Jakarta, 11 Rabiul awal 1437/23 Desember 2015 (MINA) – Kampus STEI SEBI mengajak seluruh pemangku kebijakan untuk bersikap optimis dalam mencapai kesejahteraan dengan ekonomi syariah pada tahun depan.
Kamal Ibrahim, pakar ekonomi syariah dari STEI SEBI mengatakan kita harus fokus kepada bagaimana ekonomi syariah yang ada saat ini bisa menyejahterakan rakyat Indonesia.
“Kita perlu optimis dalam menghadapi kondisi ekonomi ke depan, tapi melihat kondisi ekonomi kita saat ini yang sedang fluktuatif, sehingga kita perlu menanamkan sifat optimism,” katanya acara Seminar Outlook 2016 dengan tema “Optimiskah Indonesia Mencapai Kesejahteraan di 2016 dengan Ekonomi Syariah”, di Kampus STEI SEBI, Rabu (23/12).
Persiapan seminar yang dilakukan selama kurang lebih tiga pekan ini melibatkan Penerimaan manfaat beasiswa kepakaran angkatan 3 dan beasiswa ekonomi syariah angkatan 4, lembaga Dompet Dhuafa, STEI SEBI, dan SIBER-C (Lembaga penelitian SEBI bidang ekonomi dan bisnis).
Baca Juga: Hadiri Indonesia-Brazil Business Forum, Prabowo Bahas Kerjasama Ekonomi
“Acara ini dihadiri oleh peserta dari mahasiswa internal SEBI dan beberapa kampus, di antaranya Trisakti, UNPAM, STEI Al-Hamidiyah, Tazkia, IAIKA, PNJ, UP, dan peserta umum lainnya,” ujar Kamal.
Seminar Outlook ini juga menuai respon positif dari Ahmad Juwaeni selaku Presiden Dompet Dhuafa, dengan mengatakan bahwa acara Seminar Outlook yang diadakan SEBI sangat bagus, karena tidak banyak instansi yang mengadakan Outlook khusus ekonomi syariah.
“Mungkin banyak tetapi yang fokus pada ekonomi syariah masih sedikit. Setahu saya juga untuk tahun ini, diakhir tahun ini baru SEBI yang mengadakan,” katanya.
“Kita optimis yah ekonomi Indonesia masih baik, secara angka mungkin menurun, tapi kondisinya itu masih relatif baik jadi kita masih melihat masa depan kita menjadi lebih baik, mudah-mudahan di 2017 dapat naik lagi, mungkin di 2016 sedikit menurun sebenarnya secara pertumbuhan termasuk pertumbuhan ekonomi syariah masih agak turun sedikit, cuma harapan kita di 2017 bisa lebih baik,” tambah Ahmad Juwaenai.
Baca Juga: Rupiah Berpotensi Melemah Efek Konflik di Timur Tengah
Sifat optimisme serupa juga diutarakan oleh Suminto, Direktur Pembiayaan Syariah Kementrian Keuangan, dengan mengatakan sangat optimis, karena di saat negara-negara lain keadaannya sedang minus, Indonesia justru masih cukup baik keadaannya.
“Pada 2016 Indonesia masih aman dibandingkan negara-negara Eropa dan Amerika,” imbuh Suminto.
Lain halnya dengan Aziz Budi setiawan,yang lebih kepada penelitian tentang pengaruh ekonomi Indonesia terhadap beberapa hal.
Dia menjelaskan, di tengah euforia ekonomi positif ini ada dua pertimbangan, yang pertama mata uang rupiah yang terkait dengan dolar, yang kedua ketergantungan Indonesia dengan Cina.
Baca Juga: Komite Perlindungan Jurnalis Kutuk Israel atas Tebunuhnya Tiga Wartawan di Lebanon
“Sehingga kedua hal itu bisa menjadi bumerang bagi kita. Ketika posisi ekonomi Cina melemah maka kita juga akan melemah, jika dolar menguat otomatis kita juga akan melemah maka ketergantungan kepada kedua negara ini perlu dihindarkan,” tegasnya.
Acara itu menyajikan talkshow dan diskusi aktif, dan menghadirkan narasumber dari beberapa instansi selain yang disebutkan yaitu, Aziz Budi Setiawan (Pengamat Ekonomi/Dosen STEI SEBI), Asmeldi Firman (Pakar Perpajakan), Yusuf Wibisono (Pakar Kebijakan Publik Islam), dan Rendi Saputra (Sekjen Jaringan Pengusaha Muslim Indonesia – JPMI).
Acara tersebut juga menghadirkan tim nasyid dari STEI SEBI, Nasyid Republik, untuk menghibur peserta. (L/HBB/R05)
Baca Juga: OJK Dorong Literasi dan Inklusi Keuangan Syariah untuk Santri di Kalteng
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)