London, MINA – Sepuluh tahun setelah dimulainya konflik brutal di Suriah, seluruh generasi Suriah hilang.
Anak-anak yang tumbuh selama kekerasan dan menyelamatkan diri ke negeri yang lebih aman, telah memberi tahu badan amal Save the Children bahwa mereka tidak ingin kembali ke negara asalnya.
Dalam penelitian yang berjudul “Di Mana Saja kecuali Suriah”, Save the Children telah menemukan bahwa sebagian besar populasi pengungsi anak-anak tidak mau pulang dalam waktu dekat, Arab News melaporkannya, Rabu (10/3).
Antara November hingga Desember 2020, badan amal tersebut berbicara kepada lebih dari 1.900 anak Suriah berusia 13 hingga 17 tahun di Suriah (di wilayah yang dikendalikan oleh rezim Bashar Assad), Turki, Lebanon, Yordania, dan Belanda.
Baca Juga: Oposisi Suriah Kuasai Damaskus, Presiden Assad Melarikan Diri
Hasilnya mengejutkan, 79 persen anak-anak mengatakan bahwa setelah dua tahun, mereka berharap menemukan diri mereka di tempat lain selain Suriah.
Dari anak-anak pengungsi di Belanda dan negara-negara sekitarnya, hanya 14 persen yang menginginkan kembali ke negara asalnya. Sekitar 64 persen dari orang yang diwawancarai di negara-negara ini berharap untuk berintegrasi dengan tempat tinggal mereka saat ini.
Di Suriah, temuannya jelas yaitu anak-anak tidak ingin tinggal di negara mereka. Mereka secara signifikan lebih kecil kemungkinannya dibandingkan dengan negara lain yang disurvei untuk mengatakan bahwa mereka ingin tinggal di Suriah dalam dua tahun.
Pesimisme tersebar luas di Suriah, dengan anak-anak cenderung tidak percaya bahwa mereka akan dapat hidup di masa depan yang mereka harapkan.
Baca Juga: Qatar Komitmen Lanjutkan Mediasi Gencatan Senjata di Gaza
Hanya 42 persen dari anak-anak Suriah yang terlantar mengatakan bahwa mereka pikir mereka akan dapat mewujudkan keinginannya, jauh lebih sedikit daripada yang ada di negara lain. (T/RI-1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Israel Lakukan 150 Pelanggaran Kesepakatan Gencatan Senjata dengan Hezbollah Lebanon