Jakarta, 14 Syawwal 1438/9 Juli 2017 (MINA) – Menguatnya intervensi Russia dan Amerika Serikat di dua kubu berbeda di Suriah menjadikan perang di negara itu adu gengsi dua produsen senjata dunia, kata seorang pengamat Timur Tengah.
Ibrahim Rantau, seorang peneliti yang fokus pada isu Timur Tengah mengatakan, Russia yang mempersenjatai kubu pemerintah dan Amerika Serikat
yang rajin mempersenjatai kubu pemberontak dinilai hanya semakin merugikan negara itu dan menjerumuskan ke dalam kehancuran yang lebih dalam.
“Dari dulu saya melihat isu Suriah ini akan berlangsung lama, karena yang berperan adalah dua produsen senjata dunia yang saling unjuk mempertontonkan kehebatan mereka,” katanya kepada Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Ahad (9/7).
Baca Juga: Lima Paramedis Tewas oleh Serangan Israel di Lebanon Selatan
Dari fakta menyedihkan itu, katanya, yang jadi korban adalah eksistensi negara Suriah dan rakyatnya yang memiliki kepentingan berbeda-beda.
“Negara adidaya yang terlibat mereka mendapat untung yang besar dari perang itu, minyak dikuasai negara ini,” tambahnya.
Menurut Ibrahim, solusi untuk mengakhiri perang di Suriah salah satunya adalah dengan berhenti mempersenjatai pihak-pihak yang berperang dan mulai mencari solusi lain.
“Kuncinya ada di dua negara itu, selama kepentingan mereka belum selesai di Suriah, perang tidak akan berakhir,” katanya mengakhiri.(L/RE1/P1)
Baca Juga: Militer Israel Akui Kekurangan Tentara dan Kewalahan Hadapi Gaza
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Netanyahu Akan Tetap Serang Lebanon Meski Ada Gencatan Senjata