Khartoum, MINA – Presiden Sudan Omar Al-Bashir pada Rabu (17/10) menunjuk mantan duta besar untuk Juba, Jamal Al-Sheikh, sebagai utusan perdamaian ke Sudan Selatan.
Sudan Selatan terperosok dalam konflik karena memerdekakan diri dari Sudan di utara pada 2011.
Bashir mengatakan pada pertemuan para diplomat Sudan, Al-Sheikh ditugaskan untuk “mengikuti implementasi” dari perjanjian damai yang ditandatangani bulan lalu oleh faksi-faksi yang berperang di Sudan Selatan.
“Perdamaian di Sudan tidak dapat dipisahkan dari perdamaian di kawasan itu dan mencapai perdamaian di Sudan Selatan adalah langkah besar menuju perdamaian yang komprehensif,” katanya, demikian Arab News melaporkan.
Baca Juga: Agresi Cepat dan Besar Israel di Suriah Saat Assad Digulingkan
Perang saudara di negara termuda di dunia itu meletus pada Desember 2013, menewaskan puluhan ribu orang, memaksa jutaan orang mengungsi dan memicu krisis pengungsi regional.
Dua pihak yang berperang di Sudan Selatan, Presiden Salva Kiir dan pemimpin oposisi Riek Machar, menandatangani perjanjian damai terbaru mereka pada 12 September di Ethiopia setelah pembicaraan yang diselenggarakan oleh Sudan.
Sudan Selatan memperoleh kemerdekaan di bawah perjanjian damai yang mengakhiri perang saudara 22 tahun melawan kelompok oposisi bersenjata.
Namun, wilayah Darfur dan Negara Bagian Nil Biru dan Kordofan Selatan yang dekat dengan Sudan Selatan serta kaya minyak, terus menyaksikan konflik mematikan yang mengadu kelompok oposisi melawan pemerintah Sudan.
Baca Juga: Parlemen Brasil Keluarkan Laporan Dokumentasi Genosida di Gaza
Sudan telah menuduh Sudan Selatan mendukung oposisi bersenjata melawan pemerintah Khartoum.
Sebuah survei yang didanai Amerika Serikat yang dirilis baru-baru ini memperkirakan, hampir 400.000 orang telah tewas dalam konflik di Sudan Selatan. (T/RI-1/B05)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Bank dan Toko-Toko di Damaskus sudah Kembali Buka