Sunnah Doa yang Terlupakan (bag. 1)

Oleh Bahron Ansori, wartawan MINA

Sejatinya, al Quran dan as adalah pedoman utama dalam kehidupan seorang . Dalam kenyataannya, tidak sedikit muslim yang secara lisan mengakui keduanya adalah pedoman hidup, tapi dalam praktek keseharian berapakah umat Islam yang berusaha benar-benar menjadikan al Quran dan as Sunnah sebagai pegangan menjalani kehidupan?

Islam adalah dienullah (agama Allah). Kesempurnaannya mengalahkan agama manapun, dan itulah pengakuan langsung dari Allah Sang Maha Pencipta. Islam adalah kumpulan syariat yang tertuang dalam sebuah kitab bernama al Quran nan mulia. Untuk menyempurnakan syariat Islam, maka Allah Ta’ala mengutus seorang Rasul bernama Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam. Dari Nabi yang berbudi agung itulah lahir as Sunnah yang hingga hari ini menjadi pedoman kedua setelah al Quran.

Umat Islam ini akan kembali berjaya layaknya kejayaan di masa para sahabat, jika senantiasa berusaha bersungguh-sungguh menggali, mempelajari, mengamalkan dan menyebarkan ajaran dari al Quran dan as Sunnah. Sebaliknya, umat mulia ini akan terus terpuruk, hina dan nista bila al Quran dan as Sunnah ditinggalkan. Sementara akal dan hawa nafsunya yang dikedepankan.

Jangan pernah bermimpi Islam ini akan terus berjaya dan terjaga, bila hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan bahkan tahun demi tahun umat Islam ini meninggalkan sunnah satu demi satu. Sunnah seolah asing padahal ia adalah umat Islam. Namun, ketika ada sebagian orang yang berusaha mengamalkan sunnah-sunnah yang kini terasing itu, orang-orang yang tidak berilmu malah mencibirnya.

Tentang Islam ini akan punah bila umat satu demi satu meninggalkan sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam pernah disampaikan oleh  ‘Abdullah Ad-Dailamiy yang berkata, “Sesungguhnya pertama kali hilangnya agama (Islam) adalah dengan ditinggalkannya sunnah. Agama ini akan hilang sesunnah demi sesunnah sebagaimana lepasnya tali seutas demi seutas.” (Al-Lalika`iy 1/93 no.127, Ad-Darimiy 1/58 no.97 dan Ibnu Wadhdhah di dalam Al-Bida’ wan Nahyu ‘anha:73, lihat Lammud Duril Mantsuur minal Qaulil Ma`tsuur hal.21)

Sebagai muslim yang terus berusaha memperbaiki diri dengan menambah ilmu dan amal shalih, tentu kita tidak ingin Islam ini sirna dari muka bumi semisal sirnanya debu yang dihempas air hujan. Karena itu sudah menjadi kewajiban sekaligus kebutuhan bagi setiap muslim menghidupkan sunnah-sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam yang kini mulai dilupakan.

Mari berlomba dalam kebaikan untuk menjadi penjaga sunnah-sunnahnya agar Islam ini tetap utuh dan terjaga hingga dunia kiamat. Mari bersama amalkan sunnah-sunnahnya agar masyarakat luas pun ikut mengamalkan sunnah-sunnah yang mulai terlupakan dan dilupakan itu.

Memang rasanya tidak mungkin kita bisa mengamalkan sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam secara sempurna layaknya para sahabat. Namun setidaknya, kita senantiasa berusaha menjaga semangat untuk terus mengamalkan yang sudah difahami dari sumber aslinya dan terus berusaha menggali sunnah-sunnah lainnya yang belum diamalkan.

Meskipun amalan tersebut hukumnya mustahab (tidak wajib), tetap jangan sampai ditinggalkan. Semaksimal mungkin berusaha mengamalkannya seraya  meminta pertolongan kepada Allah. Sebab yang namanya mustahab itu bukan berarti untuk ditinggalkan, sebaliknya dianjurkan untuk diamalkan.

Setidaknya ada beberapa sunnah yang telah diajarkan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam berupa do’a ataupun amalan lain yang mulai dilupakan oleh sebagian kaum muslimin. Atau sengaja terlupakan karena kesibukan yang terus-menerus tiada henti. Seperti tidak ada waktu saja untuk mempelajari sunnah dan mengamalkannya.

Di antara sunnah berupa do’a dan dzikir dan bisa jadi dilupakan itu antara lain sebagai berikut.

Pertama, do’a memakai baju/pakaian. Inilah salah satu sunnah yang sering kali terlupakan. Yakni berdoa untuk memakai baju dengan ,

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ كَسَانِيْ هَذَا (الثَّوْبَ) وَرَزَقَنِيْهِ مِنْ غَيْرِ حَوْلٍ مِنِّيْ وَلاَ قُوَّةٍ

“Segala puji bagi Allah yang telah memakaikan kepadaku pakaian ini dan yang telah memberikan rizki pakaian ini kepadaku tanpa ada daya dan kekuatan dariku.” (HR. Abu Dawud, At-Tirmidziy dan Ibnu Majah, lihat Irwaa`ul Ghaliil 7/47)

Kedua, do’a memakai baju baru. Ketika memakai baju/pakaian yang baru maka disunnahkan untuk membaca,

اللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ كَسَوْتَنِيْهِ، أَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِهِ وَخَيْرِ مَا صُنِعَ لَهُ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّهِ وَشَرِّ مَا صُنِعَ لَهُ

“Ya Allah, segala puji hanya untuk-Mu. Engkau telah memakaikan pakaian ini kepadaku. Aku meminta kepada-Mu akan kebaikannya dan kebaikan yang dibuat untuknya. Dan aku berlindung kepada-Mu dari kejelekannya dan kejelekan yang dibuat untuknya.” (HR. Abu Dawud, At-Tirmidziy dan Al-Baghawiy, lihat Mukhtashar Syamaa`il At-Tirmidziy karya Asy-Syaikh Al-Albaniy hal.47)

Ketiga, mendo’akan orang yang Memakai Baju Baru

Apabila kita melihat orang lain, saudara ataupun teman kita memakai baju baru, maka disunnahkan bagi kita untuk mendo’akannya. Adapun do’anya adalah:

تُبْلِي وَيُخْلِفُ اللهُ تَعَالَى

“Semoga berumur panjang, dipakai sampai usang dan diganti dengan yang lebih baik oleh Allah Ta’ala.” (HR. Abu Dawud 4/41, lihat Shahih Abu Dawud 2/760)

Atau membaca,

اِلْبَسْ جَدِيْدًا، وَعِشْ حَمِيْدًا، وَمُتْ شَهِيْدًا

“Pakailah (pakaian) yang baru, hiduplah dengan terpuji, dan matilah sebagai orang yang syahid.” (HR. Ibnu Majah 2/1178 dan Al-Baghawiy 12/41, lihat Shahih Ibnu Majah 2/275)

Keempat, do’a ketika melepas baju. Bila kita melepas baju/pakaian, hendaklah kita membaca,

بِسْمِ اللهِ

“Dengan nama Allah.” (HR. At-Tirmidziy 2/505 dan lainnya, lihat Irwaa`ul Ghaliil no.49 dan Shahiihul Jaami’ 3/203)

Kelima, do’a masuk WC. Do’a masuk WC atau kamar mandi dan tempat-tempat sejenisnya dibaca sebelum masuk. Karena kita dilarang membaca Al-Qur`an, berdzikir, berdo’a atau membaca Asma`ul Husna di tempat yang kotor dan najis seperti WC.

Bila kita akan masuk WC atau kamar mandi, maka ucapkanlah:

بِسْمِ اللهِ اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْخُبُثِ وَالْخَبَائِثِ

“Dengan nama Allah. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari (gangguan) syaithan laki-laki dan syaithan perempuan.” (HR. Al-Bukhariy 1/45 dan Muslim 1/283, dan tambahan basmalah di awalnya, itu diriwayatkan oleh Sa’id bin Manshur, lihat Fathul Baari 1/244)

Keenam, do’a keluar dari WC. Bila kita telah keluar dari WC atau kamar mandi, maka disunnahkan untuk membaca:

غُفْرَانَكَ

“(Aku memohon) ampunan-Mu.” (HR. Abu Dawud, At-Tirmidziy dan Ibnu Majah, An-Nasa`iy di dalam ‘Amalul Yaum wal Lailah, lihat takhrij Zaadul Ma’aad 2/387)

Ketujuh, dzikir sebelum wudhu`. Bila kita mau berwudhu` maka bacalah,

بِسْمِ اللهِ

“Dengan nama Allah.” (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah dan Ahmad, lihat Irwaa`ul Ghaliil 1/122)

Kedelapan, dzikir setelah selesai wudhu`. Bila selesai dari wudhu`, maka disunnahkan untuk membaca:

أَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

“Aku bersaksi bahwasanya tidak ada tuhan yang berhak diibadahi kecuali Allah satu-satu-Nya, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwasanya Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.” (HR. Muslim 1/209)

Atau ditambah dengan membaca:

اللَّهُمَّ اجْعَلْنِي مِنَ التَّوَّابِينَ، وَاجْعَلْنِي مِنَ المُتَطَهِّرِينَ

“Ya Allah, jadikanlah aku termasuk orang-orang yang bertaubat dan jadikanlah aku termasuk orang-orang yang selalu bersuci.” (HR. At-Tirmidziy 1/78, lihat Shahih At-Tirmidziy 1/18)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan keutamaannya, “Tidaklah salah seorang dari kalian berwudhu` lalu menyempurnakan wudhu`nya kemudian mengucapkan, “Aku bersaksi … .” kecuali akan dibukakan untuknya delapan pintu surga, dia akan masuk dari pintu manapun yang dia sukai.” (HR. Muslim 1/209). (A/RS3/P1)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Wartawan: Bahron Ansori

Editor: Ismet Rauf

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.