan Sepasang Calon Pengantin

Beberapa Kisah Penghina Nabi Dibunuh

Kisah pertama bersumber dari kitab Bukhari dan sangat terkenal, yaitu tentang bagaimana Nabi Muhammad meminta kepada para sahabatnya untuk membunuh Ka’b bin Ashraf, seorang Yahudi, yang menurut Nabi telah menyakiti Allah dan Nabi. Untuk dapat membunuh Ka’b, para sahabat Nabi, Muhammad bin Maslama dan beberapa rekannya, harus menipu Ka’b terlebih dahulu (dengan persetujuan Nabi) sehingga ia keluar dari bentengnya untuk kemudian dipenggal oleh para sahabat Nabi. Kisah rincinya terdapat dalam Hadits Bukhari Vol. 5, Buku 59 (tentang peperangan), No. 369.

Kisah kedua dan ketiga dibahas dalam Sunan Abu Daud No. 4348 dan 4349. Hadits No. 4348 membahas tentang seorang pria buta yang membunuh mantan budak wanitanya (non muslim) dengan cara ditusuk karena si mantan budak sering kali menghina Nabi. Adapun Hadis No. 4349 membahas tentang seorang wanita Yahudi yang dibunuh dengan cara dicekik karena terus menerus menghina Nabi. Walaupun diperdebatkan apakah kasus ini sebenarnya dua kasus yang sama, isunya tak berubah, dalam kedua hadits tersebut, pelaku dimaafkan oleh Nabi dan tidak diwajibkan untuk membayar diyat atau uang ganti rugi.

Dengan hanya membaca ketiga kisah di atas dan dengan asumsi bahwa seluruh hadits di atas sahih atau valid, banyak orang yang mungkin tak bisa menerima atau bahkan akan segera menyatakan bahwa hadits-hadits ini adalah kabar bohong belaka. Tetapi hadits dari Bukhari di atas diulang berkali-kali di berbagai tempat dalam kitab Bukhari dengan jalur periwayatan yang berbeda-beda. Sementara dua hadits Abu Daud tersebut disahihkan oleh banyak ulama terkenal, termasuk Ibnu Taimiyah dan Nashiruddin Al-Albani. Wallahu a’lam. (T/P001/R02)

Baca Juga: Bela Masjid Al-Aqsa Sepanjang Masa

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda