Damaskus, MINA – Datangnya bulan Ramadhan tahun ini, warga Palestina di kamp-kamp Suriah merasakan suasana aman yang belum pernah mereka alami selama puluhan tahun.
Meskipun ada kerusakan yang ditinggalkan oleh perang, rasa aman dan kebebasan mengalahkan semua tantangan di kamp pengungsi Palestina di Suriah. Laporan Quds Press, Kamis (6/3).
Khaled Mousa, seorang pengungsi Palestina yang kembali ke kamp Yarmouk di sebelah selatan ibu kota Damaskus, yang datang dari kamp Deir Ballut di barat laut Suriah, mengonfirmasi bahwa meskipun kehancuran masih menyelimuti kamp tersebut, ia merasakan kegembiraan karena bisa kembali.
“Saya kembali ke rumah kamp dan merasa aman,” katanya.
Baca Juga: Raih Sederet Keutamaan di Bulan Ramadhan
Khaled Mousa menambahkan, “Kami sekarang bisa tinggal di kamp Yarmouk tanpa badan intelijen, tanpa informan atau pos pemeriksaan keamanan.”
“Sudah cukup bagi saya untuk shalat Tarawih tanpa ada yang mengawasi saya,” lanjutnya.
Bersatu kembali setelah diaspora para pengungsi yang kembali tidak hanya sebatas mendapatkan kembali rumah mereka, tetapi juga menyatukan kembali keluarga yang terpisah karena perang.
Abeer Taha, seorang wanita berusia lima puluhan, tidak meninggalkan kamp Yarmouk selama bertahun-tahun perang meskipun ada bahaya.
Baca Juga: Imaam Yakhsyallah Jelaskan Tafsir Al-Qur’an Surah Asy-Syura Ayat 13-15
“Saya tidak meninggalkan kamp meskipun ada pengepungan dan kelaparan. Saya takut tidak akan kembali lagi,” ujarnya.
“Anak-anak saya dipaksa pergi saat mereka masih muda, melarikan diri dari penangkapan atau wajib militer ke dalam tentara rezim yang dibubarkan. Sekarang, mereka kembali kepada saya sebagai pemuda, dan satu-satunya pembicaraan mereka adalah tentang membangun kembali rumah kami, dan tentang kembalinya kehidupan kami,” imbuhnya.
Penderitaan warga Palestina di Suriah tidak terbatas pada kamp-kamp pengungsian yang menjadi sasaran pengepungan dan penghancuran, tetapi meluas ke ibu kota, Damaskus, di mana kondisi kehidupan semakin memburuk dari tahun ke tahun.
Dengan jatuhnya rezim Bashar al-Assad, ribuan warga Palestina kembali ke kamp mereka, khususnya kamp Yarmouk.
Baca Juga: 7 Amalan Utama di Bulan Ramadhan
Meskipun kerusakan parah terjadi, laporan menunjukkan bahwa sekitar 3.000 keluarga telah kembali ke daerah tersebut, dan jumlah tersebut diperkirakan akan meningkat seiring membaiknya kondisi.
Prasarana kamp masih dalam kondisi yang sangat buruk, memerlukan rehabilitasi jaringan listrik, air, dan pembuangan limbah, selain pembangunan kembali rumah-rumah yang hancur.
Namun, sebagian warga sudah mulai membuka kembali toko-toko, bahkan di bangunan yang sudah rusak atau di tengah reruntuhan, dalam upaya untuk menghidupkan kembali pasar-pasar Ramadan yang pernah berkembang pesat, seperti Pasar Jalan Lubya, Pasar Orouba, dan Alun-alun Abu Hashish yang terkenal.
Warga Palestina di Suriah memandang Ramadhan tahun ini lebih dari sekadar bulan puasa dan ibadah, tetapi lebih sebagai bukti berakhirnya masa penindasan dan penganiayaan, serta awal baru yang ditandai oleh harapan, meskipun menghadapi tantangan besar. []
Baca Juga: Bulan Ramadhan, Saat Tepat untuk Bertaubat
Mi’raj News Agency (MINA)