Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Spesialis Onkologi: Tingkat Kanker Tertinggi di Indonesia adalah Kanker Payudara

Nur Hadis - Rabu, 8 Februari 2017 - 00:08 WIB

Rabu, 8 Februari 2017 - 00:08 WIB

452 Views

Jakarta, 9 Jumadil Awwal 1438/7 Februari 2017 (MINA) – Ramadhan Karsono, seorang dokter spesialis Onkologi mengatakan, tingkat kanker tertinggi di Indonesia adalah kanker payudara dan kanker serviks atau kanker mulut rahim.

Kanker paling banyak adalah kanker payudara,” ujar Ramadhan Karsono saat ditemui wartawan Mi’raj Islamic News Agency (MINA) di RS. Kanker Dharmais, Jakarta, Selasa (7/2).

Ia mengungkapkan, rata-rata pasien datang dengan penyakit yang sudah sampai ulkus atau sudah luka dan datang saat sudah stadium tiga dam empat, sudah menyebar hingga ke paru-paru, tulang, dan lainnya.

“Kendala yang sering dihadapi ketika para pasien datang dengan stadium lanjut, kadang itu sudah tidak operasi lagi, karena sudah lanjut, artinya sudah keparu-paru, tulang, hati dan sudah stadium 4. Akibatnya pengobatan kita hanya paliatif, yakni bagaimana agar tidak sakit, lukanya tidak ulkus, tidak berdarah, tidak bau,” ujar Ramadhan.

Baca Juga: Ketua MPR RI Salurkan Bantuan untuk Korban Erupsi Gunung Lewotobi

Menurutnya, tindakan kedokteran yang bisa dilakukan untuk menangani kanker tersebut yakni dengan operasi, kemoterapi sistemik, dan radias.

Ramadhan menghimbau kepada masyarakat agar melakukan pemeriksaan payudara sebagai bentuk antisipasi. Ia juga mengimbau agar jangan melakukan kontak seksual yang pindah-pindah, karena kanker serviks itu apabila tidak pindah-pindah pasangan akan aman-aman saja.

Terkait pencegahan kanker payudara agar melakukan mamografi di usia 30-50 tahun setiap tiga tahun sekali, dan untuk 50 tahun ke atas satu tahun sekali.

Penanganan Kanker dari Segi Tibun Nabawi

Baca Juga: HGN 2024, Mendikdasmen Upayakan Kesejahteraan Guru Lewat Sertifikasi

“Di dunia ini secara umum ada lima kiblat kedokteran, ada kedokteran Barat, China, India, Unani, kedokteran Islam, dan ada kedokteran-kedokteran bersifat tradisional yang tidak tertulis,” ujar pengamat Tibun Nabawi dan Pengobatan Tradisional, Lukman Kholid kepada wartawa Mi’raj Islamic News Agancy (MINA) saat di temui di kantornya, di Jakarta, Selasa (7/2).

Bagi orang-orang barat kanker di anggap sebagai kerusakan sel, sedangkan Islam melihat kanker dari persoalannya, yang umum dikenal masyarakat “ohh ini kanker ya udah berarti pakai herbal selesai,”  tapi sebenarnya  kalau kita merujuk pada konsep kedokteran Islam, Islam mempunyai pandangan yang cukup lebih jaub lagi terhadap masalah kanker itu, karena Islam itu tidak bisa memisahkan antara jasad dan ruhnya, Islam melihat dari sisi jasmaniyah dan rohaniyah, ada penyakit jasmani ada juga penyakit rohani, ada juga penyakit yang mencakup kedua-duanya.

“Rasulullah pernah berkata, ada segumpal daging dalam dirimu, jika itu baik maka akan baik, ini akan berpengaruh pada kesehatan,” ujarnya.

Apabila seseorang itu sabar, baik hatinya, maka akan tenang hatinya, irama jantungnya juga akan lebih stabil.

Baca Juga: Hari Guru, Kemenag Upayakan Sertifikasi Guru Tuntas dalam Dua Tahun

“Manusia yang paling sehat di dunia ini hanya Rasulullah, karena paling bagus imannya, paling bagus akhlaknya, paling bagus ibadahnya, juga paling bagus pola hidupnya, karena hal ini sangat mempengaruhi kesehatannya,” ungkapnya.

Sebagaimana Lukman menjelaskan bahwasanya pandangan Islam terkait kanker, jika dari sisi kejiwaannya kita biasanya melihat dari sisi kekecewaannya, karena kalau terlalu lama memendam kecewaan akan mengganggu jantung, hati, dan metabolik, maka dia harus memberikan maaf, dia harus berlapang hati.

“Semua perbuatan manusia akan terimplikasi pada fisik-fisiknya. Kenapa kita diperintahkan berbuat baik? Karena itu ada hubungannya dengan kesehatan,” ujarnya.

Dalam diagnosis, pertama adalah berpa usianya, apa kebiasaannya, bagaimana ibadah dan akhlaknya, dan sumber mata pencahariannya, ujar Lukman.

Baca Juga: Meriahkan BSP, LDF Al-Kautsar Unimal Gelar Diskusi Global Leadership

Diantara obat yang paling manjur adalah Habatussauda, karena mempunyai zat aktfif timokuinon yakni obat anti kanker.

Akhlak, cara makan, cara minum, cara buang air besar, cara buang air kecil, cara tidur dan lain sebagainya juga bisa berhubungan dengan kanker.

Kanker ini disinyali yang lebih banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor korsinogen, yakni yang berhubungan dengan arang dan asap, banyak yang tidak menyadari bahwasanya sesuatu yang mengandung zat karsinogen setiap harinya ada di sekililing kita.

“Sesuatu yang di bakar itu berarti mengandung zat karsinogen, setiap hari kita inginnya yang dibakar, ikan bakar, ayam bakar, jagung bakar, ini juga salah satu pemicu kanker, ada orang yg tidak merokok tapi terkena kanker, mungkin karena kejiwaannya atau makanannya,” ujarnya.

Baca Juga: Enam Relawan UAR Korwil NTT Lulus Pelatihan Water Rescue

Diantara kelebihan pada Tibun Nabawi yaitu memberikan harapan kesembuhan, memberikan optimisme, meningkatkan keimanan.

“kita harus memberikan optimisme, siapa pun orangnya kita tidak berhak membuat orang itu putus asa, tugas kita memberikan basiro wa nadziro yakni memberikan kabar gembira dan peringatan, orang separah apapun ya itu hak Allah yang menyembuhkan, kalau kita memang ahli ya tugas kita mengobati,” ujarnya.

Lukman juga menambahkan bahwa orang-orang yang sakit diberikan optimisme oleh Rasulullah dengan dua janji, diampuni dosanya dan diangkat derajatnya. Dalam Islam kita harus terus memberikan optimisme bahkan sampai menjelang ajalnya kita harus terus memberikan optimisme. (L/M07/P1)

Mi’raj Islamic News Agancy (MINA)

Baca Juga: Syubban Camp, Perkuat Jiwa Kepemimpinan untuk Pembebasan Baitul Maqdis

 

Rekomendasi untuk Anda