Oleh: Rudi Hendrik, wartawan Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Nadia Ahmad disibukkan dengan sebuah mobilnya karena dia adalah seorang wanita yang memilih bekerja sebagai seorang sopir taksi. Padahal sebelumnya dia tidak pernah berpikir akan menjalani hidup dan begitu cinta di balik kemudi mobil berwarna kuning.
Selama dua tahun terakhir, Nadia telah mengemudikan taksi melalui jalan-jalan Hebron di Tepi Barat Palestina yang dijajah oleh Israel.
Wanita kelahiran Desember 1967 ini diyakini menjadi satu-satunya sopir taksi perempuan di seluruh Palestina.
Baca Juga: Pengungsi Sudan Menemukan Kekayaan Di Tanah Emas Mesir
Mengenakan jilbab bercorak bunga ungu muda dan abaya hitam panjang, Nadia berada di antara deretan siku laki-laki yang menyembul keluar dari jendela mobil, layaknya pembalap di kota Hebron yang ramai.
Suaminya yang adalah seorang profesor teknologi informasi di sebuah universitas lokal, tidak pernah menentang mimpinya mengemudi taksi, tetapi banyak orang lain di masyarakat Palestina yang tidak setuju dengan pilihan pekerjaannya yang tidak biasa.
“Pada awalnya, ada banyak gosip. Ketika kakak saya mendengar sopir lain berbicara tentang saya, tentang ‘wanita yang mengendarai taksi’, dia pulang dan sangat marah lalu menuntut saya berhenti sekaligus,” kata Nadia kepada Al Jazeera.
Dorongan Keluarga
Baca Juga: Terowongan Silaturahim Istiqlal, Simbol Harmoni Indonesia
Usai ditegur oleh kakaknya, Nadia berhenti mengemudi selama beberapa bulan, tapi suaminya justeru mendorongnya untuk terus menyopir.
Jumlah wanita hanya seperlima dari orang yang bekerja di Tepi Barat yang diduduki, banyak wanita yang memilih mengambil peran tradisional seperti mengajar, keperawatan, atau juru kebersihan. Ibu yang bekerja ketika anak-anaknya pulang dari sekolah terkadang tidak disukai dalam masyarakat.
Nahid Abu Taima, wanita yang mengajar kursus bidang feminisme dalam media di Universitas Birzeit mengatakan, perempuan seperti Nadia adalah pelopor di Palestina, membuka jalan bagi komunitas yang sama (kaum wanita).
“Ada wanita lain seperti (Nadia) di Gaza. Dia seorang nelayan. Dia pasti satu-satunya wanita melakukan pekerjaan itu,” kata Nahid. “Ini tidak mudah, tapi perempuan ini membuka pintu bagi perempuan lain untuk mulai bekerja. Tidak hanya secara umum, tetapi dalam bidang sebelumnya tidak mungkin kita bisa melihat ada wanita-wanita yang membuat lompatan pertama ke bidang pria untuk membantu mendorong kita kepada kesetaraan.”
Baca Juga: Bukit Grappela Puncak Eksotis di Selatan Aceh
Menurut Nahid, bagi wanita Palestina untuk keluar dari peran gender dalam masyarakat, mereka harus siap terhadap serangan balik dan gosip masyarakat sebagaimana Nadia awalnya alami.
“Meskipun pada akhirnya orang akan mulai mengerti bahwa tidak ada masalah dengan apa yang ia lakukan,” kata Nahid.
Nadia mulai tertarik pada mobil sejak usia muda meski kemudian dia mengerti itu dianggap tidak normal bagi seorang gadis.
Dia melihat sepupunya yang bekerja di bidang mesin mobil ketika ia masih remaja. Dia tidak pernah bertanya, tapi mengamati dan mencatat dalam hati.
Baca Juga: Masjid Harun Keuchik Leumik: Permata Spiritual di Banda Aceh
“Sekarang saya dapat mengerjakan mesin mobil saya sendiri. Saya melihat dan menyaksikan, sekarang saya tahu tentang mesin mobil,” kata Nadia.
Putri Nadia yang menikah dan tinggal di Yordania, telah mengikuti jejak ibunya dengan mendapatkan lisensi sopir taksi, meskipun dia belum mulai mengemudi.
Keluarga Nadia kini mendukung dan mendorongnya untuk memikirkan karirnya kepada cara yang lebih besar. Dia sekarang ingin memulai bisnis sendiri dan dalam beberapa tahun ke depan, ia berharap bisa menjalankan satu armada kecil taksi yang disopiri oleh perempuan.
“Mobil-mobil nantinya akan hijau,” katanya. “Saya ingin membedakan taksi perempuan dan ditawarkan melalui online.”
Baca Juga: Temukan Keindahan Tersembunyi di Nagan Raya: Sungai Alue Gantung
Mimpi Besar
Jika idenya terwujud, pelanggan dapat memesan taksi melalui telepon, sehingga perempuan tidak harus turun naik taksi di pinggir jalan. Dia juga berencana memberikan kursi mobil untuk anak-anak atas permintaan.
Sejauh ini, Nadia telah mendorong enam perempuan lain untuk memperoleh lisensi taksi yang dikeluarkan pemerintah.
Asosiasi Perubahan Sosial (ADWAR), sebuah organisasi non pemerintah yang berbasis di Tepi Barat yang diduduki, berada sepenuhnya di belakang Nadia.
Baca Juga: Kisah Perjuangan Relawan Muhammad Abu Murad di Jenin di Tengah Kepungan Pasukan Israel
Direktur Jenderal ADWAR Sahar al-Kawasmeh mengatakan, banyak pekerjaan organisasi yang melibatkan penggalangan dana untuk proyek-proyek yang dipercaya akan membantu menutup kesenjangan gender dalam masyarakat Palestina.
“Ketika dia (Nadia) mendapat beberapa perempuan dalam idenya, kita bisa memulai sebuah proyek ADWAR untuk usahanya dan mulai penggalangan dana,” kata Kawasmeh.
Pada bulan Juni, ADWAR memberikan Nadia penghargaan Peran untuk Perubahan Sosial guna menghormati perannya dalam memecahkan stereotip sosial dan menjadi panutan yang positif.
Awal tahun ini, Nadia mengajukan lamarannya untuk izin usaha bersama dengan lapangan bisnisnya. Kementerian Perhubungan Palestina akan mengukur kelayakan rencana kewirausahaannya.
Baca Juga: Pejuang Palestina Punya Cara Tersendiri Atasi Kamera Pengintai Israel
Seorang wakil dari Kementerian Perhubungan mengatakan kepada Al Jazeera, sejauh ini Nadia mampu memenuhi semua persyaratan sebagai perusahaan taksi baru, termasuk ruang kantor, asuransi, mobil dan sopir berlisensi, dan modal uang tuna.
“Kami tidak membeda-bedakan jenis kelamin,” kata pejabat Kementerian yang tidak mau memberikan namanya kepada Al Jazeera. Sumber: Al Jazeera. (T/P001/P4)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Catatan Perjalanan Dakwah ke Malaysia-Thailand, Ada Nuansa Keakraban Budaya Nusantara