Juba, 7 Syawwal 1437/12 Juli 2016 (MINA) – Presiden Sudan Selatan Salva Kiir telah menyatakan gencatan senjata sepihak dan penghentian permusuhan.
Presiden Kiir memerintahkan pasukan pemerintah untuk “melepaskan diri” dari pertempuran melawan pasukan saingan yang setia kepada mantan Wakil Presiden dan pemimpin kelompok oposisi Riek Machar.
Gencatan senjata itu diumumkan pada Senin (11/7) oleh Juru Bicara Kepresidenan, Ateny Wek Ateny.
“Presiden berbicara dengan Machar. Mereka telah berbicara tentang mengendalikan pasukan mereka dalam upaya menyelamatkan apa yang tersisa dari kesepakatan damai,” kata Ateny dalam sebuah wawancara dengan Al Jazeera yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Baca Juga: DPR AS Keluarkan RUU yang Mengancam Organisasi Pro-Palestina
Hari Senin, beberapa pertempuran sengit terjadi antara kedua belah pihak, setelah bentrokan meletus sejak Kamis.
Pengumuman gencatan senjata muncul di saat Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-Moon menyerukan Dewan Keamanan untuk memberlakukan “embargo senjata segera” di negara termuda di dunia itu.
Ban mengatakan bahwa ia terkejut oleh serangan tanpa pandang bulu terhadap warga sipil, dan mengutuk “kepemimpinan gagal” di negara itu.
Ban memperingatkan bahwa beberapa kekerasan yang dilakukan “mungkin merupakan kejahatan perang”.
Baca Juga: Lima Paramedis Tewas oleh Serangan Israel di Lebanon Selatan
Seorang sumber Kementerian Kesehatan Sudan Selatan mengatakan kepada kantor berita Reuters pada Ahad (10/7), setidaknya 272 orang tewas dalam kekerasan beberapa hari itu.
“Begitu gencatan senjata diumumkan, semuanya terdiam,” lapor wartawan Al Jazeera John Hendren dari ibukota Juba. (T/P001/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Joe Biden Marah, AS Tolak Surat Penangkapan Netanyahu