Oleh : Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior Kantor Berita MINA (Mi’raj News Agency)
Tanggal 30 dan 31 Agustus 2023 ini, tampak terlihat bulan purnama memancar dengan terang lebih dari biasanya, di langit Indonesia. Besarannya yang bisa dilihat oleh mata, sekitar 14 persen lebih besar. Subhaanallaah.
Posisi bulan berjarak sekitar 357.344 km (222.043 mil). Jaraknya lebih dari 160 km (100 mil) lebih dekat dibandingkan supermoon pada 1 Agustus.
Karena ini adalah bulan purnama kedua di bulan Agustus, maka ini menjadi Blue Moon (bulan biru), istilah yang digunakan pada bulan purnama dua kali dalam satu bulan.
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
Menurut penelitian lembaga antariksa NASA, blue super moon berikutnya akan terjadi berpasangan pada bulan Januari dan Maret 2037.
Tentu saja sebagai orang yang beriman kepada Allah, ketika kita menyaksikan fenomena tersebut, kita menyebutnya sebagai salah satu tanda kebesaran Allah.
Allah menyebutnya di dalam ayat :
إِنَّ فِى خَلْقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَٱخْتِلَٰفِ ٱلَّيْلِ وَٱلنَّهَارِ لَءَايَٰتٍ لِّأُو۟لِى ٱلْأَلْبَٰبِ
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat
Artinya : “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.” (QS Ali Imran [3] : 190).
Ayat ini menyebutkan tentang pergantian siang dengan mataharinya dan malam dengan bulannya, mengikuti terbit dan terbenamnya, itu menunjukkan tanda-tanda kekuasaan Allah, Sang Maha Pencipta. Bahwa Allah Maha Kuasa, dengan mempergilirkan matahari dan bulan timbul dan tenggelam silih berganti, siang dan malam susul-menyusul.
Bagi orang-orang yang berakal, memikirkan peniptaan langit dan bumi, serta pergantian siang dan malam, akan sampai pada kesimpulan bahwa Allah tidaklah menciptakan semua fenomena itu dengan sia-sia.
Pada ayat lain disebutkan :
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
وَمِنْ ءَايَٰتِهِ ٱلَّيْلُ وَٱلنَّهَارُ وَٱلشَّمْسُ وَٱلْقَمَرُ ۚ لَا تَسْجُدُوا۟ لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ وَٱسْجُدُوا۟ لِلَّهِ ٱلَّذِى خَلَقَهُنَّ إِن كُنتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ
Artinya : “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah sembah matahari maupun bulan, tapi sembahlah Allah Yang menciptakannya, Jika Ialah yang kamu hendak sembah.” (QS Fushshilat [41] : 37).
Berkaitan dengan ayat ini, di dalam Tafsir Al-Muyassar dijelaskan bahwa di antara bukti-bukti keesaan dan kekuasaan Allah atas makhluk-Nya adalah silih bergantinya malam dan siang, serta silih bergantinya matahari dan rembulan, semua itu dibawah pengaturan dan kekuasaan Allah.
Ayat tersebut mengingatkan agar janganlah manusia bersujud kepada matahari atau rembulan, karena keduanya adalah makhluk Allah juga. Adapun yang wajib disembah adalah Allah yang menciptakan bukan hanya matahari dan bulan, tapi seluruh makhluk. Kita manusia hendaknya benar-benar tunduk kepada perintah Allah, menyembah-Nya semata, tidak ada sekutu bagi-Nya dengan sesuatu apapun.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat
Ayat lain juga mengatakan :
هُوَ ٱلَّذِى جَعَلَ ٱلشَّمْسَ ضِيَآءً وَٱلْقَمَرَ نُورًا وَقَدَّرَهُۥ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُوا۟ عَدَدَ ٱلسِّنِينَ وَٱلْحِسَابَ ۚ مَا خَلَقَ ٱللَّهُ ذَٰلِكَ إِلَّا بِٱلْحَقِّ ۚ يُفَصِّلُ ٱلْءَايَٰتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ
Artinya: “Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.” (QS Yunus [10] : 5).
Ayat lain mencantumkan :
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang
وَهُوَ ٱلَّذِى خَلَقَ ٱلَّيْلَ وَٱلنَّهَارَ وَٱلشَّمْسَ وَٱلْقَمَرَ ۖ كُلٌّ فِى فَلَكٍ يَسْبَحُونَ
Artinya : “Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.” (QS Al-Anbiya [21] : 33).
Adapun pembicaraan tentang bulan itu sendiri, banyak disebutkan di dalam ayat-ayat Al-Quran. Sampai-sampai ada surat, yaitu surat ke-52 di dalam Al-Quran, yang bernama Al-Qamar, artinya bulan.
Nama surat Al-Qamar diambil dari ayat pertama, yang berbunyi :
Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat
ٱقْتَرَبَتِ ٱلسَّاعَةُ وَٱنشَقَّ ٱلْقَمَرُ
Artinya : “Telah dekat datangnya saat itu dan telah terbelah bulan”. (QS Al-Qamar [52] : 1).
Bulan yang Allah munculkan pada malam hari pun mengandung hikmah yang luar biasa. Di samping sebagai hiasan langit dan penerang alami di malam hari. Bulan menjadi penanda penanggalan dalam Kalender Qamariyah (Bulan). Mulai dari penentuan tanggal satu melalui rukyatul hilal, pertengahan bulan, hingga akhir bulan.
Melalui pengitungan bulan itulah, umat Islam memulai awal puasa Ramadhan, menetapkan 1 Syawal berhari raya, dan menentukan tanggal 9 dzulhijjah saat wukuf di arafah. Termasuk melalui perhitungan perjalanan bulan itulah, ada di antara umat Muslim yang menjalankan puasa tiga hari pertengahan bulan (ayyaam al-bidh).
Baca Juga: Cinta Dunia dan Takut Mati
Jika kita memahami semua itu, maka akan kembali pada kalimat, “Allahu Akbar”, bahwa Allah Maha Besar tempat kita menyembah, “Subhanallah”, Maha Suci Allah atas segala kesempurnaan-Nya.
Kita manusia serba lemah, tak mampu menggeser satu incipun bulan dari garis edarnya. Juga tak kuasa meredupkan atau membuat cahaya bulan lebih terang, juga tak ada daya mendekatkan dan menjauhkan bulan dari bumi.
“Laa haula walaa quwwaya illaa bilaah”, tiada daya dan kekuatan kecuali dari Allah. (A/RS2/P2)
Mi’raj News Agency (MNA)
Baca Juga: [Hadist Arbain ke-5] Tentang Perkara Bid’ah