Jakarta, MINA – Pos Pemantau Gunung Api Ile Lewotolok Nusa Tenggara Timur (NTT) melaporkan terjadi erosi gunung api dengan letusan sebanyak 15 kali, terhitung sejak pukul 00-00 hingga 06.00 Waktu Indonesia Tengah (Wita), Sabtu (2/7).
“Ketinggian letusannya berkisar dari 500 hingga 1.200 meter dari puncak kawah,” kata Kepala Pos Pemantau Gunung Api Ile Lewotolok, Stanis Arakian, melalui keterangan tertulisnya, Sabtu (2/7).
Menurut Stanis, secara visualisasi gunung jelas hingga kabut 0-I, sementara asap kawah bertekanan lemah hingga sedang teramati berwarna kelabu dan hitam dengan intensitas tebal dan tinggi.
Letusan yang terjadi juga disertai dengan gemuruh dan dentuman sedang hingga kuat, teramati lontaran ke segala arah dengan jarak luncur mencapai 300-800 meter dari pusat erupsi.
Baca Juga: Embassy Gathering Jadi Ajang Silaturahim Komunitas Diplomatik Indonesia
Letusan yang terjadi juga mengakibatkan kegempaan di sekitar pemukiman di bawah kaki gunung api dengan durasi berkisar dari 34-129 detik.
“Tremor menerus (Microtremor) terekam dengan amplitudo 0.5-1 mm (dominan 0.5 mm),” tegas Stanis.
Lebih lanjut, kata dia, hingga saat ini aktivitas gunung api yang sempat meletus pada November 2020 itu sangat tinggi.
Dan level III atau siaga masih berlaku hingga saat ini, karena itu mereka mengeluarkan sejumlah rekomendasi agar warga sekitar waspada.
Baca Juga: Prabowo Klaim Raih Komitmen Investasi $8,5 Miliar dari Inggris
Beberapa rekomendasi yang dikeluarkan seperti berdasarkan hasil analisis dan evaluasi secara menyeluruh, maka pada tanggal 14 Juni 2022 tingkat aktivitas Gunung api Ile Lewotolok masih berada pada Level III (Siaga) dengan rekomendasi baru yang disesuaikan dengan potensi ancaman bahaya terkini.
Dalam tingkat aktivitas Level III (Siaga), masyarakat di sekitar gunung Ile Lewotolok maupun pengunjung/pendaki/wisatawan direkomendasikan agar tidak melakukan aktivitas di dalam radius 3 km dari puncak/kawah, radius 3.5 km untuk sektor Tenggara, radius 4 km untuk sektor Timur dan Timur Laut.
“Masyarakat Desa Lamawolo, Desa Lamatokan, dan Desa Jontona agar selalu mewaspadai potensi ancaman guguran lava pijar dan awan panas dari bagian timur puncak/kawah Gunung Ile Lewotolok,” kata Stanis.
Disamping itu, mengingat potensi bahaya abu vulkanik yang dapat mengakibatkan gangguan pernapasan (ISPA), maupun gangguan kesehatan lainnya, maka masyarakat yang berada di sekitar Gunung Lewotolok agar menyiapkan masker penutup hidung dan mulut maupun perlengkapan lain untuk melindungi mata dan kulit.(R/R1/P2)
Baca Juga: Fun Run Solidarity For Palestine Bukti Dukungan Indonesia kepada Palestina
Mi’raj News Agency (MINA)