Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

SUDAHKAH DOA-DOA KITA MENJADI SENJATA?

Bahron Ansori - Ahad, 16 Agustus 2015 - 07:06 WIB

Ahad, 16 Agustus 2015 - 07:06 WIB

977 Views

Oleh: Bahron Ansori, jurnalis Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Saat seseorang sudah tak mampu lagi  bangkit karena ujian hidup nan berat yang datang bertubi-tubi. Saat seseorang dihadapkan dengan tumpukan masalah yang tak kenal belas kasihan. Saat semua orang meninggalkannya karena ia kini sedang terpuruk. Maka saat itulah seseorang biasanya teringat kepada Yang Maha Kuasa, Allah Ta’ala, untuk mengadukan setiap masalah dan ujian yang ia hadapi.

Kepada Allah saja akhirnya seseorang yang sadar untuk bersimpuh, tunduk dan berdoa, agar terlepas dari semua ‘penderitaan’ yang dihadapinya. Bagi seorang Muslim, doa adalah senjata yang tak mampu dikalahkan oleh atau  dengan senjata apa pun. Hal ini seperti disabdakan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, Doa adalah senjata seorang muslim, tiang penyangga agama, serta lentera langit dan bumi.” [HR. Al Hakim].

Kedahsyatan doa dengan izin Allah Ta’ala mampu menjadi penghadang dari berbagai bala’ dan musibah. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Kehati-hatian tidak akan menggagalkan takdir, dan doa berguna untuk musibah yang sudah menimpa atau belum menimpa. Jika bala’ menimpa, maka doa akan menghadangnya dan akan bertarung sampai hari kiamat.” [HR. Al Hakim].

Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat

Karena itu, hendaknya seorang Muslim jangan malas dalam memanjatkan doa kepada Allah Ta’ala. Seorang Muslim harus selalu memanjatkan doa kepada Allah sebab hal itu merupakan bukti bahwa ia adalah makhluk yang lemah dan sangat membutuhkan Tuhannya, Allah Ta’ala. Selain itu, setiap doa yang dipanjatkan oleh seorang Muslim, maka akan dikabulkan selama ia tidak tergesa-gesa dalam berdoa.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda yang artinya, Doa seorang hamba akan terkabulkan selagi ia tidak tergesa-gesa, yaitu saat ia berkata, ‘Aku sudah berdoa tapi tidak dikabulkan.” [HR. Bukhari].

Khalifah Umar bin Khathab pernah berkata terkait dengan doa ini. Katanya, “Kalian tidak menang karena jumlah kalian banyak, akan tetapi kemenangan kalian datang dari langit.” Kemenangan kalian datang dari langit maksudnya adalah buah dari doa yang selalu dipanjatkan.

Dalam kesempatan yang lain, Umar berkata, “Aku tidak membawa semangat dikabulkannya doa, akan tetapi aku membawa semangat untuk selalu berdoa. Jika aku dikaruniai kesempatan untuk berdoa, maka sesungguhnya aku dikaruniai terkabulnya doa.” [Ibnu Qoyyim Al Jauziyah, Penawar Hati yang Sakit]

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat

Imam Ahmad menyebutkan sebuah atsar dalam kitab Az Zuhd, “Aku, Allah tidak ada Tuhan selain Aku. Jika Aku ridha kepada seseorang maka akan Aku beri berkah [segala macam kebaikan] dan keberkahan-Ku tidak ada batasnya. Jika Aku marah, laknat-Ku sampai tujuh turunan.” [HR. Ahmad]

Saudaraku…
Apa yang bisa kita petik dari sepenggal keterangan di atas? Sungguh, jika kita mau muhasabah dengan jujur dan penuh keikhlasan, mungkin kita belum termasuk seperti Umar bin Khathab yang tidak mengharapkan doa-doanya dikabulkan. Yang ia harapkan dari Allah adalah diberinya karunia untuk selalu semangat dalam berdoa (istikomah tanpa kenal lelah). Dengan diberi karunia untuk selalu berdoa, bagi Umar, justru doa-doanya sudah dikabulkan oleh Allah Yang Maha Mengabulkan segala doa.

Lalu bagaimana dengan kita saudaraku… Jujur, kita masih jauh…masih jauh dari mempunyai semangatnya berdoa… Dalam setiap doa-doa yang kita panjatkan, kita selalu berharap agar doa-doa kita segera dikabulkan oleh Allah Azza wa Jalla.

Dalam setiap doa-doa yang kita panjatkan, kita masih menyimpan berjuta harapan agar apa yang menjadi asa kita selama ini dikabulkan…. Sadarkah kita…bahwa cara kita berdoa dengan harapan agar doa-doa kita segera dikabulkan merupakan suatu ketidakbaikan?

Baca Juga: Tertib dan Terpimpin

Mengapa? Karena seharusnya, sebagai seorang hamba, tugas kita hanya berdoa, berdoa dan terus berdoa… Masalah dikabulkan atau tidak, itu bukan urusan kita. Dikabulkan atau tidak adalah urusan Dzat Yang Maha Tinggi. Dia-lah yang berhak mengabulkan setiap doa hamba-Nya. Di tangan-Nya-lah segala pengabulan. Dia pasti akan mengabulkan doa setiap hamba yang mendoa hanya kepada-Nya.

Jadi saudaraku….
Meski secara dzahir [nyata], kita merasa doa-doa kita belum dikabulkan, tapi sadarilah bahwa dengan istiqomah-nya kita berdoa dalam situasi apa dan bagaimanapun, ini sudah merupakan satu bukti dikabulkannya doa-doa kita.

Doa yang dipanjatkan setiap hamba kepada Rabb alam semesta ini pasti dikabulkan oleh-Nya. Jika doa-doa kita tidak dikabulkan saat ini juga, berarti akan dikabulkan-Nya kelak di akhirat. Tetapi, jika tidak juga dikabulkan di akhirat, pasti Dia sudah memberikan kita kebaikan sebagai pengganti terkabulnya doa-doa yang kita panjatkan.

Lalu saudaraku…
Jadikanlah doa-doa yang kita panjatkan adalah doa-doa yang penuh dengan bobot keimanan….Jadikanlah setiap doa yang kita panjatkan kepada-Nya adalah doa-doa yang banyak mengandung kemaslahatan bagi Islam dan muslimin, bukan hanya sekedar doa untuk diri pribadi dan keluarga atau golongan.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat

Tak ada tempat bagi seorang Muslim untuk menggantungkan segala probelmatika dalam hidupnya, kecuali hanya kepada Allah semata. Dia-lah Allah yang akan selalu menjawab dan memberikan jalan keluar terbaik bagi setiap masalah yang dihadapi hamba-hamba-Nya. Karena itu, berdoalah, dan jangan pernah berhenti berdoa. Karena dengan istiqomahnya kita berdoa, sesungguhnya itu satu bukti doa-doa kita telah dijawab oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Wallahua’lam. (R02/P2)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

 

 

Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang

Rekomendasi untuk Anda

Internasional
Amerika
Internasional
Kolom
Internasional