Songsong KUII Ke-VII Babel, Media Bagian dari Strategi Perjuangan Umat Islam

Oleh : Sakuri, Redaktur Senior MINA

Majelis (MUI) sebagai Wadah Musyawarah Para Ulama Zu’ama Dan Cendikiawan Muslim akan menyelenggarakan Kongres Umat Islam Indonesia () VII di Bangka Belitung 26-29 Februari 2020 mendatang dengan mengusung tema “Strategi Perjuangan Umat Islam Indonesia Untuk Mewujudkan NKRI yang Maju, Adil, dan Beradab.”

Dalam Kerangka Acuan KUII Ke-VII 2020, bidang menjadi satu di antara tujuh materi Strategi Perjuangan Umat Islam yang akan dibahas dalam sidang komisi, selain enam materi strategi bidang lainnya yaitu Politik, Ekonomi, Hukum, Pendidikan dan Kebudayaan, Islam Wasathiyyah/Moderasi Kehidupan Beragama dan Filantropi Islam.

Masuknya bidang Media menjadi Strategi Perjuangan Umat Islam yang akan dibahas dalam sidang komisi pada KUII Ke-VII 2020 kali ini,  patut mendapat apresiasi. Hal yang belum dilakukan sebelum ini, melihat strategisnya peran Media dalam memperjuangkan umat Islam dari dulu hingga kini.

Peran Strategis Media Islam Persatukan Umat

Kehadiran Media Islam sangat diperlukan umat untuk memperjuangkan aspirasi dan suara umat dari kezaliman, kemungkaran dan kebatilan yang merajalela, menyuarakan kebenaran amar ma’ruf nahi mungkar, mempersatukan umat dan menjaga ukhuwah Islamiyah, membela kepentingan umat, membangkitkan semangat, hidup dan mati dalam Islam.

Mempersatukan umat adalah peran media Islam yang sangat penting. Media Islam harus menjadi perekat Umat jangan sampai terbelah.

Para awak medianya dan jurnalisnya dalam melaksanakan tugas kewartawanannya dituntut untuk memberikan informasi-informasi berita yang akurat, objektif, tidak bersifat ofensif, menyerang dan mengadu domba umat antara satu dengan lainnya serta tidak menunjukkan keberpihakannya pada pilihan politik tertentu.

Penguasaan media Islam juga menjadi bagian penting dan turut menentukan perjuangan umat Islam ke depan baik skala nasional ke Indonesiaan maaupun skala global Internasional di tengah derasnya arus informasi.

Jadikan Ulama yang Jurnalis dan Jurnalis yang Ulama

Diharapkan kongres juga dapat melahirkan Ulama yang jurnalis dan Jurnalis yang Ulama sebagaimana Buya Hamka, selain dikenal sebagai ulama juga dikenal sangat aktif dalam perjuangan dan pergerakan di media massa Islam.

Majelis Ulama Indonesia yang  merupakan wadah musyawarah para ulama zu’ama dan cendikiawan Muslim adalah majelis yang pernah didirikannya pada 26 Juli 1975 dan menjadi ketua umumnya yang pertama.

Hamka tokoh kharismatik pendiri MUI, selain dikenal sebagai seorang ulama juga dikenal sebagai wartawan, sastrawan budayawan, cendekiawan, penulis yang produktif dan pengajar.

Sejak tahun 1935, Buya Hamka bersama Yunan Nasution sudah mendirikan Pedoman Masyarakat di Medan Sumatera Barat, Mottonya “Memajukan Pengetahuan dan Peradaban Berdasarkan Islam”.

Pedoman Masyarakat menjadi salah satu media massa Islam yang besar di zaman itu.

Berhasil mencapai dan mencetak sebanyak 4.000 eksemplar. Melalui Pedoman Masyarakat ini pula Buya Hamka melahirkan karya-karyanya yang banyak dan fenomenal.

Namun pada masa awal pemerintahan Jepang banyak sekali media massa yang menemukan ajalnya termasuk Pedoman Masyarakat.

Akan tetapi, hal ini tidak membuat Buya Hamka berhenti dalam perjuangan media Islam. Pada tahun 1942-1945 mendirikan Semangat Islam bersama beberapa kawannya.

Perjalanan media massa Islam terus berlanjut sampai kemerdekaan, media massa Islam menjadi penyuara aspirasi yang dihadapi oleh umat, baik dari segi keagamaan, sosial, ekonomi dan politik.

Sesudah kemerdekaan, berbagai media massa Islam muncul diantaranya Harian Abadi.

Harian Abadi menjadi corong pergerakan Partai Masyumi yang menjadi pengawal terhadap pemerintahan Soekarno waktu itu.

Menjadi media massa yang kritis terhadap pemerintahan dalam menyuarakan aspirasi umat. Namun, akhirnya Harian Abadi tutup tahun 1970.

Lahir kembali media massa Islam dibawah pimpinan Buya Hamka yakni Panji Masyarakat dan Harian Duta Masyarakat yang menjadi suara Nahdlatul Ulama.

Setelah itu baru 27 tahun kemudian lahir Harian Republika yang terbit untuk pertama kalinya pada 4 Januari 1993 hingga kini.

Republika adalah koran nasional yang dilahirkan dari rahim umat Islam untuk publik di Indonesia. Penerbitannya  merupakan puncak dari upaya panjang kalangan umat Islam, khususnya para  wartawan profesional muda yang dipimpin oleh eks wartawan Tempo, Zaim Uchrowi yang telah menempuh berbagai langkah. Kehadiran Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) yang saat itu diketuai BJ Habibie dapat menembus pembatasan ketat pemerintah untuk izin penerbitan saat itu memungkinkan upaya-upaya tersebut tembus.

Berikutnya delapan tahun kemudian pada 18 Desember 2012 secara resmi Kantor Berita Islam pertama dan satu-satunya di Indonesia bernama Mi’raj News Agency (MINA) diluncurkan.

MINA turut memperkaya khasanah media global yang bersifat Islami serta meningkatkan dukungan internasional bagi kemerdekaan Palestina.

“MINA menjadi ‘juru bicara’ kaum muslimin dalam menyampaikan amar ma’ruf dan nahi mungkar, terutama dengan mendukung pembebasan Masjid Al-Aqsa dan kemerdekaan Palestina,” kata Pemimpin Umum MINA Muhyiddin Hamidy saat itu pada  peluncuran kantor berita tersebut di Aula Buya Hamka Al-Azhar Kebayoran Baru, Jakarta selatan.

Kehadiran MINA merupakan tindak lanjut yang nyata dari hasil-hasil konferensi internasional Pembebasan Masjid Al-Aqsa dan Kemerdekaan Palestina di Bandung pada Juli 2012.

“MINA merupakan media alternatif guna mengimbangi penguasaan opini global oleh Zionis Israel,” kata Muhyiddin  yang juga Pembina Jaringan Pesantren Al-Fatah seluruh Indonesia tersebut.

Dalam dalam menyebarkan informasi, MINA membawa cahaya kebenaran, keadilan, keamanan, kedamaian dan kejujuran serta amanah sesuai dengan ajaran Islam.

Kantor Berita Islam Mi’raj News Agency (MINA) yang terbit secara online dalam tiga bahasa Arab, Inggris dan Indonesia juga akan turut meliput perhelatan KUII Ke-VII 2020 yang akan berlangsung di Bangka Belitung, 26-29 Februari 2020 mendatang.

Di era informasi digital sekarang ini, Media online seperti MINA mendapat tempat tersendiri di tengah menurunnya oplah media cetak.

Tinta Pena Ulama

Ibnu Jauzi telah menulis ribuan jilid kitab sebagaimana pengakuan cucu Ibnu Jauzi, “Menjelang akhir hayatnya, saya pernah mendengar kakek berkata di atas mimbar, “Jari-jari tanganku ini telah menghasilkan dua ribu jilid kitab. Selama hidupku ada seratus ribu orang yang menyatakan diri tobat di hadapanku dan dua puluh ribu Yahudi dan Nasrani yang menyatakan diri masuk Islam di hadapanku.”

Umat Islam Indonesia menanti hasil-hasil Kongres Umat Islam Indonesia (KUII) VII Bangka Belitung khsususnya terkait langkah-langkah strategis dalam memperjuangkan media Islam untuk mempersatukan umat.

Semoga kongres juga dapat melahirkan Ulama yang jurnalis dan Jurnalis yang Ulama.

Selamat berkongres.

(A/RS5/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Widi Kusnadi

Editor: Ismet Rauf

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.