Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Surat Cinta dari Gaza: Negeri Kecil dengan Ujian Seluas Langit

Bahron Ansori Editor : Arif R - 2 jam yang lalu

2 jam yang lalu

0 Views

Kondisi Gaza yang kian memprihatinkan (foto: ig)

GAZA, engkau adalah secuil tanah yang menjadi saksi keteguhan jiwa-jiwa besar. Di balik reruntuhan bangunan dan debu kehancuran, berdiri para pejuang dengan senyum tabah. Meski suara dentuman tak pernah henti, mereka tetap melangkah dengan iman. Tak ada kata menyerah dalam kamus hidupmu, Gaza tercinta.

Anak-anakmu, yang mestinya bermain dan belajar, kini terbiasa hidup dalam bayang-bayang kematian. Namun dari mata mereka, tak kita temukan rasa takut—yang ada hanya nyala keberanian. Gaza, engkau mengajarkan dunia tentang harga sebuah keteguhan. Surat cintamu bukan dalam kata, tapi dalam luka yang bermakna.

Setiap pagi di Gaza bukan tentang sarapan dan ketenangan, tapi tentang bertahan hidup dan melanjutkan perjuangan. Orang-orangmu bangkit bukan karena segalanya mudah, tapi karena mereka tahu: hidup ini bukan untuk berputus asa. Gaza mengajarkan bahwa iman bisa menghidupkan harapan di tengah puing. Dunia harus belajar tentang cinta dari rakyatmu yang tak pernah menyerah.

Kami membaca surat cintamu, Gaza, dari setiap linangan air mata para ibu yang kehilangan anak-anaknya. Tapi mereka tak menyalahkan takdir, mereka peluk ujian dengan sabar. Mereka tak lemah, justru dari merekalah muncul doa-doa paling tulus. Gaza, kau adalah sekolah jiwa bagi umat manusia.

Baca Juga: Sebotol Harapan untuk Gaza, Inisiatif Kemanusiaan Melalui Laut

Banyak dari kami yang hidup nyaman, tapi mengeluh saat sedikit susah. Sedang engkau, Gaza, tanpa listrik, air bersih, dan keamanan, tetap bersyukur dan teguh. Bukan hanya karena engkau kuat, tapi karena engkau paham: dunia ini hanya sementara. Gaza, engkau cermin bagi hati-hati yang kotor oleh kemewahan.

Mereka menyangka bisa memadamkanmu dengan rudal dan blokade. Tapi tak ada yang bisa membunuh semangat hidupmu, Gaza. Engkau menjelma jadi api yang membakar semangat umat Islam di seluruh dunia. Dari keterbatasanmu, lahir kekuatan yang mengguncang peradaban.

Gaza tak pernah benar-benar sendiri. Setiap rintihannya mengetuk hati-hati manusia beriman di penjuru dunia. Setiap darah yang tertumpah, adalah dakwah tanpa suara, yang menggugah nurani. Mereka lelah, ya, tapi mereka tetap berdiri. Karena cinta mereka pada Al-Aqsa lebih besar dari rasa takut.

Kami membaca surat cintamu dalam suara adzan yang tetap menggema meski masjid runtuh. Dalam langkah anak-anak yatim yang tetap ke sekolah dengan buku robek di tangan. Dalam pelukan terakhir para ayah sebelum pergi ke garis depan. Gaza, kau memang kecil, tapi hatimu seluas samudera iman.

Baca Juga: Genosida Melalui Kelaparan di Gaza

Di tengah dunia yang sunyi dan acuh, Gaza tetap menyalakan cahaya. Bukan karena dunia peduli, tapi karena mereka yakin Allah tidak pernah tidur. Gaza, engkau adalah saksi bahwa perjuangan bukan tentang hasil, tapi tentang kesungguhan. Dan engkau telah memberi teladan paling tulus akan itu.

Kami malu, Gaza. Malu karena terlalu banyak menonton, tapi sedikit berbuat. Malu karena kami menangis, tapi tidak bergerak. Surat cintamu adalah tamparan lembut untuk membangunkan kami dari tidur panjang. Gaza, maafkan kami yang terlalu nyaman di atas penderitaanmu.

Mereka yang menyakitimu mengira engkau akan punah. Tapi engkau justru abadi dalam doa-doa dan cinta umat. Engkau bukan hanya tempat, tapi simbol keteguhan. Gaza, engkau lebih hidup dari banyak negeri yang tertidur dalam kemewahan.

Dunia boleh menutup mata, tapi Allah membuka langit untukmu. Setiap luka, setiap darah, setiap tangisan, tak ada yang sia-sia. Gaza adalah kisah cinta yang ditulis dengan kesabaran, ditandatangani dengan keyakinan. Dan Allah adalah saksi paling adil atas seluruh kisahmu.

Baca Juga: Kader Adalah Benih Peradaban

Surat cintamu, Gaza, adalah dakwah yang lebih keras dari ceramah, lebih tajam dari pena. Ia menyentuh relung jiwa dan menyadarkan kita bahwa hidup bukan hanya tentang kenyamanan. Tapi tentang perjuangan, keberanian, dan kesetiaan pada iman. Gaza, kau telah mengajari kami makna hidup yang sebenarnya.

Wahai Gaza, teruslah bertahan. Doa-doa kami mungkin belum cukup, tapi kami belajar mencintaimu dengan lebih nyata. Semoga Allah menyatukan kita dalam satu barisan, satu tekad, satu jihad. Karena siapa yang mencintaimu, sejatinya mencintai kebenaran.

Di ujung surat cintamu, kami membaca harapan. Bahwa suatu hari, Al-Aqsha akan bebas dan engkau akan tersenyum tanpa luka. Hari itu akan datang, Gaza, dan engkau akan berdiri paling depan menyambutnya. Sampai saat itu, tetaplah jadi cahaya di tengah gelap, tetaplah jadi cinta di tengah derita.[]

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Vonis Tom Lembong: Jerat Prosedural, Preseden Baru bagi Pejabat?

Rekomendasi untuk Anda