Jakarta, 8 Shafar 1438/8 November 2016 (MINA) – Perlu ada sinergi antara industri dan para pemangku kepentingan dalam meningkatkan sosialisasi tentang prospek bisnis industri Asuransi Jiwa Syariah di Indonesia.
Hal itu disampaikan Ketua Umum Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia Taufik Marjunihadi dalam pemaparan pada workshop media dengan tema “Menakar Prospek Asuransi Jiwa Syariah di Tengah Dinamika Ekonomi 2017” di Hotel JW Marriot Jakarta, Selasa (8/11) siang.
Peta jalan IKNB Syariah OJK menjelaskan dalam tiga tahun terakhir, sebanyak 90,4 persen masyarakat Indonesia ternyata tidak tahu, dan hanya 9,6 persen yang tahu mengenai asuransi syariah.
“Kerjasama antara pelaku industri dan regulator secara berkala dalam mensosialisasikan produk asuransi jiwa syariah akan menciptakan sinergitas dan peluang besar di industri ini untuk berkembang,” kata Taufik.
Baca Juga: Hadiri Indonesia-Brazil Business Forum, Prabowo Bahas Kerjasama Ekonomi
“Para pelaku industri juga lebih dituntut untuk meningkatkan inovasi produk asuransi jiwa syariah dengan jalur distribusi alternatif yang mampu memenuhi kebutuhan masyarakat,” tambahnya.
Menurut Taufik, masyarakat juga perlu menyadari bahwa produk Asuransi Syariah terbukti bertahan dalam melewati gejolak pasar yang cukup dinamis. Selama ini produk Ssuransi Jiwa Syariah juga tetap memberikan return yang tinggi di tengah perlambatan ekonomi.
Saat ini asuransi jiwa syariah menjadi kontributor terbesar bagi perkembangan industri asuransi syariah di Indonesia. Asuransi jiwa syariah saat ini memiliki kotribusi hingga 6,82 persen dari total asuransi jiwa di Indonesia. (L/P002/R05)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Rupiah Berpotensi Melemah Efek Konflik di Timur Tengah