Oleh: Rudi Hendrik, jurnalis Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Seorang wanita Mesir yang ditahan oleh otoritas tanpa dakwaan sejak awal Juni, telah memberikan sekilas gambaran tentang kehidupan perempuan yang ditahan di penjara-penjara negara itu dalam sebuah surat yang ditulisnya.
Wanita itu bernama Esra el Taweel, 23 tahun, seorang mahasiswa seni, fotografer, yang dituduh sebagai anggota Ichwanul Muslimin, organisasi Islam terbesar di Mesir yang dinyatakan sebagai organisasi terlarang oleh Presiden Abdel Fattah El-Sissi yang naik ke kuasaan melalui kudeta militer.
Pesan tertanggal 7 Juli itu diumumkan pada Selasa malam (14 Juli), menjelaskan saat Esraa el-Taweel dibawa dengan mini-van oleh orang tak dikenal dan kemudian dibawa ke sebuah fasilitas penahanan yang dioperasikan oleh pasukan keamanan untuk interogasi.
Baca Juga: Pengungsi Sudan Menemukan Kekayaan Di Tanah Emas Mesir
“Saya menghabiskan 15 hari di tempat tahanan keamanan nasional itu, mendengarkan interogasi, mendengar suara penyiksaan, dan laki-laki menangis keras. Saya adalah satu-satunya wanita di sana, lima belas hari, dengan mata tertutup,” tulis fotografer 23 tahun itu.
Setelah 16 hari, Taweel dibawa ke sidang pengadilan yang berlangsung 18 jam. Dirinya harus berjuang untuk berdiri di sidang karena luka tembak yang dideritanya dalam aksi protes pada Januari 2014.
Cederanya menimbulkan kerusakan tulang belakang yang membuatnya kesulitan menahan postur tubuhnya ketika berdiri.
Pasukan keamanan kemudian memindahkan Taweel ke penjara al-Qanater, fasilitas yang digunakan untuk memenjarakan lawan politik pemerintah di Mesir dan orang-orang yang dituduh melakukan tindak pidana umum.
Baca Juga: Terowongan Silaturahim Istiqlal, Simbol Harmoni Indonesia
Pihak berwenang menuduh Taweel menjadi anggota Ikhwanul Muslimin, organisasi politik yang telah dilarang.
Penuh kecoak
Taweel menulis tentang kondisi penjara yang kotor dan ia merasa terintimidasi oleh narapidana lain.
“Penjara menakutkan dan mengerikan. Sebuah dunia yang berbeda. Beberapa (tahanan) tertangkap karena menggunakan narkoba, beberapa karena pelacur, beberapa untuk pencopetan, dan lainnya karena mencuri dana rakyat. Saya telah melihat orang-orang aneh dan mendengar cerita yang sangat aneh.”
Baca Juga: Bukit Grappela Puncak Eksotis di Selatan Aceh
“Sel ini menjijikkan, penuh kecoak. Semuanya di sini menjijikkan dan hidup di sini sangat sulit. Saya rindu rumah saya, keluarga saya, teman-teman saya, dan kucing saya Woody.”
Dia kembali dipindahkan ke bagian penjara yang dihuni oleh anggota Ikhwanul Muslimin.
Taweel membantah menjadi anggota kelompok itu, tetapi dia mengaku lebih suka tinggal bersama anggota kelompok karena mereka tidak merokok.
Menghilang sejak 1 Juni
Baca Juga: Masjid Harun Keuchik Leumik: Permata Spiritual di Banda Aceh
Pada tanggal 1 Juni, Taweel bersama dua temannya, Sohaib Saad dan Omar Mohamed, pergi berjalan-jalan di sekitar kota.
Teman dan keluarga mengatakan, mereka belum melihat atau mendengar kabarnya sejak itu. Pada tanggal 16 Juni, laporan penahanan Esraa di Penjara Qanater muncul di media sosial.
“Gadis yang melihatnya (di penjara Qanater) menelepon saya dan mengatakan kepada saya, Esraa mengenakan jilbab hitam dan atasan berwarna-warni, yang sangat mirip dengan apa yang Esraa kenakan pada malam dia menghilang. Dia tidak memakai seragam putih,” kata Duaa el-Taweel, adiknya. Para tahanan yang menunggu penyelidikan resmi di Mesir diwajibkan memakai seragam putih.
Pada hari Rabu (17 Juni), adik Taweel ini menulis postingan di Facebook yang mengatakan, polisi telah datang ke rumahnya memberikan pernyataan resmi yang menyatakan kakaknya berada dalam tahanan polisi.
Baca Juga: Temukan Keindahan Tersembunyi di Nagan Raya: Sungai Alue Gantung
Kritik terhadap pemerintah
Pada bagian penutup surat, Taweel yang ditahan bersama dua teman laki-lakinya, mengungkapkan kemarahannya dan putus asa terhadap kondisi yang dihadapinya.
“Pada akhir terowongan, kehidupan memberi kita cahaya, itu memungkinkan kita melupakan rasa sakit yang kita derita, Oh Tuhan, kapan akan berakhir mimpi buruk ini,” katanya.
Mahasiswa seni di Universita Kairo ini adalah satu dari puluhan orang yang telah “menghilang” dalam beberapa bulan terakhir yang mendorong kritik terhadap pemerintah Mesir yang dipimpin oleh Presiden Abdel Fattah Al-Sisi.
Baca Juga: Kisah Perjuangan Relawan Muhammad Abu Murad di Jenin di Tengah Kepungan Pasukan Israel
Dewan Nasional yang dikelola pemerintah untuk Hak Asasi Manusia (NCHR) mengatakan, pihaknya telah menerima 50 keluhan atas kasus tersebut.
Menurut Human Rights Watch (HRW), organisasi HAM Mesir telah mendokumentasikan setidaknya 124 kematian di penjara Mesir yang disebabkan oleh kelalaian, penganiayaan, atau pembunuhan. (T/P001/P2)
Sumber: Al Jazeera
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Pejuang Palestina Punya Cara Tersendiri Atasi Kamera Pengintai Israel