Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Stan MHM di IBF 2025 Jadi Wadah Remaja Belajar Menulis Konten Humanis dan Berdaya

Rana Setiawan Editor : Rudi Hendrik - 1 menit yang lalu

1 menit yang lalu

0 Views

Sesi diskusi bertajuk “Human Fraternity in the Digital Era” yang digelar Ahad (22/6) di stand MHM, IBF 2025, JICC, Senayan.(Foto: Humas MHM)

Jakarta, MINA – Di tengah kemeriahan Islamic Book Fair (IBF) 2025, stan Majelis Hukama Muslimin (MHM) menghadirkan pengalaman unik yang tak sekadar menawarkan buku, tetapi juga ruang belajar bagi pengunjung untuk menulis konten yang menyuarakan nilai-nilai kemanusiaan dan persaudaraan.

Melalui sesi diskusi bertajuk “Human Fraternity in the Digital Era” yang digelar Ahad (22/6), MHM mengajak publik, khususnya generasi muda, menggali inspirasi dari kehidupan sehari-hari dan menuangkannya dalam tulisan yang berdampak.

Sebagai narasumber, hadir penulis dan aktivis perempuan Kalis Mardiasih, yang dikenal lewat karya-karyanya yang berpihak pada isu kemanusiaan dan kesetaraan gender. Dalam forum tersebut, Kalis membagikan pengalaman serta kiat menulis narasi yang humanis, membumi, dan relevan dengan realitas sosial.

Menurut Kalis, menulis tentang perdamaian dan toleransi tak harus berangkat dari wacana geopolitik global atau kerangka hukum internasional. “Kita bisa mulai dari cerita-cerita di sekitar kita, dari isu kemiskinan, pendidikan yang tidak merata, atau relasi sosial yang timpang. Itu juga bagian dari ketidakadilan dan ketidakdamaian,” ujarnya di hadapan peserta yang mayoritas adalah remaja perempuan.

Baca Juga: Majelis Hukama Muslimin Gaungkan Seruan Persatuan Umat Ahlul Qiblat di IBF 2025

Ia menekankan bahwa perdamaian bukan sekadar ketiadaan konflik fisik, melainkan kondisi batin dan sosial yang mendukung keadilan, kemerdekaan berpikir, dan akses yang setara terhadap sumber daya.

“Kalau masih banyak orang yang tidak bisa makan layak, tidak bisa sekolah, atau takut berpikir bebas karena tekanan ideologis, itu belum bisa disebut damai,” katanya.

Kalis juga menceritakan proses penulisan bukunya “Muslimah yang Diperdebatkan”, yang berasal dari kisah-kisah nyata di sekelilingnya. Salah satunya tentang perempuan cerdas dan aktif di ruang publik yang mundur dari peran sosialnya karena terpengaruh ajaran agama yang ekstrem dan eksklusif. Sebaliknya, ia juga mengangkat figur ibu rumah tangga muslimah yang bekerja keras menjual makanan untuk membiayai pendidikan anak-anaknya sebagai wujud nyata kemandirian dan peran sosial perempuan dalam Islam.

Ia turut mengangkat kisah seorang pelajar laki-laki di Jawa Tengah yang enggan mengikuti ujian nasional karena menganggap sistem pendidikan sebagai “produk taghut”, serta menilai perempuan sebagai sumber fitnah. “Ada juga teman yang dulunya aktif, ceria, lalu berubah drastis setelah mengonsumsi konten keagamaan ekstrem secara digital,” tambahnya.

Baca Juga: Majelis Hukama Muslimin Raih Stan Terbaik di Islamic Book Fair 2025

Kalis menilai bahwa cerita-cerita tersebut harus ditulis, bukan untuk menghakimi, tetapi sebagai cermin realitas yang perlu dipahami secara kritis dan empatik. “Menulis itu cara kita menyuarakan nurani dan membangun narasi tandingan,” ujarnya.

Dalam sesi interaktif tersebut, Kalis membagikan tips praktis menulis bagi pemula. Salah satu sarannya adalah membiasakan diri membaca, terutama artikel panjang, minimal 15 per hari. “Dari membaca, kita bisa melihat bagaimana penulis merangkai ide dan menyampaikan pesan dengan gaya yang kuat dan efektif,” jelasnya.

Ia juga mendorong peserta untuk terus merekam dan mencatat fenomena sosial di sekitar mereka. “Lihat lingkunganmu, dengarkan orang tuamu, amati teman sekelasmu. Cerita-cerita itu layak diangkat, ditulis, dan dibagikan kepada dunia,” tambahnya.

Dengan menghadirkan sesi literasi yang menghubungkan isu perdamaian dengan narasi digital, MHM menunjukkan komitmennya dalam memajukan dialog antarumat dan mendekatkan nilai human fraternity, persaudaraan kemanusiaan, ke dalam praktik sehari-hari, termasuk melalui media sosial dan platform digital.

Baca Juga: Islamic Book Fair 2025 Resmi Ditutup, Ajang Literasi dan Dialog Umat Islam Kembali Torehkan Antusiasme Tinggi

IBF 2025 yang berlangsung di Jakarta Convention Center sejak 18–22 Juni menjadi ajang strategis untuk memadukan literasi keislaman, humanisme, dan aktivisme digital.

Inisiatif MHM menjadikan stan mereka bukan sekadar etalase buku, melainkan juga pusat belajar nilai-nilai inklusif dan pembentukan narasi perdamaian yang kuat dari akar rumput.

Dengan pendekatan partisipatif dan berbasis pengalaman nyata, MHM melalui sesi tersebut berhasil menghadirkan ruang kreatif yang membina keterampilan literasi sekaligus menumbuhkan semangat keberdayaan generasi muda muslim dalam merawat harmoni sosial.[]

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Kemenkes Catat 76 Persen Kasus HIV di 11 Provinsi Indonesia

Rekomendasi untuk Anda