Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Studi: Krisis Biaya Hidup dan Harga Tinggi di Inggris

Rudi Hendrik - Selasa, 26 September 2023 - 17:05 WIB

Selasa, 26 September 2023 - 17:05 WIB

2 Views

Ilustrasi: toko kue di Pasar Borough di Southwark, Inggris. (Gambar: dok. eatingeurope.com)

London, MINA – Sebuah studi baru menunjukkan bahwa krisis biaya hidup di Inggris yang sebagian besar diakibatkan oleh kebijakan ekonomi pemerintah, diperkirakan akan menyebabkan kematian dini pada ribuan orang pada tahun ini.

Hasil penelitian tersebut diterbitkan oleh jurnal BMJ Public Health pada Senin (25/9), ketika jutaan warga Inggris menghadapi tingkat inflasi yang belum pernah terjadi sejak tahun 1970-an akibat perang di Ukraina, Brexit, dan kebijakan ekonomi pemerintah. Press TV melaporkan.

Studi tersebut menunjukkan bahwa krisis biaya hidup dan harga-harga tinggi yang berkepanjangan akan mengurangi harapan hidup masyarakat di seluruh negeri sebesar 6,5 persen pada tahun ini.

Perkiraan peningkatan kematian dini – dari angka dasar 463 per 100.000 orang menjadi 493 per 100.000 – setara dengan ribuan kematian tambahan per tahun di Inggris, kata studi tersebut.

Baca Juga: Pusat Budaya dan Komunitas Indonesia Diresmikan di Turki

Ia menambahkan bahwa rumah tangga yang paling miskin akan mengalami empat kali lebih banyak kematian dibandingkan rumah tangga terkaya, dan rumah tangga termiskin harus menghabiskan sebagian besar pendapatan mereka untuk energi, yang biayanya pun melonjak.

Berdasarkan angka bulan lalu, inflasi Inggris mencapai 6,7 persen. Meski turun dari level tertingginya sebesar 11,1 persen, inflasi Inggris masih tetap yang tertinggi di antara negara-negara anggota Kelompok 7.

Para peneliti mengatakan, “Dampak kematian akibat inflasi dan penurunan pendapatan riil kemungkinan kuat besar dan negatif, dengan kesenjangan yang mencolok dalam hal ini.”

“Respons kebijakan publik yang diterapkan tidak cukup untuk melindungi kesehatan dan mencegah melebarnya kesenjangan,” tambah mereka.

Baca Juga: DPR AS Keluarkan RUU yang Mengancam Organisasi Pro-Palestina 

Studi baru ini muncul setelah asosiasi konsumen ‘Which’ yang berbasis di Inggris bulan lalu memperingatkan, kenaikan harga pangan telah memaksa rumah tangga berpendapatan rendah di negara tersebut untuk membuat “pilihan putus asa” antara mempertahankan tagihan mereka atau menyediakan makanan di atas meja. (T/RI-1/P1)

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Lima Paramedis Tewas oleh Serangan Israel di Lebanon Selatan

Rekomendasi untuk Anda

Eropa
Internasional