Oleh Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior Kantor Bertia MINA
Solidaritas Palestina sebagai panggilan jiwa kemanusiaan, dapat kita mulai dasarnya dari firman Allah Tuhan yang telah menciptakan manusia dan alam seisinya:
كَانَ ٱلنَّاسُ أُمَّةً وَٰحِدَةً فَبَعَثَ ٱللَّهُ ٱلنَّبِيِّۦنَ مُبَشِّرِينَ وَمُنذِرِينَ وَأَنزَلَ مَعَهُمُ ٱلْكِتَٰبَ بِٱلْحَقِّ لِيَحْكُمَ بَيْنَ ٱلنَّاسِ فِيمَا ٱخْتَلَفُوا۟ فِيهِ ۚ وَمَا ٱخْتَلَفَ فِيهِ إِلَّا ٱلَّذِينَ أُوتُوهُ مِنۢ بَعْدِ مَا جَآءَتْهُمُ ٱلْبَيِّنَٰتُ بَغْيًۢا بَيْنَهُمْ ۖ فَهَدَى ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لِمَا ٱخْتَلَفُوا۟ فِيهِ مِنَ ٱلْحَقِّ بِإِذْنِهِۦ ۗ وَٱللَّهُ يَهْدِى مَن يَشَآءُ إِلَىٰ صِرَٰطٍ مُّسْتَقِيمٍ
Artinya : “Manusia itu adalah umat yang satu. (setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para Nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab yang benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkann itu dengan kehendak-Nya. Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.” (Q.S. Al-Baqarah [2]: 213).
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
Ayat ini menjelaskan bahwa dahulu kala manusia adalah satu umat yang bersepakat di atas jalan yang benar, yaitu agama bapak moyang mereka, Nabi Adam, sampai mereka disesatkan oleh setan.
Maka mereka pun berbeda-beda, ada yang mukmin dan ada yang kafir. Oleh sebab itulah Allah mengutus para Rasul untuk menyampaikan kabar gembira kepada orang-orang yang beriman dan taat dengan adanya kasih sayang yang Allah janjikan untuk mereka, dan menyampaikan peringatan kepada orang-orang kafir dengan ancaman berupa siksaan yang pedih untuk mereka.
Pada ayat lain disebutkan:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَٰكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَٰكُمْ شُعُوبًا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓا۟ ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ ٱللَّهِ أَتْقَىٰكُمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat
Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Q.S. Al-Hujrat [49]: 13).
Ayat ini menjelaskan bahwa sesungguhnya Allah telah menciptakan manusia dari satu laki-laki, yaitu Adam, dan satu wanita, yaitu Hawa. Jadi, nasab manusia itu asalnya satu, maka tidak dibenarkan sebagian dari manusia menghina nasab sebagian yang lain.
Allah juga telah menjadikan manusia bersuku-suku yang banyak dan bangsa-bangsa yang menyebar agar sebagian dari manusia saling mengenal dengan sebagian yang lain, bukan untuk saling merasa lebih tinggi, karena kedudukan yang tinggi itu hanya didapat dengan ketakwaan. Sesungguhnya orang yang paling mulia dari kalian di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa di antara manusia.
Kaitanya dengan masalah Al-Aqsa dan Palestina yang secara keseluruhan masih terjajah, adalah panggilan kemanusiaan untuk menyeru kepada seluruh manusia, yang asalnya dari satu nasab, jangan sampai kemudian menzalimi satu dengan lainnya, apalagi sampai menjajah dan membunuh manusia-manusia tak berdosa.
Baca Juga: Ada Apa dengan Terpilihnya Trump?
Di sinilah maka seruan untuk membela manusia yang tertindas dan tempat ibadah yang ternodai adalah juga panggilan kemanusiaan. Sama halnya dengan ketika seorang dokter akan memeriksa pasien yang sakit, dokter tidak akan menanyakan apa agamanya? Dari suku mana? Dan sejenisnya. Tetapi yang ditanya adalah apa yang dirasakan? Sebelah mana yang sakit? Dan seterusnya.
Demikian pula halnya jika ada rumah tetangga kebakaran misalnya, atau ada gempa di provinsi lain. Jika ada kemampuan tentu kita segera memberikan pertolongan, dengan yang bisa kita lakukan. Ini karena adanya panggilan jiwa kemanusiaan. Sama-sama sebagai manusia.
Dalam percaturan dunia internasional ada yang namanya human rights atau Hak Asasi Manusia (HAM).
Hak Asasi Manusia adalah sebuah konsep hukum dan normatif yang menyatakan bahwa manusia memiliki hak yang melekat pada dirinya karena ia adalah seorang manusia. Hak asasi manusia berlaku kapan saja, di mana saja, dan kepada siapa saja, sehingga sifatnya universal.
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang
Di Lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa dikenal dengan Universal Declaration of Human Rights (Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia). Sebuah pernyataan yang bersifat anjuran yang diadopsi oleh Majelis Umum PBB tanggal 10 Desember 1948, tentang jaminan hak-hak asasi manusia kepada semua orang.
Warga Palestina pun demikian saat ini hak-hak asasinya sedang terampas, terjajah, tertindas oleh penjajahan zionis Israel. Maka, secara kemanusiaan, siapapun manusianya yang masih punya jiwa kemanusiaan, mestinya tergugah dan terpanggil untuk membela nasib manusia-manusia yang sedang tertindas hak-hak asasiya, mulai dari hak untuk hidup, hak untuk berpenghidupan yang layak, hak untuk beribadah, hak untuk merdeka di atas tanah airnya sendiri.
Penjajahan yang dilakukan zionis Israel terhadap Palestina dianggap sebagai bencana kemanusiaan yang harus menjadi perhatian dunia. Sebab bencana yang menimpa warga Palestina bukan hanya masalah bagi umat Islam saja. Masalah yang menimpa warga Palestina bukan hanya masalah bagi umat Islam saja. Sebab, yang terjadi di Palestina juga adalah masalah kemanusiaan.
Maka wajar ketika berbicara tentang solidaritas Palestina sebagai panggilan jiwa kemanusiaan Presiden Turki, Reccep Tayyip Erdogan pernah menegaskan, “Tak perlu menjadi Muslim untuk membela Palestina. Cukup kau menjadi manusia!”
Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat
Dalam nilai Islam sudah sangat jelas, bahwa membunuh satu manusia saja dapat disamakan dengan membunuh seluruh manusia. Sebagaimana firman-Nya:
مِنْ أَجْلِ ذَٰلِكَ كَتَبْنَا عَلَىٰ بَنِىٓ إِسْرَٰٓءِيلَ أَنَّهُۥ مَن قَتَلَ نَفْسًۢا بِغَيْرِ نَفْسٍ أَوْ فَسَادٍ فِى ٱلْأَرْضِ فَكَأَنَّمَا قَتَلَ ٱلنَّاسَ جَمِيعًا وَمَنْ أَحْيَاهَا فَكَأَنَّمَآ أَحْيَا ٱلنَّاسَ جَمِيعًا ۚ وَلَقَدْ جَآءَتْهُمْ رُسُلُنَا بِٱلْبَيِّنَٰتِ ثُمَّ إِنَّ كَثِيرًا مِّنْهُم بَعْدَ ذَٰلِكَ فِى ٱلْأَرْضِ لَمُسْرِفُونَ
Artinya : “Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak di antara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi.” (Q.S. Al-Ma’idah [5]: 32).
Ayat ini mengingatkan kepada Bani Israil melalui kitab-kitab-Nya dan lisan para Rasul-Nya, bahwa barangsiapa yang membunuh orang yang tidak berhak untuk dibunuh, maka seakan-akan dengan kejahatannya itu dia telah membunuh seluruh manusia. Sehingga membunuh satu orang sama dengan membunuh seluruh bangsa, dan orang yang menyelamatkan satu orang sama dengan menyelamatkan seluruh manusia.
Baca Juga: Dentuman Perang Memisahkan Sepasang Calon Pengantin
Ketetapan ini bukan hanya untuk Bani Israil, tapi juga berlaku untuk seluruh manusia bahwa membunuh manusia dengan kesengajaan dan penuh kebencian, maka seakan-akan dia telah membunuh seluruh manusia, sehingga neraka Jahannam, kebencian dan laknat Allah itu layak baginya.
Sebaliknya, barangsiapa menyelamatkan jiwa dari bencana tenggelam, kebakaran, kehancuran, dan mengampuni orang yang seharusnya dibunuh, maka seakan-akan dia dia itu menyelamatkan hidup seluruh manusia dari kehancuran, sehingga dia layak menerima rasa terima kasih kalian.
Dan sungguh telah datang kepada mereka para utusan Kami dengan membawa keterangan syariat dan hukum, namun kebanyakan Bani Israil setelah itu tetap berlaku boros di bumi dengan melakukan kemaksiatan dan menentang perintah Allah, serta membunuh para Nabi.
Maka ketika genosida (pembantaian massal) berlangsung di Palestina, sejak pendudukannya tahun 1948, atau kalau ditarik ke belakang, sejak Deklarasi Balfour 1917, zionis Yahudi telah membunuh bukan hanya 1-2 jiwa manusia, akan tetapi puluhan ribu bahkan ratusan ribu manusia, serta mengusir dan menyengsarakan jutaan manusia lainnya. Maka, panggilan jiwa kemanusiaan harus tergerak untuk menghentikan aksi biadab tersebut., dan harus menolong manusia yang menjadi korban penjajahan.
Baca Juga: Bela Masjid Al-Aqsa Sepanjang Masa
Adanya pernyataan kecaman, aksi-aksi massa protes dari mahasiswa di kampus-kampus Eropa dan Amerika Serikat, bantuan kemanusiaan dari berbagai penjuru dunia, dari berbagai kelompok, lintas agama dan profesi, aksi boikot produk yang berafiliasi ke pendudukan Israel, semua menunjukkan kepedulian kemanusiaan bagi manusia yang masih punya jiwa kemanusiaan.
Termasuk tentunya pembangunan Rumah Sakit Indonesia di Jalur Gaza yang digagas Medical Emergency Rescue Committee (MER-C), sebuah organisasi sosial kemanusiaan yang bergerak dalam bidang kegawatdaruratan medis, yang dibentuk di Jakarta, 14 Agustus 1999.
Sebagian besar relawan kemanusiaan yang berangkat ke Gaza untuk membangun Rumah Sakit tersebut, mulai dari tukang batu, listrik hingga insinyur, adalah dari komunitas Pondok Pesantren Al-Fatah se-Indonesia, yang berpusat di Pesantren Al-Fatah Cileungsi, Bogor, Jawa Barat.
Rumah Sakit Indonesia di Jalur Gaza pun kemudian menjadi harapan terbesar warga di Gaza utara di tengah meningkatnya serangan Israel sejak 7 Oktober 2023. Sehingga banyak korban jiwa dan korban luka-luka yang dilarikan ke RS Indonesia tersebut, karena rumah sakit tersebut merupakan satu-satunya rumah sakit dengan fasilitas yang cukup memadai di Gaza utara.
Baca Juga: Cinta Dunia dan Takut Mati
Dalam situasi darurat itu, setidaknya 1.300 lebih korban jiwa, 60-80 persen di antaranya adalah anak-anak dan perempuan, telah dibawa ke RS itu, dan lebih dari 4.000 korban luka-luka dirawat di sana. Ini semua pun bagian dari ikut serta menyelamatkan jiwa manusia yang Allah perintahkan untuk diselamatkan.
Termasuk dalam perencaan, ketika Lembaga Kepalestinaan Aqsa Working Group (AWG) dari Indonesia yang melalui sayap perempuan Maemunah Center Indonesia (MAECI), berencana membangun Rumah Sakit Ibu dan Anak di Gaza. Ini pun bagian dari panggilan jiwa kemanusiaan, melihat kondisi di Gaza.
Maka, mari kita terus tingkatkan kepedulian dan solidaritas kita sebagai manusia yang masih punya jiwa kemanusiaan terhadap nasib orang-orang yang tertindas dan terjajah di bumi Palestina oleh kebrutalan genosida yang dilakukan zionis Israel. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Menjaga Akidah di Era Digital