Paris, 28 Dzulhijjah 1436/11 Oktober 2015 (MINA) – Sebuah studi yang diadakan Institute Montaigne, Perancis, untuk bisa diterima bekerja di Perancis, nama seorang pria muslim harus terdengar bukan sebagai nama Muslim.
Namun demikian wanita muslim yang punya kepintaran dan kerajinan luar biasa, tidak mengalami kesulitan mencari kerja.
Studi itu mengungkapkan, pelamar-pelamar kerja menderita “diskriminasi yang kuat” atas alasan agama mereka, terutama Muslim, MWN melaporkan seperti dilansir IINA dan dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Senin (12/11).
Akibat aturan diskriminatif itu, pelamar kerja Muslim adalah dua kali lebih sedikit (10,4 persen) untuk dipanggil buat diwawancarai dibandingkan pemeluk agama Katolik (20,8 persen).
Baca Juga: ICC Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu dan Gallant
Diungkapkan selanjutnya, jika calon adalah laki-laki Muslim, peluangnya untuk mendapatkan diwawancarai empat kali lebih mungkin sekitar 4,7 persen dibandingkan dengan wanita muslim yang 17,9 persen.
Peneliti Institute Montaigne, Marie-Anne Valfort, menjelaskan, studi ini disusun dari hasil 6.231 aplikasi pekerjaan yang diajukan antara September 2013 dan September 2014. Obyek studi dibuat sebagai profil fiktif, kecuali untuk nama pertama pelamar, agama, dan afiliasi politik.
Penelitian ini menggunakan set spesifik nama untuk mengindentifikasi agama seseorang yakni – Michel dan Nathalie bagi umat Katolik, -Dov dan Esther- bagi orang Yahudi, serta -Samira dan Muhammad- bagi umat Islam.
Menurut penelitian, Muslim jauh lebih mendiskriminasikan melawan di Perancis dari pada Afrika-Amerika dibandingkan Kaukasia di Amerika Serikat.”
Baca Juga: Turkiye Tolak Wilayah Udaranya Dilalui Pesawat Presiden Israel
Dalam sebuah pernyataan kepada AFP, Marie-Anne Valfort, sang peneliti, mengatakan, alasan meningkatnya diskriminasi terhadap Islam adalah akibat menurunya citra Islam di Perancis, akibat berbagai tindakan kekerasan yang mengatasnamakan Islam.
Akinatnya, lanjutnya, Namun, calon yang diklasifikasikan sebagai non-Muslim, kemungkinan untuk mendapatkan kerja menjadi dua kali lipat, dibanding pelamar muslim.
Malahan pelamar kerja yang diidentifikasi beragama Katolik sangat mungkin diterima, walau belum punya pengalaman kerja, antara lain karena dianggap sebagai pekerja yang berdisiplin di Perancis.
“Luar biasa” Katolik lima kali lebih mungkin untuk diwawancarai dari Muslim, demikian kesimpulan studi ini. Ditambahkan, pada dasarnya Yahudi juga mengalami diskriminasi dalam mencari kerja tapi tidak sehebat diskriminasi terhadap pria muslim. (T/P007/P2)
Baca Juga: Setelah 40 Tahun Dipenjara Prancis, Revolusioner Lebanon Akan Bebas
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)