Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Suara dari Monas Jakarta untuk Gaza Terbebas dari Genosida 

Ali Farkhan Tsani Editor : Widi Kusnadi - 23 detik yang lalu

23 detik yang lalu

0 Views

Aksi Akbar “Bersatu Padu Selamatkan Gaza dari Pembantaian dan Pelaparan Massal,” di lapangan Monas, Jakarta, Ahad, 8 Shafar 1447 H. / 3 Agustus 2025 M. (Foto FB)

Oleh Ali Farkhan Tsani, Duta Al-Quds Internasional

Hari ini, Ahad, 8 Shafar 1447 H. bertepatan dengan 3 Agustus 2025. Langit Jakarta menyaksikan sesuatu yang lebih dari sekadar aksi. Ribuan langkah kecil dan besar menyatu di pelataran Monumen Nasional (Monas). Anak-anak, kaum ibu, remaja putri, pelajar, pemuda hingga lansia dari berbagai latar belakang, datang membawa suara yang sama, “Hentikan Pelaparan di Gaza!”

“Ya ini pelaparan di Gaza, berarti kondisi kelaparan massal yang disengaja dan sistematis oleh pendudukan Zionis,” seru Ustaz Zaitun Rasmin koordinator aksi dalam sambutannya pada Aksi Akbar “Bersatu Padu Selamatkan Gaza dari Pembantaian dan Pelaparan Massal,” di lapangan Monumen Nasiona (Monas), Ahad, 8 Shafar 1447 H. / 3 Agustus 2025 M.

Penyelenggara bersama dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Aliansi Rakyat Indonesia Bela Palestina (ARI BP) menghadirkan para pejabat pemerintah, ulama, anggota DPR, dan tokoh masyarakat, yang mencoba menggalang suara untuk penghentian genosida kelaparan di Jalur Gaza.

Baca Juga: Genosida Kelaparan di Gaza sebagai Senjata Pembunuhan Massal

Bukan senjata, bukan bendera partai, yang dibawa peserta aksi. Tapi panci, sendok, dan alat dapur sederhana, simbol perut yang lapar, simbol rumah yang hancur, simbol kehidupan yang dirampas di Jalur Gaza oleh genosida paling sunyi, kelaparan yang disengaja.

Sementara syal, topi, pin, kipas, kaos, dan bendera Palestina tampak di berbagai sudut. Membersamai bendera merah putih Indonesia.

“Saudara-saudaraku di Gaza dan di Palestina. Kalian tidak sendiri, kalian akan selalu diingat, kalian akan selalu diperjuangkan, kalian akan selalu diperhatikan oleh seluruh rakyat Indonesia,” seru Menteri Luar Negeri Sugiono di hadapan ribuan massa.

Anggota DPR RI sekaligus Ketua Badan Kerja Sama Parlemen Palestina (BKSPP), Mardani Ali Sera, dalam orasinya mengajak masyarakat untuk tidak tinggal diam atas penderitaan warga Palestina.

Baca Juga: Kelaparan di Gaza dan Kepedulain Kita

“Ada banyak jalan membantu Palestina. Ada banyak cara kreatif untuk mencintai Palestina,” ujar Mardani.

Cara kreatif lain yang bisa dilakukan disuarakan oleh Ustaz Abdul Somad (UAS), yaitu dengan melakukan aksi boikot produk-produk yang terafilisasi Zionis.

“Tidak boleh ada satu rupiah pun untuk membeli produk Israel, yang digunakan untuk membeli peluru membunuh warga Palestina,” serunya.

Dalam orasinya, UAS juga mengajak para ulama untuk terus menggaungkan isu Palestina melalui dakwah, simbol-simbol perjuangan, termasuk memakai syal Palestina agar umat selalu ingat.

Baca Juga: Negara Yahudi itu Kian Terpecah

“Ingatkan mereka dengan syal Palestina. Pakai hijab Palestina kepada ibu-ibu, anak-anak kita,” pesannya.

Sementara itu, pada pernyataan deklarasi dalam bahasa Inggris, Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional (HLNKI) Prof. Dr. Sudarnoto Abdul Hakim, mendesak kepada Pemerintah Mesir dan Yordania agar segera membuka perbatasan dan memfasilitasi masuknya bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza dalam jumlah yang cukup dan berkelanjutan.

Suara lainnya diserukan Prof. Dr. Din Syamsuddin, Ketua Komite Pengarah Aliansi Rakyat Indonesia Bela Palestina (ARI-BP) yang berpendapat bahwa tidak ada jalan lain untuk menghentikan segera kekejaman Israel kecuali dengan aksi militer.

“Tidak ada jalan lain untuk segera menghentikan kekejaman Israel kecuali dengan aksi militer dari negara-negara cinta damai dan keadilan,” serunya.

Baca Juga: Jihad Digital Suarakan Tangisan Anak-anak Gaza

Din memberi catatan, Indonesia tidak harus mengirim langsung pasukan TNI, melainkan mengusulkan pembentukan “War Preventing Force” untuk mencegah konflik dan genosida, berbeda dari konsep “Peacekeeping Force” yang bersifat reaktif.

Din juga mendorong Presiden Prabowo Subianto, juga Menteri Luar Negeri dan para pengambil kebijakan, agar berani membawa Indonesia memimpin gagasan ini melalui jalur ASEAN, OKI, juga PBB.

Terlihat juga pada unjuk rasa tersebut para pelajar yang hadir di lokasi aksi. Di antaranya ada santri-santri dari Pondok Pesantren Al-Fatah Cikampek, Jawa Barat. mereka rela memakai uang jajan sendiri untuk menghadiri Aksi Akbar Selamatkan Gaza dari Pembantaian dan Pelaparan Massal.

Ketua rombongan Chandra Ramadan mengatakan, keikursertaan dirinya dan teman-temannya karena terpanggil ingin ikut menyuarakan pembebasan Gaza dari pembantaian.

Baca Juga: Suriah di Tengah Konflik Sweida dan Geopolitik Global

“Ini yang saat ini bisa saya dan teman-teman lakukan, walau tidak bisa ke Palestina,” ujarnya kepada MINA di lokasi aksi.

Dia dan teman-temannya berangkat naik kereta api, dengan seizin Pimpinan Pondok.

Menurutnya, aksi-aksi bela Palestina merupakan bagian dari perjuangan mengharap ridha Allah.

“Kami sebagai pelajar akan terus ikut menyuarakan pembebasan Masjidil Aqsa dan kemerdekaan Palestina,” ujarnya, didampingi teman-temannya yang mengenakan syal Palestina. []

Baca Juga: Selamatkan Masa Depan Anak, Indonesia Harus Berani Putus Mata Rantai Industri Tembakau

Mi’raj News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

Dunia Islam
Indonesia
Indonesia
Indonesia
Indonesia