SQABM dan Institut Ilmu Zakat Sudan Jajaki Kerjasama Pendidikan

Jakarta, MINA – Perguruan Tinggi Shuffah Al-Qur’an Abdullah bin Mas’ud () dan Institut Ilmu Zakat (Zakat Science Institute – ZSI) Sudan tengah menjajaki kerjasama di bidang pendidikan khususnya terkait ilmu zakat.

Dalam pertemuan di Jakarta, Ahad (25/11), Ketua Dewan Penasehat SQABM, Imaam Yakshyallah Mansur didampingi Ketua SQABM Dudin Shobarudin dan Pembina Ponpes Al-Fatah KH Umar Rasyid bersama delegasi ZSI yang diketuai oleh Kepala Pusat Penelitian ZSI Shidiq Ahmad Jazuli dan Sekjen Dewan Zakat Wilayah Al Jazirah Sudan Taaj Sir Mirghani melakukan perbincangan seputar kesiapan masing-masing pihak untuk menjajaki kerjasama tersebut.

menyebutkan pihaknya siap melangkah lebih jauh untuk membangun kerjasama dengan ZSI.

“InsyaAllah, dalam waktu dekat kami akan mengirim delegasi ke Sudan untuk membicarakan lebih jauh kerjasama tersebut,” ujarnya di sela-sela pertemuan tersebut.

Meski demikian keduanya belum membahas secara rinci bentuk kerjasama yang akan dilakukan, demikian laporan wartawan MINA yang ikut meliput pertemuan.

Rincian kerjasama sekaligus penandatanganan nota kesepahaman atau MoU rencananya akan dibahas saat pertemuan berikutnya di Sudan.

“InsyaAllah, dalam pertemuan berikutnya kita akan merinci lebih detil kemungkinan-kemungkinan kerjasama yang bisa kita jajaki,” terang Shidiq Ahmad kepada Imaam Yakhsyallah Mansur.

Hanya saja Shidiq Ahmad sempat menyebut keinginan pihaknya membuka peluang beasiswa belajar bagi pelajar Indonesia.

Selain itu, ia juga menjelaskan secara global kepada SQABM, kurikulum pendidikan Zakat di Sudan dari jenjang sekolah dasar hingga perguruan tinggi.

Di lain pihak Imaam Yakhsyallah Mansur tertarik untuk mempelajari kurikulum tersebut dan membuka kemungkinan untuk mengadopsinya di Indonesia terutama di lembaga-lembaga pendidikan Islam milik Jama’ah Muslimin (Hizbullah) seperti Ponpes Al-Fatah dan SQABM.

Selama satu jam lebih sejak pukul 13.00 WIB kedua belah pihak juga membicarakan perkembangan zakat di negara masing-masing.

Imaam Yakhsyallah Mansur mengaku kagum dengan pengelolaan zakat dan keberhasilan zakat dalam mengatasi kemiskinan di Sudan.

Sebaliknya Taaj Sir juga mengutarakan ketertarikannya untuk mengetahui perkembangan pengelolaan zakat di Indonesia dan menjajaki kerjasama antara Dewan Zakat Sudan dengan sejumlah lembaga zakat dan lembaga pendidikan Islam di Indonesia.

Ia mengatakan setidaknya sudah tiga kali mengunjungi Indonesia untuk melakukan pertemuan dengan sejumlah lembaga pendidikan dan badan pengelolaan zakat di beberapa wilayah.

Sebelumnya pada November 2016 lalu, Imaam Yakhsyallah Mansur selaku Pembina Ponpes Al-Fatah mengirimkan dua delegasinya ke ZSI Sudan untuk melakukan studi banding dan penandatanganan kerjasama pendidikan antar kedua lembaga di bidang zakat.

Dengan demikian pertemuan di Grand Sahid juga dalam rangka menguatkan hubungan lembaga-lembaga pendidikan Islam Jama’ah Muslimin (Hizbullah) dengan ZSI dan Dewan Zakat Sudan. (L/RA02/R01)

Mi’raj News Agency (MINA)