Yerusalem, MINA – Di sel gelap di Rumah Sakit Penjara Ramla yang terkenal kejam, tahanan Khader Adnan Musa terbaring dalam kondisi kesehatan yang kritis, setelah 87 hari melakukan aksi mogok makan. Hingga kemudian “Singa Pemogokan Makan” itupun gugur sebagai syuhada, di dalam sel penjara, Selasa (2/5/2023).
Selama penahanannya, istri Adnan berkeliling dari satu provinsi ke provinsi lain, dari satu acara ke pertemuan, dan dari radio ke televisi atau media lainnya, untuk menjelaskan penderitaan suaminya dan menyampaikan opini publik.
Adnan lahir pada tanggal 24 Maret 1978 di kota Arraba, Jenin, Tepi Barat Laut.
Ia menyelesaikan jenjang sekolah dasar dan menengah di kampung halamannya. Ia lulus sekolah menengah dengan nilai yang sangat baik pada tahun 1996, dan bergabung dengan Birzeit Universitas di Ramallah, dan lulus pada tahun 2001.
Baca Juga: Laba Perusahaan Senjata Israel Melonjak di Masa Perang Gaza dan Lebanon
Ia memperoleh gelar sarjana matematika ekonomi, kemudian mengikuti program magister ekonomi di universitas yang sama.
Sejak awal, Khader Adnan memulai karir politiknya dengan menjadi anggota gerakan Jihad Islam.
Penangkapan pertamanya oleh Otoritas Palestina atas tuduhan menghasut untuk melempari Perdana Menteri Prancis Lionel Jospin dengan batu ketika dia mengunjungi Universitas Birzeit pada tahun 1998.
Dia menghabiskan 10 hari dalam tahanan, sebelum dibebaskan setelah melakukan aksi mogok makan.
Baca Juga: Jumlah Syahid di Jalur Gaza Capai 44.056 Jiwa, 104.268 Luka
Selama hampir 9 tahun, pasukan pendudukan menangkap Khader Adnan sebanyak 13 kali. Kebanyakan dengan perintah penahanan administratif, tanpa sidang dan tanpa tuduhan.
Di dalam penahanannya, dia berjuang dengan kemauan yang kuat, hingga satu demi satu ia meraih pembebasannya.
“Jangan menerima argumen untuk penjajah, kami tidak akan menyerah pada keputusan fasis, dan kami akan merebut kebebasan kami, tidak peduli apa pun pengorbanannya,” ujarnya, semasa penahanannya.
Tahap pertama aksi mogok makannya, dimulai oleh Khader Adnan dengan sekelompok tahanan dari Jalur Gaza pada tahun 2005. Mogok makan pertama ini berlangsung selama 25 hari melawan sel isolasi. Dia dan tahanan lainnya pun mendapatkan apa yang mereka minta.
Baca Juga: Hamas Sambut Baik Surat Perintah Penangkapan ICC untuk Netanyahu dan Gallant
Dia juga berjuang di akhir tahun 2011 dan awal tahun 2012. Kali ini aksi mogok makan keduanya menjadi terkenal, setelah berlangsung selama 66 hari, melawan penahanan administratifnya. Dia pun berhasil mencapai pembebasannya.
Pada 2015, aksi mogok makan ketiganya, adalah pemogokan terhadap penahanan administratif yang berlangsung selama 58 hari.
Berlanjut pada tahun 2018, dia melakukan pemogokan baru selama 54 hari.
Tahun 2021, dia melakukan pemogokan yang berlangsung selama 25 hari, dan keluar 5 hari kemudian.
Baca Juga: Iran: Veto AS di DK PBB “Izin” bagi Israel Lanjutkan Pembantaian
Terakhir, sebelum nyawa merenggutnya, dia melakukan pemogokan keenamnya sejak 5 Februari lalu.
Syuhada Adnan” (45 tahun) memiliki sembilan anak, terdiri dari 5 laki-laki dan 4 perempuan. Anak tertua berusia 14 tahun, dan yang termuda berusia kurang dari 2 tahun.
Pahlawan ini dianggap sebagai salah satu pemimpin paling menonjol di Tepi Barat yang mengusung aksi perlawanan menghadapi pasukan pendudukan Israel. Pemerintah Israel pun menuduhnya sebagai “penghasut operasi”.
Dia ditangkap, diserang dan dihasut oleh aparat otoritas beberapa kali, dan satu di antaranya dalam persidangan martir Basil Al-Araj.
Baca Juga: IDF Akui Kekurangan Pasukan untuk Kendalikan Gaza
“Dia diseret, dipukuli, dan diserang sebelum penangkapannya,” pernyataan Prisoner’s Club, kelompok independen yang berbasis di Ramallah.
Khader Adnan adalah tahanan pertama yang gugur selama pemogokan individu. sebelumnya ada beberap juga yang gugur dalam aksi mogok makan, bersama rekan-rekannya.
Dengan syahidnya Khader Adnan, jumlah syuhada dari gerakan tahanan meningkat menjadi 236 orang, sejak tahun 1967. Sebanyak 75 di antaranya adalah akibat dari kejahatan kelalaian medis yang disengaja pendudukan.
Para pejuang perlawanan menggelari almarhum sebagai “Singa Pemogokan Makan” yang gugur sebagai syuhada. (T/RS2/P1)
Baca Juga: Hamas Tegaskan, Tak Ada Lagi Pertukaran Tawanan Israel Kecuali Perang di Gaza Berakhir
Sumber : Quds Press.
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Hamas: Rakyat Palestina Tak Akan Kibarkan Bendera Putih