Hong Kong, MINA – Super Topan Ragasa yang sebelumnya melanda Filipina kini bergerak menuju Taiwan, Hong Kong, dan wilayah selatan Tiongkok, memicu evakuasi besar-besaran dan kekhawatiran akan kerusakan parah.
Otoritas Hong Kong memperingatkan bahwa topan ini dapat menimbulkan ancaman setara Topan Hato 2017 dan Mangkhut 2018, dua badai paling mematikan dalam sejarah kota itu.
Ragasa, yang membawa angin dengan kecepatan hingga 220 km/jam, diperkirakan mencapai puncaknya pada Selasa (23/9) sore waktu setempat.
Meski Bandara Internasional Hong Kong tetap beroperasi, pihak otoritas mengantisipasi gangguan besar penerbangan, dengan lebih dari 500 penerbangan Cathay Pacific diperkirakan dibatalkan.
Baca Juga: Kamala Harris Dukung Kandidat Demokrat Zohran Mamdani di Pilkada New York
Sinyal peringatan topan kemungkinan akan dinaikkan ke level delapan, yang berarti sebagian besar transportasi umum dan aktivitas bisnis akan dihentikan sementara. Warga Hong Kong mulai menimbun makanan dan persediaan untuk dua hari ke depan sebagai langkah antisipasi.
Di Taiwan, layanan meteorologi memperingatkan hujan lebat ekstrem di bagian timur negara. Dengan radius badai mencapai 320 km, sirkulasi angin Ragasa telah memengaruhi wilayah timur Taiwan sejak Selasa pagi.
Sementara itu, kota Shenzhen, Tiongkok, bersiap mengevakuasi 400.000 warga, terutama yang tinggal di daerah rendah dan rawan banjir. Bandara Shenzhen juga akan menghentikan seluruh penerbangan mulai Selasa malam. Topan ini diperkirakan mendarat di pesisir Guangdong, antara Shenzhen dan Xuwen.
Di Filipina, Ragasa yang dikenal dengan nama Nando, menyebabkan tiga orang tewas dan lima orang hilang akibat banjir dan tanah longsor. Presiden Ferdinand Marcos Jr menangguhkan aktivitas pemerintah dan sekolah di Manila serta 29 provinsi di Luzon utara.
Baca Juga: Agenda Sidang Umum PBB Bahas Pengakuan Palestina dan Sanksi Iran, Eropa Dorong Reformasi PBB
Badai ini juga menimbulkan kerusakan infrastruktur, termasuk pemadaman listrik di Pulau Calayan dan provinsi Apayao. Di beberapa daerah, kecepatan angin dilaporkan mencapai 295 km/jam. Atap sekolah yang roboh bahkan menimpa pusat evakuasi di Pulau Calayan, menyebabkan satu orang luka ringan.
Sebanyak 8.200 orang dievakuasi di wilayah Cagayan, termasuk Pulau Calayan, dan 1.220 warga Apayao dipindahkan ke tempat penampungan darurat. Penerbangan domestik dan layanan transportasi laut dihentikan di wilayah terdampak.
Badai ini juga memicu protes besar-besaran di Filipina, di mana ribuan warga menuntut pemerintah mengusut dugaan korupsi dalam proyek pengendalian banjir yang gagal berfungsi saat topan melanda.
Super Topan Ragasa menjadi salah satu badai terkuat di kawasan Asia Pasifik tahun ini. Kawasan Asia Timur dan Tenggara memang sering dilanda badai tropis, terutama pada periode musim hujan. Topan Mangkhut pada 2018 menewaskan sedikitnya 134 orang di Filipina dan menyebabkan kerugian besar di Hong Kong dan Tiongkok.
Baca Juga: Arab Saudi Serukan Pengakuan Global Palestina dan Solusi Dua Negara di PBB
Dengan meningkatnya perubahan iklim, para ilmuwan memperkirakan intensitas badai di wilayah ini akan semakin kuat dan frekuensinya meningkat. Hal ini memicu seruan global untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan sistem peringatan dini bagi masyarakat di daerah rawan bencana. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Prabowo dan Guterres Bahas Dukungan Indonesia untuk Perdamaian Palestina