Oleh: Ali Farkhan Tsani, Wartawan Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi dalam pidato pembukaan Pertemuan Tingkat Menteri (Asian-African Ministerial Meeting) KAA di Jakarta, Senin (20/4) menyatakan, Indonesia menggalang dukungan perjuangan rakyat Palestina untuk mendapatkan kemerdekaannya.
Salah satu poin penting deklarasi yang dirumuskan dalam KAA 2015 adalah dukungan negara-negara Asia-Afrika untuk kemerdekaan Palestina.
“Kami ingin seluruh negara-negara Asia-Afrika memiliki persamaan hak,” ujar Menlu Retno.
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik yang juga salah satu panitia penyelenggaraan KAA, Freddy H. Tulung, mengatakan, akan ada tiga poin penting yang menjadi fokus pembahasan dalam KAA. Salah satu dari tiga poin tersebut adalah Deklarasi Palestina (Declaration on Palestine).
“Deklarasi negara Palestina ini menyatakan, bahwa anggota KAA akan memberi dukungan secara konsisten pada berdirinya negara Palestina dan mendukung hak-hak negara Palestina,” ungkap Freddy.
Penanggung jawab Panitia Nasional Peringatan KAA, Luhut Pandjaitan mengatakan, dari 109 negara di Asia dan Afrika, tidak semua mendukung kemerdekaan Palestina. Karena itu, Pemerintah RI akan mendorong peserta KAA yang hadir, agar turut mendukung deklarasi tersebut.
“Kementerian Luar Negeri kita masih melobi itu. Mudah-mudahan bisa kita capai,” ujar Luhut.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat
Sebagai negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam, kata Luhut, Indonesia mempunyai arti penting bagi Palestina. Seperti komitmen Presiden Joko Widodo sejak awal menjadi presiden, pemerintah RI akan terus mendorong deklarasi ini, agar Palestina menjadi negara merdeka dan masuk anggota PBB.
“Kita ingin menunjukan bahwa Indonesia dari 1955 sampai sekarang ini menunjukan kepemimpinannya,” ujar Luhut.
Sementara itu, Sekretaris Kabinet Andi Widjajanto menyatakan bahwa draft dukungan untuk kemerdekaan Palestina yang sedang dibahas di kantor perwakilan Indonesia di New York sudah mendekati final. Ia optimistis, dukungan itu dapat segera dideklarasikan dalam peringatan KAA.
Dari pihak Palestina, Duta Besar Palestina untuk Indonesia, Fariz Mehdawi mengatakan, Palestina belum mendapatkan kemerdekaan secara penuh sejak KAA dilaksanakan pada tahun 1955.
Baca Juga: Ada Apa dengan Terpilihnya Trump?
Padahal pada KAA tahun 1955 merupakan sebuah simbol kemerdekaan negara di kawasan tersebut dari kolonialisme yang terwujud dalam Dasasila Bandung.
Mehdawi mengharapkan peringatan KAA tahun ini menjadi momentum mendorong perwujudan kemerdekaan Palestina secara utuh.
“Peringatan KAA merupakan momentum untuk membantu terwujudnya kemerdekaan Palestina,” katanya.
Dubes Mehdawi menambahkan, posisi Palestina sangat penting dan tidak bisa dilupakan begitu saja dalam KAA. Karena Palestina merupakan jembatan antara Asia dan Afrika, ujarnya.
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang
Spirit Bandung 1955
Rancangan Deklarasi dukungan terhadap Kemerdekaan Palestina, seiring dengan isi Dasasila Bandung, hasil pertemuan KAA tahun 1955.
Dasasila Bandung berisi tentang pernyataan mengenai dukungan bagi kedamaian dan kerjasama dunia.
Isi Dasasila Bandung yang sangat bersejarah itu, sebagai berikut:
Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat
- Menghormati hak-hak dasar manusia dan tujuan-tujuan serta asas-asas yang termuat di dalam piagam PBB.
- Menghormati kedaulatan dan integritas teritorial semua bangsa.
- Mengakui persamaan semua suku bangsa dan persamaan semua bangsa, besar maupun kecil.
- Tidak melakukan intervensi atau campur tangan dalam soalan-soalan dalam negeri negara lain
- Menghormati hak-hak setiap bangsa untuk mempertahankan diri secara sendirian ataupun kolektif yang sesuai dengan Piagam PBB.
- Tidak menggunakan peraturan-peraturan dari pertahanan kolektif untuk bertindak bagi kepentingan khusus dari salah satu negara besar dan tidak melakukannya terhadap negara lain.
- Tidak melakukan tindakan-tindakan ataupun ancaman agresi maupun penggunaan kekerasan terhadap integritas wilayah maupun kemerdekaan politik suatu negara.
- Menyelesaikan segala perselisihan internasional dengan jalan damai, seperti perundingan, persetujuan, arbritasi (penyelesaian masalah hukum) , ataupun cara damai lainnya, menurut pilihan pihak-pihak yang bersangkutan sesuai dengan Piagam PBB.
- Memajukan kepentingan bersama dan kerjasama.
- Menghormati hukum dan kewajiban–kewajiban internasional.
Mengenai kemerdekaan suatu bangsa, juga merupakan amanah Konstitusi UUD 1945, pada pembukaan yang menyebutkan, “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.”
Dalam pidatonya di Gedung Merdeka, Bandung, Presiden Soekarno memberikan spirit pada 29 negara di Asia dan Afrika yang hadir pada KAA waktu itu.
“Dunia kita yang malang ini terpecah belah, dan ternyata rakyat dari semua negeri berada dalam ketakutan, kalau-kalau di luar kesalahan mereka, serigala-serigala peperangan akan lepas lagi dari rantainya,” kata Bung Karno dalam pembukaan KAA, Senin, 18 April 1955.
Saat itu, kebanyakan negara peserta KAA merdeka setelah Perang Dunia II berakhir. Mereka bersatu mengempaskan penjajahan.
Baca Juga: Dentuman Perang Memisahkan Sepasang Calon Pengantin
Negara-negara yang tidak mengikuti KAA 1955 pun ikut mendapatkan spirit dalam tema gerakan antikolonialisme.
Nigeria, antara lain, didukung peserta konferensi di forum internasional, sehingga mencapai kemerdekaan lima tahun setelah KAA, yaitu pada 1 Oktober 1960 dari penjajahan Perancis.
Konferensi juga membela Aljazair, Tunisia, serta Maroko, yang dalam salah satu butir keputusan pentingnya menyerukan kemerdekaan ketiganya dari penjajahan Perancis.
Dalam Encyclopedia Americana (1977) tercatat bahwa dari 48 negara merdeka di Benua Afrika, hanya 4 negara yang merdeka sebelum tahun 1955 (saat KAA berlangsung), yatu Liberia tahun 1847, Afrika Selatan tahun 1910, Libya tahun 1951, dan Mesir tahun 1922. Sedangkan 44 negara lainnya merdeka setelah berlangsungnya KAA tahun 1955. Bahkan Tunisia dan Sudan merdeka setahun setelah KAA berlangsung yaitu tahun 1956.
Baca Juga: Bela Masjid Al-Aqsa Sepanjang Masa
Ini menunjukkan betapa spirit Dasasila Bandung 1955, dari bumi Indonesia memancarkan semangat kemerdekaan dan persaudaraan dunia.
Bahkan secara khusus, KAA 1955 menghasilkan pernyataan solidaritas dan dukungan terhadap perjuangan rakyat Palestina untuk membangun negara di bawah kepemimpinan PLO. Mereka tetap meyakinkan bahwa tidak ada pemecahan masalah selain memaksa Israel keluar dari pendudukan mereka sejak tahun 1967.
Spirit Bandung 2012
Spirit Bandung mengemuka kembali, khususnya tentang topik Palestina, yakni pada Konferensi Internasional Pembebasan Al-Quds dan Palestina (International Conference for The Freedom of Al-Quds and Palestine), 4-5 Juli 2012 M./14-Sya’ban 1433 H.
Baca Juga: Cinta Dunia dan Takut Mati
Pada konferensi yang dihadiri sekitar 270 peserta dari berbagai negara di kawasan Asia-Afrika, di antaranya dari Nigeria, Sudan, Malaysia, Filipina, Palestina, Jordania, dan tuan rumah, Indonesia.
Pada konferensi yang digagas Jama’ah Muslimin (Hizbullah), menghasilkan Deklarasi Bandung untuk Pembebasan Al-Quds dan Pelestina, yaitu:
- Bahwa untuk suksesnya perjuangan pembebasan Al-Quds dan Palestina dituntut dukungan yang lebih nyata dari kaum muslimin pada khususnya dan komunitas internasional pada umumnya.
- Guna menyatukan langkah perjuangan pembebasan Al-Quds dan Palestina tersebut disepakati hal-hal sebagai berikut:
- Mengamanahkan kepada H. Muhyiddin Hamidy, Imaam Jama’ah Muslimin (HIzbullah), sebagai pemimpin bagi upaya-upaya untuk mempercepat pembebasan Al-Quds dan kemerdekaan Palestina yang didukung oleh organisasi-organisasi yang peduli dalam permasalahan Palestina.
- Di bawah kepemimpinan beliau dibentuk suatu Tim Syuro yang akan menindaklanjuti persiapan-persiapan penegakkan Khilafah sebagai rujukan dari perjuangan pembebasan Al-Quds dan Palestina maupun pembelaan kepentingan muslimn internasional.
- Tim Syuro tersebut terdiri dari perwakilan peserta konferensi ini.
- Tim Syuro ini pun akan menindaklanjuti hasil konferensi ini dengan:
- Mengomunikasikan hasil konferensi ini kepada pihak-pihak Pemerintah dan Parlemen untuk menegaskan pesan pembebasan Al-Quds dan Palestina melalui lembaga Negara kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa.
- Melakukan advokasi hukum terhadap bangsa Palestina terutama kaum perempuan dan anak-anak serta mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mengadili kejahatan rezim Zionis Israel atau pemimpin-pemimpinnya yang zhalim.
- Menghimpun dan mendayagunakan bantuan-bantuan material dan non material untuk menolong Al-Quds dan Palestina.
- Secara khusus mendesak Pemerintah Republik Indonesia untuk membuka Konsulat Pelayanan Diplomatik di wilayah jalur Gaza.
- Mempersiapkan pelaksanakan konferensi selanjutnya di Gaza atau tempat-tempat lain sesuai situasi dan kondisi yang berkembang.
- Mengutus delegasi untuk memfasilitasi perdamaian dan ishlah dari faksi-faksi di Palestina serta mempromosikan kesatuan muslimin di Palestina.
- Memprakarsai boikot terhadap produk-produk yang mendukung rezim Zionis Israel.
Imam Jamaah Muslimin (Hizbullah) H.Muhyiddin Hamidy dalam sambutan pembukaan menyatakan, persatuan dan kesatuan di bawah naungan Al-Quran da As-Sunnah, merupakan kunci kejayaan Islam dan pembebasan Al-Quds Palestina.
Spirit KAA 2015
Baca Juga: Menjaga Akidah di Era Digital
Berkaitan dengan Peringatan KAA ke-60 tahun 2015, Imaam Jama’ah Muslimin (Hizbullah), K.H. Yakhsyallah Mansur menyatakan di Jakarta, Sabtu (18/4), bahwa soal kemerdekaan Palestina agar menjadi prioritas pembicaraan pada pertemuan KAA di Jakarta dan Bandung, 19-24 April 2015.
Jama’ah Muslimin (Hizbullah) menyebutkan, fakta bahwa Konferensi Asia Afrika tahun 1955, telah menjadi pendorong perjuangan gerakan dunia ketiga untuk mewujudkan dunia yang bebas dari penjajahan.
“Pasca KAA 1955, fakta sejarah menyebutkan, bangsa-bangsa yang terjajah di kawasan Asia Afrika atas anugerah Allah, dapat meraih kemerdekaan masing-masing dari penjajah,” bunyi pernyataan dibacakan Imaam Yakhsyallah Mansur.
Menurut Yakhsyallah, KAA telah menginspirasi bangsa-bangsa di kawasan Asia Afrika untuk bersatu padu dan saling mendukung dalam melenyapkan kebatilan dan kedzaliman oleh penjajahan.
Baca Juga: Amerika itu Negara Para Pendatang!
Semangat Bandung 1955 yang dimotori sebagian pemimpin negeri-negeri Muslim di kawasan Asia Afrika seiring dengan Surat Al-Maidah ayat 2 tentang kewajiban tolong-menolong dalam kebaikan dan takwa, ujar Yakhsyallah.
Namun menurutnya, fakta lain setelah selama 60 tahun, ternyata penjajahan belum dapat dilenyapkan sepenuhnya dari muka bumi.
“Masih ada bangsa Palestina, yang hingga kini masih berada di bawah penjajahan Israel,” paparnya.
Ia menambahkan, seluruh dunia tahu hal itu, Gerakan Non-Blok (GNB) yang dijiwai Semangat Bandung 1955 juga sudah berupaya menolong bangsa Palestina meraih kemerdekaannya.
Namun, perlu upaya lebih keras dari seluruh anggota GNB untuk betul-betul meraih misi utamanya yakni membebaskan dunia terutama kawasan Asia Afrika dari penjajahan, imbuhnya.
Jama’ah Muslimin (Hizbullah) secara khusus menyerukan kepada Pemerintah RI selaku tuan rumah peringatan KAA ke-60, untuk lebih berperan dalam melaksanakan amanat konstitusi yakni aktif ikut serta dalam upaya menghadirkan perdamaian dunia terutama di Palestina, serta terbebaskannya warga dunia dari semua bentuk penindasan dan kezaliman di muka bumi.
Hal itu karena penjajahan dalam segala bentuknya tidak sesuai dengan peri-kemanusiaan, seruan pernyataan.
Kewajiban Agama
Imaam Yakhsyallah Mansur pada bagian pernyataan juga menyerukan kepada segenap kaum Muslimin tentang kewajiban agama Islam kepada terhadap umatnya untuk tetap istiqamah dalam melaksanakan perintah Allah dan Rasul-Nya, memberikan pertolongan kepada kaum Muslimin di Palestina untuk meraih kemerdekaannya dan untuk membebaskan Masjid Al Aqsa dari penistaan kaum penjajah Zionis Israel.
Allah memerintahkan orang-orang beriman, seperti di dalam surat Al-Hujurat ayat 10 bahwa Sesungguhnya orang–orang beriman itu bersaudara. sebab itu damaikanlah antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.
“Perumpamaan orang-orang Mukmin dalam hal ikatan kasih sayang di antara mereka, adalah bagaikan satu tubuh, apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit maka anggota tubuh yang lain ikut merasakan sakit itu, dengan tidak dapat tidur dan merasa demam,” paparnya, mengutip hadits riwayat Bukari, Muslim dan Ahmad.
Yakhsyallah juga mengingatkan kaum Muslimin agar jangan sampai tidak peduli atau malah membiarkan terhadap apa yang terjadi di Palestina maupun di seluruh penjuru dunia, di mana ada kaum Muslimin ditindas dan dizalimi oleh mereka yang memusuhi Islam, katanya seraya mengutip surat Al-Anfal ayat 73.
Semoga harapan kemerdekaan bangsa Palestina segera terwujud atas dukungan, persatuan dan kesatuan negeri-negeri Muslim, khususnya yang berada di kawasan Asia-Afrika. Amin. (T/P4/R02).
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)